Peran Kita dalam Menangani Masalah Kekerasan Anak Terhadap Anak – Putri saya yang sekarang duduk di kelas XI (kelas 2 SMA) menyampaikan alasannya tidak ikut lagi kegiatan ekstra kurikuler yang awalnya dia sukai. Alasannya adalah karena ada senior di komunitas mengomel-omeli dirinya, menganggap kegiatan yang dirinya menjadi salah satu panitia tidak berhasil. Dia tidak suka diperlakukan seperti itu. Merasa diintimidasi dan direndahkan, putri saya memutuskan untuk tidak lagi mengikuti kegiatan ekstra kurikuler tersebut.
Kekerasan
dalam Relasi Kuasa Senior-Yunior
Putri saya
menyampaikan peristiwa tak mengenakkan itu kepada guru pembina ekstra kurikulernya ketika ditanyakan
mengapa tidak pernah menghadiri kegiatan lagi. Namanya ibu ya, pasti tidak
senang mendengar putri kita diperlakukan seenaknya oleh seseorang tetapi di
satu sisi, saya senang karena putri saya BERANI MENGAMBIL SIKAP untuk menjauh
dari senior yang PUNYA RELASI KUASA dan
dia juga BERANI TERBUKA kepada guru pembinanya.
Pola relasi
berkuasa senior terhadap yuniornya sudah sering terdengar. Sudah banyak cara
dilakukan untuk menjauhkan pola relasi seperti ini tetapi rupanya masih ada
saja yang melakukannya.
Seperti yang
sedang viral saat ini, kejadian yang membuat seorang siswa di SMA Binus
Tangerang yang mendapat kekerasan dari para seniornya. Pihak
sekolah telah menunjukkan itikad baik untuk mengusut kasus ini.
Dari 40 siswa yang terlibat dalam kekerasan, beberapa siswa sudah diberikan sanksi
dengan dikeluarkannya siswa tersebut dari sekolah.
Haris Suhendra (Humas Binus School Education) dalam press
release-nya, pada 21 Februari 2024 menyampaikan bahwa Binus School
menerapkan Zero Tolerance Policy terhadap tindakan kekerasan baik secara
fisik, psikis maupun emosional.
Mengapa
Anak Melakukan Kekerasan
Dari berbagai
sumber disebutkan bahwa anak melakukan perilaku kekerasan sampai bully bisa
disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa di antaranya termasuk:
1.
Kebutuhan untuk Merasa Kuat atau Berkuasa
Anak mungkin
merasa tidak berdaya dalam situasi tertentu, dan melakukan perilaku kekerasan adalah
cara untuk merasa lebih kuat atau berkuasa atas orang lain.
2.
Kurangnya Empati
Beberapa anak
mungkin tidak memahami atau peduli dengan perasaan orang lain, sehingga mereka
tidak menyadari dampak negatif dari perilaku mereka.
3.
Model Perilaku
Anak-anak
dapat belajar perilaku kekerasan dari lingkungan mereka, termasuk dari orang
tua, saudara kandung, teman sebaya, atau bahkan media.
4.
Masalah dalam Kehidupan Pribadi
Anak yang
mengalami masalah emosional, seperti masalah keluarga, tekanan akademik, atau
kesulitan dalam hubungan sosial, mungkin mengekspresikan frustrasi mereka
dengan cara yang tidak sehat, termasuk melakukan bully.
5.
Ingin Mendapatkan Perhatian
Beberapa anak
mungkin melakukan bully sebagai cara untuk mendapatkan perhatian atau
untuk merasa lebih populer di antara teman-teman mereka.
6.
Ketidakamanan Diri
Anak-anak
yang merasa tidak aman atau tidak nyaman dengan diri mereka sendiri mungkin
mencoba mengatasi perasaan itu dengan menjatuhkan orang lain.
7.
Kurangnya Pemahaman Tentang Konsekuensi Perilaku
Beberapa anak
mungkin tidak menyadari betapa seriusnya dampak dari perilaku perundungan terhadap
korbannya dan masyarakat secara keseluruhan.
Penting untuk
diingat bahwa setiap situasi unik, dan tidak semua anak yang melakukan kekerasan
hingga bully memiliki alasan yang sama. Penting bagi
orang dewasa di sekitar anak untuk mengidentifikasi perilaku bully dan
memberikan dukungan serta bimbingan yang tepat agar anak tersebut bisa belajar
mengelola emosi dan berinteraksi secara sehat dengan orang lain.
