Bukan Sekadar Drama Video Pembelajaran Daring - Kalau berpikir picik, mungkin saya berkeberatan dengan putri saya yang terlalu sibuk dengan pelajaran prakarya. Dia harus membuat video lagi untuk mata pelajaran ini. Jika video prakarya dari bahan alam lunak dia sampai menghabiskan waktu hampir 3 hari, untuk video prakarya dari bahan buatan lunak dia harus menghabiskan waktu selama berjam-jam.
Beranda / Pesan dari Masa Lalu
Showing posts with label Pesan dari Masa Lalu. Show all posts
Showing posts with label Pesan dari Masa Lalu. Show all posts
Melahirkan Normal dengan Varises Vagina: Operasi Tanpa Anastesi
Operasi tanpa anastesi harus saya alami ketika melahirkan dengan varises vagina pada suatu hari di bulan September 11 tahun lalu. Di sinilah puncak paling tinggi rasa sakitnya dunia yang saya rasakan sebelum maut. Semoga Allah melindungi dari kejadian seperti ini lagi.
Melahirkan Normal dengan Varises Vagina: Sakit Tak Berdarah
Melahirkan Normal dengan Varises Vagina: Sakit Tak Berdarah – Gara-gara sinetron Amanah Wali 4 saya jadi tahu lagu band Wali yang berjudul Sakit Tak Berdarah. Jangan tanya ke mana saja saya ya karena saya memang bukan penggemar lagu ataupun musik.
Sesulit Apa Mencari Suami Pintar Masak?
"Mama, susahkah dapat suami yang pintar masak?" tanya gadis remaja kelas 8 ketika ayahnya memasakkan mie goreng untuk dirinya dan saudara-saudaranya. Memang sih, kalau beliau yang masak, rasanya enak.
Bukan Karena Istri Cantik Alasan Suami Tidak Suka Marah
Bukan Karena Mama Cantik,
menjadi salah satu topik yang saya dan putri saya perbincangkan pada siang itu.
Sesekali saya bercerita tentang hal-hal dalam keluarga yang perlu dia ketahui. Kali
ini tentang kebiasaan ayahnya sejak kami baru menikah. Sesekali dia perlu tahu apa yang sebenarnya bahwa jelek atau cantik bukan jadi alasan suami suka marah.
Pernikahan dan Keluarga Besar: Tentang Memilih yang Penting dan Siapa yang Menganggapnya Penting
Pernikahan juga berarti menikah dengan keluarga besar,
begitu anggapan masyarakat tradisional Indonesia terhadap pernikahan. Ini
merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan pasangan suami-istri. Selama
hampir 21 tahun usia pernikahan saya dan pak suami, saya juga menyadari hal
ini.
Tegakah Menyebar Aib Orang yang Sudah Meninggal?
Sanggupkah Menyebar Aib Orang yang Sudah Meninggal? Peristiwa
pembunuhan itu bikin shock padahal saya tak kenal baik pelaku maupun korban.
Keduanya sejoli yang masih mahasiswa.
Setelah Huru-hara SBMPTN dan PPDB: Jauh dari "Orang Dalam"
SBMPTN
(Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan PPDB (Penerimaan
Peserta Didik Baru) tahun ini jadi istimewa bagi saya. Karena saya
dan dua anak kami menjadi yang terlibat di dalamnya. Si sulung Affiq
tamat SMA sementara si tengah Athifah tamat SD. Istimewanya lagi, ada
perubahan pada penyelenggaraan SBMPTN dan PPDB tahun ini.
Selalu Ada Saat Pertama dalam Berpetualang dan Keberuntungan Ketika Lolos dari Maut
“Ma,
pegal ki pahaku,” lapor si sulung sepulang dari tempat kawannya. Saya pikir ini hal biasa, bukan karena pengalaman pertama berpetualang. Ternyata saya salah ...
Kisah Sakitnya Ibu Mertua di Bulan Ramadan
Kisah Sakitnya Ibu Mertua di Bulan Ramadan - Ketika
menelepon menjelang Ramadan, suara ibu mertua terdengar tak bertenaga, dadanya
sakit katanya. Saat ditanyakan kepadanya mengapa tak memeriksakan diri, beliau
menjawab, “Kalau disuruh ka’ tinggal nanti, siapa yang jaga ka’?”
