Kesiapan Berkeluarga Menuju Kata Bahagia – Tulisan ini sebenarnya masih sambungan dari tulisan sebelumnya, tentang materi hari kedua yang saya simak di Pelatihan Ibu Penggerak Sidina pada 7 Mei kemarin. Saya tidak banyak memaparkan tentang materinya tetapi di tulisan ini saya mencoba meletakkan dasar logikanya dulu, menuju satu pertanyaan yang disebutkan oleh Mbak Bhekti Setya Ningrum sebagai narasumber: Mengapa kesiapan berkeluarga penting?
Setelah
mendengar materi berjudul Ibu Bahagia Sumber Keluarga Bahagia,
Siap Membangun Keluarga yang dibawakan oleh Mbak Bhekti, pikiran
saya berkelana sampai kepada kesiapan dalam melakukan perjalanan
panjang. Saya menganggap pernikahan adalah sebuah perjalanan
panjang dalam fase kehidupan yang ternyata membutuhkan berbagai KESIAPAN dalam menjalaninya.
Pernikahan Adalah Perjalanan Panjang
Banyak
orang, termasuk saya dulu hanya fokus pada kesenangan yang akan dialami ketika
memasuki tahapan menikah. Tanpa menyadari kemungkinan munculnya masalah di
kehidupan baru itu. Tidak menyadari bahwa ternyata tidak semua persiapan sudah
dilakukan.
Jika
hendak melakukan perjalanan, PRIORITAS atau hal yang paling URGENT itu
apa di antara dua ini: kita bersiap untuk bersenang-senang atau bersiap
kalau-kalau menghadapi masalah di perjalanan? Kalian pilih yang mana? Kalau
saya – IMHO, lebih urgent bersiap jika menghadapi masalah selama
perjalanan makanya saya membawa barang-barang seperti charger, power bank,
vitamin, obat-obatan seperti obat diare dan minyak kayu putih, dan pembalut.
Charger
dan power bank tentunya diperlukan untuk
mengisi daya smartphone. Kalau sekadar buat bersenang-senang, puaskan
diri saja berfoto dan take video tanpa memikirkan daya baterai gadget
habis, bahkan tidak perlu membawa charger atau power bank.
Nyatanya, semua orang yang menggunakan gadget pasti membawa charger atau
power bank-nya ketika melakukan perjalanan jauh untuk bersiap menghadapi
masalah berupa baterai habis.
Dalam
perjalanan jauh saya selalu membawa obat seperti obat penurun panas dan obat
diare kalau-kalau tiba-tiba dapat ujian sakit. Saat hendak melakukan perjalanan
tentunya fisik diupayakan dalam keadaan prima namun tidak pernah ada yang
menduga kapan datangnya sakit. Yang Maha Kuasa bisa tiba-tiba menguji
sekehendak-Nya makanya untuk mengantisipasi masalah berupa sakit, perlu menbawa
serta obat. Vitamin arau suplemen perlu dibawa juga menurut saya. Vitamin
dikonsumsi untuk membantu tubuh mempertahankan staminanya.
Pembalut
perlu dibawa ketika waktu bepergian mepet dengan waktunya bulan datang eh
datang bulan. Jangan sampai mengalami kebocoran di saat tidak bisa keluar untuk
membeli pembalut – saat tengah malam misalnya.
Apakah
hanya itu? Oh tentu tydack sebab masih banyak detail lain yang
perlu dipikirkan, semisal untuk jangka waktu berapa hari sebaiknya membawa
pakaian berapa setel. Belum lagi bagi yang memiliki anak kecil, harus
memikirkan apa saja yang dibawa untuk membuat si kecil nyaman selama dalam traveling
… dan sebagainya.
Kalau boleh membahasakan hal-hal di atas dengan kalimat: kita menyiapkan SOLUSI jika MASALAH muncul. Masalah yang dimaksud di sini tentunya masalah yang kerap muncul dalam perjalanan panjang agar bisa selamat sampai tujuan sampai pulang ke rumah.
Apakah
kita menghabiskan waktu banyak untuk mempersiapkan kesenangan yang akan
dihadapi? Tidak, bukan? Kesenangan yang mungkin terjadi cukup di angan-angan
dan tidak membutuhkan waktu lama untuk mempersiapkan diri menghadapinya sebab
kesenangan merupakan keniscayaan dalam sebuah perjalanan jauh sementara masalah
berpotensi timbul sebab manusia memang senantiasa disibukkan menghadapi masalah
demi masalah dalam hidupnya. Begitu, bukan?