Definisi
Kekerasan dalam Permendikbudristek 46/2023
Dalam Permendikbudristek Nomor
46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP) disebutkan definisi yang jelas untuk
membedakan bentuk kekerasan fisik, psikis, dan perundungan. Disebutkan bahwa:
- Kekerasan fisik dilakukan dengan kontak fisik baik menggunakan alat bantu ataupun tanpa alat bantu. Bentuk-bentuknya: tawuran atau perkelahian massal; penganiayaan; perkelahian; eksploitasi ekonomi melalui kerja paksa untuk memberikan keuntungan ekonomi bagi pelaku; pembunuhan; dan/atau perbuatan lain yang dinyatakan sebagai kekerasan fisik.
- Kekerasan psikis dilakukan tanpa kontak fisik untuk merendahkan, menghina, menakuti, atau membuat perasaan tidak nyaman. Bentuk-bentuknya: pengucilan; penolakan; pengabaian; penghinaan; penyebaran rumor; panggilan yang mengejek; intimidasi; teror; perbuatan mempermalukan di depan umum; pemerasan; dan/atau perbuatan lain yang sejenis.
- Perundungan merupakan
kekerasan fisik dan psikis yang dilakukan berulang dan ada relasi kuasa. Bentuk-bentuknya:
penganiayaan; pengucilan; penolakan; pengabaian; penghinaan; penyebaran rumor;
panggilan yang mengejek; intimidasi; teror; perbuatan mempermalukan di depan
umum; pemerasan; dan/atau perbuatan lain yang sejenis.
Lebih lengkap mengenai
bentuk-bentuk kekerasan lain, seperti kekerasan seksual dan diskriminasi
& intoleransi bisa disimak di: https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/definisi-dan-bentuk-kekerasan/.
By the way, tentang “relasi kuasa” dijelaskan dalam https://tularnalar.id/glossary/relasi-kuasa/:
Menurut
konsep pemikiran Michel Foucault, seorang filsuf Perancis yang berpengaruh,
relasi kuasa bermaksud menjelaskan bahwa kekuasaan merupakan satu dimensi dari
relasi. Di mana ada relasi, di sana ada kekuasaan dan kekuasaan selalu
teraktualisasi lewat pengetahuan, karena pengetahuan selalu punya efek kuasa.
Nah, terkait tulisan ini, relasi kuasa yang dimaksud terjadi di sekolah ditujukan
kepada yunior oleh seniornya.
Pencegahan
dan Penanganan Kekerasan: Peran Kemdikbudristek dan Kita Semua
Untuk mengatasi koneksi
buruk akibat relasi kuasa yang kebablasan penting adanya aturan dari pemerintah
agar bisa mengatasi segala permasalahan yang muncul. Perlu adanya payung hukum
yang juga berfokus pada pencegahan, bukan hanya sekadar memberikan sanksi hukum
kepada pelaku kekerasan yang sudah telanjur berdampak parah.
Untuk itulah dibuat Permendikbud 82/2015 yang kemudian diganti
dengan Permendikbudristek
46/2023
atau Permendikbudristek PPKSP. Permendikbudristek PPKSP ini mengatur hal-hal
berikut ini yang tidak diatur detail dalam peraturan sebelumnya:
- Peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan menjadi fokus pencegahan dan penanganan kekerasan.
- Adanya definisi yang jelas dan bentuk-bentuk detail kekerasan (3 dosa besar) yang mungkin terjadi.
- Pembentukan tim penanganan kekerasan di satuan pendidikan dan pemerintah daerah diatur lebih rinci.
- Mekanisme pencegahan yang terstruktur dan peran masing-masing aktor terdefinisikan dengan jelas.
- Pembagian wewenang dan alur kordinasi dalam menangani kasus-kasus kekerasan lebih jelas antara satuan pendidikan, pemerintah daerah, dan Kemendikbudristek.
Tidak hanya itu, di dalam Permendikbudristek
Nomor 46 Tahun 2023 pasal 24-35 dan 76 juga dibahas tentang Pembentukan TPPK (Tim
Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan) dan Satgas dalam PPKSP.
Tim TPPK (Pencegahan dan
Penanggulangan Kekerasan) dalam PPKSP ini dibuat oleh satuan pendidikan
beranggotakan perwakilan pendidik dan perwakilan komite sekolah/orang tua/wali.
Sedangkan Satgas PPKSP
dibuat oleh pemerintah daerah terkait melalui dinas pendidikan setempat dan
beranggotakan dinas bidang pendidikan, dinas bidang perlindungan anak, dinas
bidang sosial, dan organisasi atau bidang profesi yang terkait dengan anak.