Tentang Menerima Kekalahan dan Memperjuangkan Sesuatu
Tentang Menerima Kekalahan dan Memperjuangkan Sesuatu - Bagi
kedua orang tua saya, sekolah bukan sekadar supaya pintar. Ada kompetisi di dalamnya, sehingga akan ada yang
menjadi ranking satu atau yang terbaik. “Belajar baik-baik supaya ranking satu,”
tak jarang pesan seperti itu saya dengar dari keduanya.
Telepon dari Bank Terkait Utang Orang Lain
Telepon
Terkait Utang Orang Lain – Tangan ibu saya terlihat gemetar. Suaranya meninggi.
Emosinya naik. Ini telepon keempat atau kelima kalinya dari sebuah bank swasta.
Penelepon menanyakan nama yang sama. Selalu nama yang sama. Nama yang tak
pernah saya lihat orangnya. Hanya tahu namanya, sebagai teman organisasi Ibu.
Mencari Hikmah di Perhelatan Akbar Wisuda Santri
Lapangan
Karebosi sudah penuh dengan santri dan pengantarnya ketika saya dan putri saya –
Athifah tiba di sana pada pagi hari tanggal 10 Mei kemarin. Di bagian tribun tempat
duduk para santri menjelang remaja sementara para pengantarnya duduk di bawah tenda di atas
lapangan rumput. Saya mengamati kursi-kursi yang bertebaran. Tak jelas apakah
ada tanda di mana nomor 1659 – nomor urut Athifah bisa duduk. Para santri yang akan diwisuda duduk
tak beraturan dijaga para pembinanya.
Belajar Berlapang Hati untuk Kata MAAF
Bukankah lebih banyak kesalahan yang tak benar-benar SALAH dan kebenaran yang tak benar-benar BENAR karena hanya dipandang dari satu sisi saja?
Hati
saya sempat kebat-kebit saat lewat di selasar pendek yang menghubungkan halaman
depan dengan lapangan di dalam kompleks sekolah. Masa di tempat sempit itu saja
ada dua anak lelaki bermain bola sepak. Sudah kebayang saja rasa sakitnya kalau terkena bola keras itu.
Catatan Kasih di Hari Kemerdekaan
Ikut Lomba 17 Agustusan Lalu Kalah?
Tidak
apa-apa, Nak.
Kemenangan
bukan yang utama.
Kamu
berlomba bukan untuk menang.
Melainkan
untuk belajar.
Tidak
apa-apa kalah dalam berlomba.
Sebab
kamu akan belajar sesuatu.
Pada
proses yang kamu lalui.
#Merdekalah
dari kedangkalan wawasan.
Hidup
bukan soal menang-kalah semata.
Anak-anakku Berlomba
Tak
apalah sampai malam hari.
“Athifah
tak serius berlomba,” makanya dia kalah, begitu pendapat sang oma.
Padahal
tak mengapalah kalah.
Kekalahan
itu toh bagian kehidupan. Santai saja, Nak.
“Mana
kelihatan serius atau tidak kalau dilihat dari belakang?” saya membela sang putri.
Berlombalah,
Nak. Nikmati lomba sebagai kegiatan yang mengasyikkan.
Salah
satu cara asyik mempelajari kehidupan adalah melalui berlomba.
Nothing to loose. Pasti akan ada sisi positifnya.
Semangat!
Kalah pada Semua Lomba Hari Ini, Nak?
Tak
mengapa. Kalian pasti belajar jauh lebih banyak daripada sekadar kata kalah.
Kalian belajar sabar menunggu giliran meski tadi mentari sempat garang
teriknya. Kalian belajar bahwa kekalahan adalah hal yang biasa dalam hidup,
bukanlah sesuatu yang berhak menjagal harga dirimu. Masih banyak lagi pelajaran
yang kita dapatkan hari ini, kalau kalian mau tahu. Mama bisa rincikan untuk
kalian.