Perlu
contoh lain? Pendaki gunung misalnya. Dalam carrier yang mereka bawa,
semua persiapan perjalanan ada di situ. Ketika cuaca tidak menentu, pendaki
juga mempersiapkan jas hujan. Saat sedang mendaki tiba-tiba hujan namun jas
hujan tidak terbawa tentu apes jadinya. Dalam kondisi basah, tubuh mudah
terserang penyakit. Sementara saat berada di gunung, lebih sulit mengatasi
masalah dibandingkan saat berada di rumah sendiri.
Pernikahan → Kesiapan, Ketahanan, Bahagia
Nah,
sekarang mari kita kembali ke topik PERNIKAHAN. Sebelum
memasuki gerbang pernikahan, apakah kita benar-benar siap menghadapi segala
kemungkinan yang akan terjadi di depan?
Saya
pernah menganalogikan menikah itu bagaikan akan berjalan melewati tembok tinggi. Ketika melewati gerbangnya maka pintu gerbang akan tertutup dan kita
tak bisa kembali ke belakang. Hanya ada satu cara untuk kembali, yaitu dengan
merusak pintu atau tembok tinggi itu.
Persoalannya,
kita tak pernah tahu seperti apa MASALAH yang ada di balik tembok tinggi itu.
Juga tak dapat membayangkan sekuat apa kita menghadapinya.
Di
awal presentasinya, Mbak Bhekti memberikan kuis yang membawa pada kata
KESIAPAN. Siapapun tak bisa menjawab soal yang diberikan kepadanya jika dia TIDAK
SIAP.
Menjawab
pertanyaan “mengapa kesiapan berkeluarga penting?” – Mbak Bhekti mengatakan:
Beberapa keluarga ketika dihadapkan dengan
tantangan dan masalah, ada yang bisa mengatasinya namun ada yang tidak karena ketahanan
keluarganya beda-beda. Setiap keluarga punya dinamika
dan tantangan yang berbeda. Tiap keluarga punya ujiannya masing-masing.
Keluarga yang baru punya bayi punya ujian berbeda dengan keluarga yang anaknya
memasuki usia remaja, juga dengan keluarga lansia.
Adalah
suatu keniscayaan dalam fase kehidupan itu ada saja ujiannya, tak ada yang
mulus-mulus saja. Itulah mengapa kita punya aspek yang harus diperhatikan untuk
menghadapi tekanan atau dinamika kehidupan yang terjadi.
Mbak
Bhekti yang sedang menimba ilmu magister pada Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak
IPB melengkapi penjelasan Mak Irul pada hari pertama
kemarin mengenai banyak hal terkait IBU BAHAGIA. Penting
sekali untuk diketahui karena ibu yang bahagia akan memberi kehangatan yang
tulus kepada semua anggota keluarga dan banyak kebaikan lain.
Saya
pribadi baru menyadari MENGAPA IBU HARUS BAHAGIA saat usia pernikahan memasuki
kira-kira belasan tahun – pada bertahun-tahun lalu. Mbak Bhekti memberikan
penjelasan tentang pentingnya memahami peran, fungsi, dan tugas keluarga.
Secara
singkat, penting sekali kita memahami peran, fungsi, dan tugas
keluarga karena secara tidak langsung dapat mempengaruhi
perkembangan anak dan karakteristik anak. Rentetannya bisa panjang dan dapat
menjadi siklus tersendiri. Jika IBU dan/atau AYAH “menyumbang” pengasuhan yang
tidak baik pada anak maka akan berakibat tidak baik pada anak dan keturunannya.
Saya
tidak akan spoiler semua materi Mbak Bhekti. Apa yang saya paparkan di
sini hanya secuil saja. Intinya saya mau bilang, betapa penting KESIAPAN BERKELUARGA
itu. Andai bisa balik ke masa 26 tahun lalu, saya akan mempersiapkan diri lebih
baik lagi dan membicarakan hal-hal yang harus dibicarakan sebelum menikah
kepada calon suami. Sayangnya itu tidak bisa dilakukan. Yang bisa saya lakukan
sekarang adalah memberi “pembekalan” kepada anak-anak saya, terus belajar dan
memperbaiki diri, dan membagikan insight ini melalui catatan di blog.
Jika
Anda belum mengikuti PIPS (Pelatihan Ibu Penggerak Sidina) dan berminat untuk
ikut – barangkali saja akan ada batch berikutnya, atau ingin
ikut materi-materi lain yang tak kalah menariknya, silakan pantau terus akun IG
@sidina.community, ya. Adapun gambaran mengenai Sidina
Community bisa dibaca di link https://sidinacorp.com/tentang-sidina-corp/.
Makassar, 7
Mei 2025
Baca insight hari I PIPS di:
Mulanya
Aku, Kamu, Lalu Ada Kita
Share :
Sebuah paparan yang menarik
ReplyDeleteMemang harus ada persiapan, entah itu dari segi mental maupun materi.
Ya namanya hidup, di sana ada bahagia dan duka. Itu ruhnya hidup sesungguhnya.