Bukan hanya itu, peran
semua pihak dalam PPKSP juga diatur dalam Permendikbudristek 46/2023 ini,
seperti peran pemda, peran satuan pendidikan/kepala sekolah, dan peran
pendidik. Jika ingin membaca semua paparan terkait permendikbudristek ini bisa
diakses di website https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/.
Perlu diketahui,
Kemdikbudristek telah melakukan banyak hal terkait pencegahan perundungan di
satuan pendidikan. Melalui Puspeka
(Pusat Penguatan Karakter), Kemdikbudristek berkomitmen untuk menghapus segala
bentuk kekerasan di satuan pendidikan
dengan menerapkan Program Roots bekerja sama bersama UNICEF dan mitra, serta
melakukan Kampanye Anti Perundungan.
Puspeka berkomitmen untuk
berupaya menghapus perundungan di satuan
pendidikan dengan menerapkan Program Roots bekerja sama bersama UNICEF
dan mitra, serta melakukan Kampanye Anti Perundungan.
Pada tahun 2023 lalu,
pelaksanaan bimbingan teknis telah dilakukan secara offline dan online dengan target peserta dari
2.750 satuan pendidikan. Kegiatan luring dilaksanakan bekerja sama dengan UPT
Kemendikbudristek di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan
Provinsi setempat.
Kemdikbudristek juga
bekerja sama dengan Sidina Community dalam memberikan
pelatihan kepada para ibu. Sampai saat ini sudah hampir 1.700 Ibu
Penggerak yang telah menjalani pelatihan daring
dan lebih dari 220 Fasilitator Ibu Penggerak yang menjalani pelatihan
luring.
Para Ibu Penggerak ini
mendapatkan materi Kurikulum Merdeka, Asesmen Nasional Berbasis Komputer,
Literasi & Numerasi, dan 3 Dosa Besar Pendidikan. Mereka terlibat dalam
sosialisasi dan edukasi terkait materi-materi tersebut di tengah masyarakat dan
satuan pendidikan di seluruh Indonesia.
Mengatasi kekerasan
terhadap anak yang dilakukan juga oleh anak masih butuh perhatian dari banyak
pihak, termasuk kita semua. Permendikbudristek harus didukung. Sekecil apapun
peran itu tetaplah berarti, minimal
memberi pengertian dan kesadaran terkait definisi kekerasan yang diabaikan
sebagian orang.
Perlu
disadari kadang anak melakukan tindakan kekerasan karena memang mereka tidak tahu apa yang
dilakukannya adalah merupakan kekerasan dan
bisa dikenai sanksi hukum.
Makassar,
5 Maret 2024
Simak selengkapnya
bentuk-bentuk kekerasan di:
https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/definisi-dan-bentuk-kekerasan/
Keterangan:
Referensi tulisan berasal
dari: Sidina Community (IG:
@sidina.community), Kemendikbudristek, dan Puspeka, Cerdas Berkarakter.
Baca juga:
- Ketika Anak Mengalami Perundungan Inilah yang Bisa Orang Tua Lakukan
- Bedakan Bercanda, Kekerasan, dan Perundungan, Orang Kampus Wajib Tahu
Share :
Prihatin sekarang liat bullying terjadi di mana-mana, di sekolah biasa maupun elite, bahkan pesantren. Perilaku menindas hanya menimbulkan dendam dan gangguan kepribadian. Jika itu saja bisa diatasi, saya yakin kekerasan anak bisa diminimalisir
ReplyDeleteIya, Pak. Butuh kerja sama semua pihak untuk menangani masalah kekerasan anak terhadap anak.
DeleteBetul, saya juga sangat miris dgn kejdian beberapa waktu lalu. Apalagi jika kondisi anak/remaja yang tidak terkontrol langsung oleh guru/asatidz. Tahu2 udah kejadian, dan pihak ponpes juga menyembunyikan kejadian sebenarnya. Duh
DeleteSemoga kejadian-kejadian tak diinginkan bisa semakin diminimalisir bahkan dihilangkan ya Mbak.
DeleteKekerasan verbal juga termasuk kekerasaan yaaa. Hebat anaknya Mbak Niar sudah berani mengambil sikap. Jangan sampai ada kasus bullying lagi di sekolah, dengan alasan apapun.
ReplyDeleteIya Mbak, bahkan secara verbal pun gak boleh ... seperti yang dialami putri saya di awal tulisan, itu termasuk kekerasan verbal. Alhamdulillah, masya Allah ... putri saya waktu itu bersikap demikian. Dulu saat SMP dia korban bully, Mbak .. sampai2 saya dan ayahnya harus ke sekolah untuk menyelesaikan masalahnya.