Orientasi
kita memang PROSES, Nak, bukan hasil. Seperti pun kelak di akhirat, yang
diaudit adalah PROSES kehidupan yang kita jalani, bukan semata hasil yang
tampak di depan mata.
Tidur
yang Nyenyak, ya Nak.
Besok
kita mulai "perang" yang baru lagi.
*Catatan
di Hari Kemerdekaan*
Makassar, 18 Agustus 2017
Alasan Mengapa Anak-Anak Belum Boleh Punya Akun Facebook
“Teman-temanku
punya akun Facebook, Ma. Teman-temanku tanya, apa saya juga punya,” Athifah
menceritakan kisah dengan teman-teman sekolahnya tadi malam.
“Saya
bilang, tidak ada. Mamaku larang ka’ punya
akun Facebook kalau belum tiga belas tahun,” lanjut Athifah lagi.
Catatan Galau Usai Berita Pagi di Televisi
Ketika berita-berita pagi menghidangkan aneka kasus yang membuat bulu di sekujur tubuh merinding. Apa kabar Indonesia? Mungkin berlebihan tapi kemudian muncul pertanyaan ... apa kabar generasi penerus Indonesia?
Dalam Perjalanan, Selalulah Ingat untuk Berdo'a, Nak
Kemarin,
begitu keluar dari Same Hotel, hendak ke Fort Rotterdam (dari acara yang satu
ke acara yang lain pada ajang Makassar
International Writers (MIWF) 2016), saya langsung membaca do'a keluar (rumah), memasrahkan
hidup selama berjalan pada sependek jalan di antara kedua bangunan itu kepada
Sang Maha Kuasa.
Ketika Tahun Baru Berarti Bertoleransi Lebih Lama
Apa mau dikata bila toleransi hanya satu-satunya cara ...
Saya lupa
sudah berapa tahun tepatnya hura-hura kembang api dan petasan di kota ini
mewarnai malam pergantian tahun masehi. Yang jelas, sejak beberapa tahun
terakhir ini, saya harus bertoleransi dengan mereka yang merayakannya dengan
suara-suara yang memekakkan telinga itu. Sementara saya sendiri, tidak
merayakannya dan tidak suka dengan keriuhan seperti itu. Tapi bertoleransi
sekali setahun toh tidak mengapa.
Namun
pada 31 Desember 2014, saya harus bersedia menolerir keriuhan itu lebih lama.
Sejak lepas senja, bunyi berdentam di mana-mana (yang biasanya terdengar
menjelang tengah malam saja) terdengar dari rumah kami. Sampai-sampai Athifah
bertanya, “Itu bunyi meriam, Mama?”
Pada
menjelang tengah malam, saya sudah terlelap. Tetapi tiba-tiba terbangun karena
dentuman-dentuman petasan yang membahana di atas atap dan langit kota. Athifah
terkejut lalu memeluk saya. Kemudian kami terlelap kembali dalam posisi saling
berpelukan.

Memaknai Kelulusan, 17 Tahun Kemudian
Mengilas balik penghujung tahun 1996, saya masih
ingat dengan jelas kondisi saya pasca KKN (Kuliah Kerja Nyata) di bulan
Desember 1996. Gamang. Galau. Pikiran saya seperti benang kusut.
Mulanya saya tak percaya isu yang mengatakan kalau
banyak mahasiswa sepulang dari KKN lantas menjadi malas kuliah. Tapi ternyata
itu terjadi pada saya. Ada mata kuliah yang malas sekali saya hadiri. Untungnya
mata kuliah pilihan jadi saya masih punya pilihan mengambil mata kuliah lain
pada semester berikutnya.
Benang kusut di pikiran saya, kalau coba saya
urai-urai bermuara pada pertanyaan
mendasar: akan ke mana saya setelah
lulus kuliah? Kalau dulu, menghasilkan nilai bagus di rapor atau IP (indeks
prestasi) di atas 3 membuat saya bahagia karena bisa membanggakan orang tua.
Lalu setelah lulus, setelah orang tua bahagia dengan kelulusan saya, apa yang
harus saya capai untuk diri saya sendiri?
Subscribe to:
Posts (Atom)