Begini Rasanya Naik Bus Trans Mamminasata ke Gowa – Setelah lebih 20 hari melakukan perjalanan menelusuri jalur Bus Trans Mamminasata yang berakhir di Kampus Unhas Tamalanrea, pada tanggal 13 Juli lalu saya dan dua anak termuda menjajaki jalur bus yang berakhir di kampus Fakultas Teknik Unhas di Gowa. Menyenangkannya perjalanan ini karena sederhana saja yang kami lakukan tetapi kami sama-sama excited.
Menariknya,
perjalanan itu bagaikan simbol salah satu ritme kehidupan. Sekitar kurang dari
1 kilometer dari kampus FT Unhas Gowa, tinggal kami bertiga di dalam bus. Dalam kehidupan kan
seperti itu, orang-orang datang dan pergi di kehidupan kita namun akhirnya
tinggallah keluarga inti yang “stick together” – awalnya bersama,
akhirnya bersama lagi. Saya jadi merenung sendiri. Saya berbisik dalam
hati: saya akan terus mendampingi
mereka sampai “tugas” saya di muka bumi ini selesai.
Kembali
di tujuan awal membuat tulisan ini, saya ingin menceritakan rute perjalanan
kami, dimulai dari halte di depan Mal Panakukang (MP). Naiknya dari sana.
Seperti yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya, aplikasi Mitra Darat menjadi
patokan untuk mengetahui di mana bus terdekat berada. Putriku Athifah yang
memperhatikan aplikasi. Sembari memantau aplikasi, kami bersiap-siap dan pergi
ke MP.
Tadinya
saya pikir akan mendapati banyak bus seperti yang saya lihat
sebelum-sebelumnya. Ternyata kosong. Syukurnya bus yang kami tunggu sudah amat
dekat. Hanya sebentar saja menunggu, berangkatlah kami. Keluar dari MP, menuju jalan
Hertasning lalu ke jalan Aroepala (Hertasning Baru).
Sepanjang
perjalanan, banyak halte dilalui tetapi tidak semuanya ada tanda yang
menunjukkan di situ halte bus Trans Mamminasata. Jalanan yang dilalui dari
panjang sekali, sekitar 12 km. Lepas dari bundaran Romang Polong – sudah masuk
area Kabupaten Gowa, jalan yang dilalui lebih sempit dibandingkan jalan Hertasning
dan Aroepala.
Kami jalan siang, di dalam bus tentunya adem. Berbeda dengan perjalanan ke kampus Tamalanrea, di perjalanan kali ini saya tak menemukan mahasiswi dengan wajah berwarna di pipi, alis, sampai kelopak mata. Rata-rata penumpang yang naik berpenampilan sederhana.
Sejumlah kampus dilewati, seperti
Unismuh, UIN, dan Polbangtan (Politeknik Pengembangan Pertanian), hingga FT
Unhas. Rasanya perjalanan kali ini pemandangannya
tidak terlalu “luas” ketika melewati area perkampungan karena jalanan yang
dilewati kecil. Kecuali jika bus melewati area persawahan. Nah, di sini
asyiknya jalur ini karena ada juga sawah dilihat. Di Makassar mana bisa lihat
sawah.
Saat tiba di kampus Teknik Unhas, saya
pikir kami akan ganti bus, seperti saat melakukan perjalanan ke kampus Unhas
Tamalanrea. Bedanya di kampus Gowa itu saya tak melihat bus lain. Hanya bus
yang kami tumpangi saja yang ada di sana sampai di perhentian terakhir. Rasanya
bus dan halte milik sendiri hehe.
Saat memasuki dan mengitari kampus
Teknik Unhas, saya menyelami perasaan dan memori. Sudah pernah saya lakukan
tetapi saya mencoba lagi. Adakah memori indah di sini? Rasanya hampa padahal
saya pernah kuliah di fakultas ini. Hanya saja dulu tempat kuliahnya di kampus Tamalanrea.
Fakultas Teknik secara bertahap pindah
ke kampus Gowa sejak tahun 2012. Sejak itu pula kegiatan perkuliahan dan
administrasi dipindahkan bertahap dari kampus Tamalanrea. Kampus ini diresmikan
oleh Wakil Presiden RI kala itu, Bapak Jusuf Kalla pada tanggal 23 Juni 2018.
Sekian menit berada di dalam area kampus
Gowa, tak sama rasa excited-nya dengan ketika berada di kampus Tamalanrea.
Fix, itu karena kenangan saya tertinggal di kampus lama (Tamalanrea)
itu.
Hanya beberapa menit saja mangkal di
perhentian terakhir kampus Teknik Gowa, bus berangkat lagi membawa kami
bertiga. Penumpang-penumpang lain naik di halte di luar kampus. Di suatu halte
ada perdebatan kecil antara seorang penumpang yang mengaku aplikasi mbanking-nya
BNI langsung memindai untuk 2 kali pembayaran dalam sekali tap.
Saya pikir dia bohong karena nominal
yang tertera di kode QRIS hanya satu: Rp4.600. Sopir pun tak percaya tetapi dia
sok percaya diri dan mengatakan sopirnya yang tidak tahu saja. Sopir tak mau
berdebat, dia hanya bilang bahwa CCTV akan membuktikan. Orang itu duduk tanpa
perasaan bersalah.
Untungnya hanya satu penumpang yang
model begitu. Satu demi satu penumpang naik sepanjang perjalanan menuju Mal
Panakukang. Sampai di perhentian terakhir, cukup banyak penumpang bus itu. Kami
turun dengan bahagia.
Makassar, 5 Austus 2025
Share :
0 Response to "Begini Rasanya Naik Bus Trans Mamminasata ke Gowa"
Post a Comment
Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^