DeleteSatu yang pasti, orang tua harus terbiasa membuka ruang diskusi dan berdialog. Banyak yang kejadian, anak segan cerita ke orang tua. Karena orang tuanya menganggap sepeleh pembullyan, atau sebaliknya, terlampau sumbu pendek sehingga main hakim sendiri.
ReplyDeleteYang jelas, bahaya bullying ini harus selalu diajarkan. Bagi sebagian orang tua, sedih anak menjadi korban. Tapi ketika anak menjadi pelaku, rasanya lebih nano-nano lagi. Ya ini tipe orang tua yang paham bahayanya bullying ya, sebab sebagai orang tua emang bebal dan berdalih, "ah gitu aja cengeng, anak saya itu bercanda aja" ah ini yang bahaya banget.
Betul Om ... muaranya selalu ada pada orang tua :(
DeleteSedihnya banyak orang tua yang gak ngeh, sudah begitu ... ada anak yang di rumahnya kalem tapi di sekolah na'udzubillah kelakuannya dan selalu dibela pula oleh orang tuanya.
Suka miris kalo baca berita bullying kayak gini kalo msh dlm tahap wajar setidaknya tdk ada kekerasan fisik mash bisa ditolerir tapi klo sdh kekerasan fisik/seksual gt langsung down nie hati rasanya pengen baca tapi kok gak tega so saddd😔
ReplyDeleteDunia pendidikan harusnya bisa memberikan pendidikan kegembiraan suka cita kepada seluruh pihak yang ada didalamnya...semoga keluaega kota dijauhkan dari hal2 spt ini
Masih jadi pe er besar, Mbak :(
DeleteBagus ya peraturan baru ini pihak sekolah dan kampus lebih aware tentang kekerasan di lingkungan sekolah dan bisa menindak pelaku jika ada kejadian. Bukannya malah menyembunyikan kasusnya
ReplyDeleteHarus aware, Mbak ... dan sebenarnya harus melibatkan orang tua siswa untuk menjadi tim dalam menangani kasus2 yang ada. Kalau menutupi malah bisa jelek buat sekolah saat ketahuan dan pastilah ketahuan kalau kasus kekerasan.
DeleteAdanya edukasi tentang bullying kepada orang tua maupun anak adalah sangat pentuing. Bersyukur sudah ada peraturan baru dari pemerintah, sehingga institusi pendidikan lebih waspada apabila ada kekerasan yang terjadi di lingkungannya.
ReplyDeleteKita menunggu bagaimana implementasinya di sekolah-sekolah ... semoga bisa diimplementasikan karena maksud dari adanya aturan ini baik.
DeleteMiris ya dengan kasus perundungan yang semakin marak saat ini, anak saya pun pernah mengalami perundungan, menguatkannya untuk menghadapi perilaku pelaku yang buruk hingga akhirnya dia bisa melawan dann tidak diperlakukan buruk lagi oleh pelaku merupakan PR yang berat yang pernah saya hadapi
ReplyDeleteNah iya, penting bagi orang tua untuk mengarahkan anaknya bisa bersikap tepat dalam menghadapi kejadian tidak mengenakkan dengan teman ataupun seniornya.
DeleteKadang ada juga anak2 yang tahu kalau tindakannya merupakan kekerasan dan mengandung sanksi hukum, tetapi jiwa muda plus emosi yang membuncah membuat mereka tetap melakukannya tanpa pikir panjang. Ironis ya Mbak.... tindakan memuaskan sesaat tetapi bisa menyeretnya dalam masalah yang lebih panjang.
ReplyDeleteSulit ya kalau seperti itu, Mbak Lisdha ... besar banget peran orang tua, bagaimana agar anaknya bisa mengendalikan dirinya.
DeleteSaya ingat kasus mario dandi, ya sih dia sudah bukan anak2. Tapi korbannya kan masih anak2 yaa... Di berita2, Mario Dandi menantang utk dilaporkan ke pihak berwajib kan..eh beneran jd kasus dan malah merembet ke ayahnya juga. Jd terlihat benar ya bagaimana gambaran keluarga membentuk karakter anak.
DeleteSedih deh akhir-akhir ini sering mendengar berita soal kekerasan, apalagi terhadap anak. Bukan hanya PR jadi sebagai orangtua yahh, kita bermasyrakat sudah seharusnya aware.
ReplyDeleteIya, semua kita perlu mengambil peran sekecil apapun itu. Jika melihat ada anak yang bermainnya kebablasan, sebaiknya ditegur dan diarahkan dengan baik, jangan dimaklumi "namanya juga anak-anak".
DeleteJadi teringat kak, beberapa bulan lalu anak saya kelas 4 SD mengejek temennya. Temennya langsung gak sekolah. Saya terkejut luar biasa karena gak nyangka si anak begitu pada temannya.
ReplyDeleteAkhirnya saya tanya, dia cuma bercanda awalnya. Dia juga ternyata sudah berteman dekat dengan temannya tersebut.
Haduuuh saya udah mikir kemana-mana saat itu
Ibunya peka berarti dan perhatian kepada kawan-kawan anaknya :)
DeleteAduh, jujur takut banget deh saya sama isu-isu bully begini. Mana yang terekspos sekarang makin banyak, bikin saya sebagai orang tua khawatir. Alhamdulillah tapi sekarang masyarakat udah banyak yang lebih aware dan pemerintah pun sudah mulai sosialisasi sana sini tentang kekerasan anak terhadap anak gini.
ReplyDeleteSelain bully, isu kekerasan yang hanya dilakukan sekali dua kali juga meresahkan, Mbak. Kalau sudah bully, berkali2 dilakukan tetapi yang dilakukan satu kali saja seperti yang putri saya alami dalam tulisan saya ini, itu pun sudah tidak baik dan sebaiknya dihentikan.
DeleteSalut kepada para ibu penggerak dari Sidina Community yang telah berkontribusi dengan memberikan berbagai pelatihan :) Soal bullying, rasanya aneh sekali kenapa sampai hari ini masih banyak terjadi dan solusinya bagaikan angin lalu. Makin bingung nih, apalagi di televisi berita macam2 perundungan bahkan pelaku dan penderita dari berbagai kalangan :( Semoga lekas teratasi aamiin.
ReplyDeleteEranya media sosial, jadi makin sering kita mendengarnya ya Mbak :(
DeleteSangat mendukung dgn melalui ibu penggerak ini bisa meminimalisir atau memberantas bullying terhadap anak dgn memberikan edukasi kpd anak dan ortu..
ReplyDeleteYup, setuju .... Ibu Penggerak, khususnya Fasilitator Ibu Penggerak mendapatkan, lalu memberikan edukasi, jadi pengetahuan makin meluas ....
DeleteKaget banget baca yang kasus di binus, bapaknya kan artis yah jadi kejadian itu cepat viral. Setiap kali ada yang share cerita perundungan pasti deh banyak komentar cerita kasus perundungan lain. PR banget yaa di Indonesia apalagi kalau menyangkut pelakunya itu punya kuasa sampai membuat sekolah bungkam :(
ReplyDeleteSalah satu pelaku anak artis, ada juga yang anak pejabat ya katanya. Nah iya, ketika orang tua pelaku "penguasa", itu bisa membungkan penyelesaian yang fair :(
DeleteIya, heran sama anak2 sekarang kenapa makin banyak aja kasus kekerasan fisik dan verbal dikalangan anak2 sekolah. Bukan hanya binus tapi banyak kasus lainnya yg marak akhir2 ini. Bahkan anak pengacara terkenal sekalipun menjadi korbannya.
ReplyDeleteKarena sekarang semakin mudah sesuatu viral .. begitu gampang orang menggerakkan jempolnya. Naifnya, anak2 pelaku kekerasan juga jempolnya pada ringan nge-share rekaman kekerasan yang dilakukan :(
DeleteIni yg mau aku latih ke anakku mba. Biar mereka tidak menjadi korban bully, tapi juga tidak menjadi pelaku.
ReplyDeleteAku tekanin berkali2 kalo mereka ga perlu takut jika dibully, dan harus berani lapor. Sekarang udah serem dengan banyaknya kasus bully begini. Bahkan sampai meninggal 😭
Anak2 memang harus tahu kalo perbuatan seperti itu termasuk kriminal, supaya mereka paham untuk tidak melakukan itu kepada siapapun.
Tepat, Mbak ... Perlu aware sebagai orang tua, berupaya agar anak tak berpotensi jadi pelaku ataupun korban.
DeleteAsli mba, rasanya miris banget dengan kasus pembullyan yg dilakukan anak di usia sekolah. Mesti ada tindak lanjut secara serius jika kasus seperti itu terus terjadi apalagi di ranah pendidikan. Btw cukup penasaran jawaban dari putrinya mba Mugniar saat ditanya guru perihal tdk lagi hadir di kegiatan ekskul ?
ReplyDeletePutri saya menceritakan kelakuan tidak menyenangkan yang dilakukan seniornya, Mbak. Putri saya pernah di-bully saat SMP, alhamdulillah dia belajar dari situ untuk bersikap menhhadapi anak pelaku kekerasan.
Deletegemas sekalinya dii kalau ada yang bully-bully begitu, apalagi di lingkungan sekolah duuh kayak kurang kerjaan sekelinya tuh anak-ana deh.
ReplyDeletesyukurlah ya, anaknya Bunda mau untuk speak up ke guru ya.
Heran dengan anak2 model begitu, di ruang otaknya disisakan tempat untuk membuat kekerasan :(
DeletePelaku perundungan nggak ngenal stastu keluarganya ya, bisa terjadi sama siapa saja. Saya jadi tahu deh penjelasan bedanya kekerasan fisik, psikis dan perundungan.
ReplyDeleteIya, kekerasan anak terhadap anak bisa terjadi di mana saja.
DeleteKarena udah punya pengalaman sebelumnya ya Kak jadi putrinya berani mengambil sikap seperti itu dan terbuka juga sama guru pembinanya. Patut diancungi jempol nih karena biasanya junior takut dan manut2 saja dengan seniornya yang "sok" berkuasa.
ReplyDeletePelaku bully ataupun kekerasan yang terjadi sesekali saja perlu disikapi dengan berani, Siska. Pelaku akan mikir2 juga untuk melakukannya lagi.
DeletePasal perundungan makin marak terjadi di negeri ini. Makin banyak terungkap gara-gara medsos. Semoga semakin berkurang kalau bisa ditiadakan. Tapi memang harus diberikan pengertian pada anak-anak bahwa merundung itu salah dan tidak boleh
ReplyDeleteAnak yang melakukan bisa jadi tidak menyadari apa yang dilakukannya itu punya sanksi hukum yang bisa membawanya ke penjara, Kang Aip. Pe er kita semua masih banyak.
Deleteemosi kalau liat berita bullying begini
ReplyDeleteaku nggak nyangka berita terakhir yang aku tau siswa Binus melakukan tindakan kekerasan, aku sebagai orang yang tinggal di luar jakarta dari dulu mikir kalau anak anak yang sekolah di Binus udah pasti pinter, tata kramanya bagus, hikss lah kok muncul berita gini
perlu edukasi juga ya kepada siswa, tapi kadang karena pengaruh pergaulan juga yang bisa membuat mereka berubah sifat
Nah iya, pikir saya juga dulu begitu, Mbak Ainun, bahwa anak2 yang bersekolah di sekolah mahal lebih mengenal adab ya tetapi ternyata sama saja dengan sekolah2 untuk anak2 menengah ke bawah atau di sekolah negeri. Perlu banget selalu diedukasi mereka, apalagi di sekolah itu kan sudah berlangsung selama 9 angkatan tradisinya.
Deletebelakangan ini sedang marak sekali soal kekerasan pada anak dan dilakukan oleh anak, miris banget ya memang mba, dari sini kita belajar peranan orang tua dalam mengangtisipasi kekerasan anak oleh anak ini sangat besar dan sepakat dengan yang mba tuliskan di atas. setelah mengetahui penyebabnya kita bisa mengantisipasinya. terima kasih untuk informasinya mba, saya baru tahu jenis-jenis kekerasan seksual ini secara detail apa saja
ReplyDeletePeran terbesar ada pada ayah dan ibu. Sayangnya masih banyak yang tidak menyadarinya :(
DeleteKadangkala juga anak-anak yang sudah dibekali ilmu tangkal bullying terpaksa menyerah karena keadaan dan lingkungan yang gak mendukung. Semoga bullying ini bisa kita cegah bersama. sebagai orang yang lebih dewasa, kita bisa membuatkan lingkungan bersosialisasi yang sehat untuk menumbuhkan generasi yang tangguh.
ReplyDeleteKemungkinan yang terjadi seperti itu ketika support system terdekatnya tidak membantu, Mbak Len ... teman putri saya ada yang bahkan ibu kandungnya sendiri yang nge-bully dia, dengan kata-kata yang tidak pantas. Saya saja yang dengar sakit hati, Mbak Len.
DeleteMiris banget nih terkait perundungan yang kian hari kian marak dan parah. Semoga kita selaku orang tua dan orang dewasa bisa melakukan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan, sejak dini secara masif di berbagai lokasi serta situasi. Semoga anak-anak pun lebih memahami, menjaga diri dan tidak menjadi pelaku perundungan.
ReplyDeleteKemungkinan kian marak karena pengaruh media sosial ya yang sekarang mudah memviralkan hal2 yang terjadi di masyarakat.
DeleteAamiin, semoga semakin baik ya penanganan kekerasan anak terhadap anak ya Mbak.
Setelah kejadian yang melibatkan anak artis di BINUS ada lagi kak anak Sunan Kalijaga korban bulling. Miris memang kondisi mental anak-anak sekarang. Tugas kita sebagai orangtua untuk menjaga anak agar berani speakup saat terkondisikan tidak nyaman.
ReplyDeleteIya, saya lihat berita2 tentang anak Sunan Kalijaga itu. Miris ya, Kak Dennise :(
Deletedi segala keadaan ada Bullying ini mba. Aku cuma bisa elus dada dan juga cemas gimana penerus bangsa kalau kayak gini hiksss. Sedih banget. Moga kejadian ini nggak akan terulang lagi..
ReplyDeleteSi kakak udah tau harus gimana ya, kalau tidak nyaman langsung cabut aja dibanding kena omel senior. Mungkin aku juga akan begitu, (dia bukan emak aku, kok ngomel2 hehe). Masalah komunikasi dengan anak2 jadi penting banget.Keluarga dan lingkungan berperan ngebentuk mereka ya mbaa.
Yess, penting bagi anak untuk tahu harus bagaimana. Juga bahwa tidak perlu mencari pengakuan di dalam geng yang senang melakukan kekerasan, baik itu kekerasan verbal, apalagi psikis, apalagi kalau sudah nge-bully (dilakukan berulang kali).
DeleteMakanya anak harus sering2 diajak ngobrol yah mbak, supaya mau terbuka sama kita. Udah banyak banget kasus soalnya, semoga aja anak2 kita selalu dilindungi yaah
ReplyDeleteKomunikasi intinya ya Teh.
DeletePerihal kekerasan pada anak memang sedang marak-amaraknya. Kita semua baik itu dilingkugnan keluarga atau sekolah harus memahaminya ini. Kekerasan yang terjadi akan memberikan dampak luar biasa perkembangan anak kedepannya
ReplyDeleteIya, dampaknya bisa jauuh ke depan. 😞
DeleteMiris memang, melihat kenyaatan yang ada. Ternyata masih banyak anak yang melakukan kekerasan terhadap anak lainnya. Sudah jadi tugas kita mengedukasi anak untuk tidak jadi pelaku atau korban perundungan
ReplyDeletePe er bersama karena masih marak ya, Mbak 😐
DeleteSalut lho sama anaknya yang speak up. Karena biasanya korban bullying itu diam :(
ReplyDeleteAlhamdulillah, Indi. Speak up termyata bukan hal yang mudah ya 🥺
DeleteParadoks bgt klo lihat dunia pendidikan.
ReplyDeletekatanya mendidik, tapiii kok banyak kasus. Semogaaa masalah ini bs terselesaikan ya
Semoga .... Masih banyak yang tidak mengerti ya 😞
DeleteWalah, ini sama kasusnya dengan adik saya. Beberapa bulan lalu akhirnya adik saya keluar dari ekstrakurikuler yang diminatinya. Waktu itu adik saya mengadu ke kami kalau ingin pindah sekolah, kami kaget, gak ada angin gak ada hujan kok tiba-tiba ingin pindah.
ReplyDeleteAkhirnya saya coba mengulik, dan adik saya menjelaskan semuanya, kalau kakak seniornya sudah membentak-bentak, bahkan hampir menampar adik saya. Jadi adik saya gak mau sekolah lagi di situ.
Adik saya sudah mencoba senyum kalau kakak seniornya itu lewat, tapi kakak seniornya selalu buang muka. Akhirnya lah, sampai pada titik tidak nyaman, orang tua kami datang ke sekolah untuk mengajukan pindah sekolah tapi tidak diizinkan, jadinya adik saya keluar dari ekstrakurikuler itu.
Permasalahan dengan kakak seniornya itu diselesaikan bersama dengan pihak guru dan kepala sekolah.
Asli dah.. suka geram sendiri kalau di sekolah masih terjadi bullying atau sok senior gitu. Sampai sekarang masih ada hal-hal kayak gitu. Terus kalau pihak sekolah dimintai keterangan jelas atau pertanggungjawaban, pasti akan lebih memilih diam, katanya demi nama baik sekolah. Menyebalkan.
Duh kenapa begitu ya kakak senior adiknya, Mbak :(
DeleteIya nih, masih ada saja kasus seperti ini ya. Kita harus jeli memperhatikan anak2, kalau mengatakan mau pindah sekolah, apa yang terjadi di sekolah sebenarnya?
kasus bullying sekarang memang sangat memprihatinkan ya, mbak bahkan sampai ada korban jiwa juga. saya pribadi berharap banget anak saya dijauhkan dari bully membully ini di sekolahnya
ReplyDeleteBullying dengan berbagai macam bentuknya, tetap aja namanya menyakiti orang lain dan merasa bahwa dirinya superior dibanding yang lain. Pola yang seperti ini semoga bisa dihindari dengan membentuk masyarakat yang aware terhadap perilaku bullying di sekitar kita. Kita bisa bantu, ayo cegah bullying bersama-sama.
ReplyDeleteHarapannya makin banyak yang aware ya, Mbak Lendy.
DeleteBullying ini ta baca-baca saat ini makin banyak terjadi bahkan sampai dilakukan oleh anak kecil, tidak hanya fisik, bullying secara verbal juga bisa menghancurkan mental seseorang.
ReplyDeleteTugas kita sebagai orang tua, mengabaikan hal yang salah yang dilakukan oleh anak kita dengan dalih mereka masih anak-anak.
Sejatinya anak-anak melakukan tersebut bisa jadi karena meniru orang dewasa melakukannya dan sekitarnya menganggap lumrah
Yup, saya setuju, sejak masih anak-anak kita harus luruskan kalau anak melakukan kesalahan. bukannya ditolerir apalagi ditanggapi dengan tertawa karena dianggap lucu (semisal saat anak memukul, seharusnya diberi arahan bahwa tidak boleh melakukan itu).
DeleteNgeri ya kasus bullyng makin sering jadi headline, sekolah mahal yg katanya elitpun ga menjamin bebas bullyng. Peran keluarga sangat besar di sini supaya anak tdk jadi pelaku atau korban
ReplyDeleteTerjadinya di mana-mana, Mbak ... apalagi dengan maraknya penggunaan handphone, banyak hal yang bisa menjadi sumber inspirasi anak melakukannya ya.
DeleteSetuju banget kak kalau kita semua bisa dapat peran dalam pencegahan kasus kekerasan ini terutama pada anak-anak
ReplyDeleteToss yuk :)
DeleteSaya paling ngerih sama bullying di sekolah-sekolah ini. Secara anak juga masih sekolah. Gak hanya di sekolah tinggi aja sering terjadi bulliying, kelas rendah kayak SD pun ada.
ReplyDeleteMengkhawatirkan
Menjadi salah satu hal yang mengkhawatirkan dalam melepas anak ya tetapi mau tak mau harus dihadapi karena merupakan miniatur dunia yang sebenarnya.
Deletekekuasaan merupakan satu dimensi dari relasi << ini menarik sekali dan lagi ya sebagai orang tua semakin berat tugasnya untuk lebih memberikan kepenuhan pada anak2 sehingga anak2 tidak berbuat orang lain dirugikan.
ReplyDeleteOrang tua harus memperhatikan segala aspek terkait kebutuhan anaknya ya Mbak.
DeletePentingg banget orang tua dan pihak sekolah aware terhadap bullying karena ini tidak hanya menimpa sekolah negeri tapi yg swasta mahalpun ada yang skrg lagi viral.
ReplyDeleteKerjasama dari berbagai pihak perlu yaa...efek bully ke anak.itu bisa mengubah perilaku anak sampai dewasa
Yup, butuh kerja sama semuanya untuk mengatasi hal seperti ini. Diawali dengan kesadaran (awareness) dan itikad baik untuk mengatasinya dengan baik.
DeleteSebagai orang tua dengan anak yang pernah di bully rasanya sedih. Karena anak saya pindahan atau anak baru pasti rentan dibully.
ReplyDeleteSayangnya tanggapan dai orang tua tentang bullying secara verbal di sekolah mayoritas walimurid menanggapnya hal lumrah.
Padahal dari verbal bisa meningkat ke kekerasan lainnya seperti fisik.
Sayang masih kurang sekali sosialisasi anti bullying dan kurang alat pantau di sekolah negeri terutama. Harusnya terpasang cctv untuk kenyamanan semua muridnya
Di mana-mana banyak orang tua/orang dewasayang berpendapat begitu, Mbak. :( padahal harus diatasi. Mana enak bully verbal itu, apakah orang2 dewasa itu nyaman kalau ada yang bully mereka secara verbai? :(
DeleteSedih kalau dengar kasus bullying. Tidak hanya orang dewasa yang mengalami, usia anak-anak pun mengalami kondisi yang sama bahkan orang tua pelaku menganggap biasa saja dengan alasan anak-anak masih belum mengerti apa yang dilakukannya. Duh bikin gemes.
ReplyDelete