Bukan Sekadar Drama Video Pembelajaran Daring - Kalau berpikir picik, mungkin saya berkeberatan dengan putri saya yang terlalu sibuk dengan pelajaran prakarya. Dia harus membuat video lagi untuk mata pelajaran ini. Jika video prakarya dari bahan alam lunak dia sampai menghabiskan waktu hampir 3 hari, untuk video prakarya dari bahan buatan lunak dia harus menghabiskan waktu selama berjam-jam.
Ya, kalau mau berpikir picik.
Seberapa penting sih satu bidang studi sampai tugasnya harus dikerjakan selama
itu?
Tapi kalau mau mencoba berpikir
bijak, sebenarnya pembuatan video prakarya dalam masa pembelajaran daring ini bukan sekadar menghasilkan
prakarya. Bukan! Ada banyak hal yang bisa menjadi pembelajaran, bukan hanya
untuk gadis kelas 8 saya, bahkan juga untuk keluarga kecil kami.
Kalian bisa baca dalam tulisan
berjudul Drama
Pembelajaran Daring: 3 Hari Membuat Video Prakarya dari Bahan Alam Lunak
mengenai pembelajaran apa yang kami peroleh dari proses edit video yang lalu.
Maka ketika kali ini terjadi drama
dalam pembuatan video prakarya bahan lunak buatan. Saya mengamati, kemudian
menyadari … lagi-lagi dalam proses
pembuatan video ini, Athifah dan saya mendapatkan pembelajaran berharga.
Proses Menentukan Bahan
Lunak Buatan
Bukan hal mudah bagi Athifah dan juga
saya, menentukan bahan lunak buatan mana yang paling mudah kami proses. Saya
bukan penyuka crafting dan saya blank dengan pilihan-pilihan yang
ada.
Setelah browsing dan
mendapatkan bayangan, saya memberi saran, bagaimana dengan SABUN MANDI batangan saja.
Sepertinya mengukir sabun mandi menjadi sebuah kerajinan terlihat mudah. Lagi-lagi
pertimbangan utama saya adalah bahan yang paling mudah dikerjakan, paling mudah
diperoleh, dan paling murah harganya. Maklum, Mamak memilih berpikir
praktis. 😏
Proses Membuat Prakarya
dari Bahan Lunak Buatan
Maka beberapa batang sabun mandi siap
diukir Athifah, berikut peralatannya. Gadis remaja ini duduk menekuni
sabun-sabun batangan setelah mendapatkan inspirasi gambar dari Google.
Beruntung ya, anak-anak zaman ini, mau bikin apa-apa bisa googling dulu
mencari informasi dan inspirasi.
Selama beberapa jam berkutat dengan
sabun, yang terjadi adalah lebih banyak sepihan sabun ketimbang sabun yang
terbentuk. Yang tadinya mau bentuk apa, hasilnya tak ada kemiripan dengan
rencananya.
Proses Menentukan
Kembali Prakarya yang Akan Dibuat
“Coba cari di internet, adakah cara
membuat sesuatu dari sabun yang dilelehkan?” tanya saya, melihat kenyataan banyaknya
seprihan sabun di depan mata.
“Saya sudah cari, ada. Bisa bikin
sabun dari sabun yang dilelehkan,” ucap anak perempuan satu-satunya di antara
ketiga buah hati ini.
Kami mencari tahu bersama apa yang bisa dilakukan. Ah, rupanya memang ada kerajinan membuat sabun dari sisa-sisa sabun mandi batangan. Jadi, potongan-potongan sabun mandi dikumpulkan kembali, dilelehkan dengan air di atas kompor, lalu dicetak kembali menjadi sabun mandi yang berukuran lebih besar.
Oke, sekarang kita buat modifikasinya
saja. Serpihan-serpihan – produk gagal dari kreasi pahat sabun mandi utuh
dibuat kembali menjadi sabun mandi yang berukuran
lebih besar. Athifah setuju dengan ide ini.
Meskipun absurd ya, bolak-balik
begitu sabun dibentuk dan diolah tapi kan bisa dikatakan prakarya bahan
lunak buatan. Mudah dibuat dan modalnya nol rupiah, ketimbang beli lagi
bahan lain. 😊
Proses Merekam
Pengerjaan Prakarya dari Serpihan Sabun
Sabun yang masih berbentuk besar
dijadikan serpihan. Rekamannya dibuat mulai dari membuat serpihan-serpihan
sabun batangan. Saya membantu Athifah merekam saat dia menyerut sabun
batangnya.
Kami lalu menyiapkan 3 buah panci
untuk melelehkan serpihan-serpihan sabun tersebut. Mengapa 3 panci? Karena serpihan-serpihan
kami bagi 3. Dua bagian diberi warna merah dan hijau – sisa perwarna makanan
yang dipergunakan dalam prakarya membuat kerajinan lunak alam tempo hari.
Sedangkan satu bagian tetap seperti warna asalnya.
Nah, absurd lagi ide Mamak di sini. Masa sabun mandi dikasih pewarna makanan? 😁😂 Ndak papa lah yaa. Biar di videonya terlihat lebih cantik, warnanya ndak monoton. 😅
Dua mata kompor menyala. Saya membantu Athifah merekam dia mengaduk-aduk sabunnya. Singkat cerita, sabun cukup berhasil dilelehkan dan diletakkan ke dalam sebuah wadah, toples berukuran agak besar.
Sebenarnya kekentalan sabunnya tidak
persis sama dengan yang kami tonton di YouTube. Tapi sudahlah, semoga saja
sabunnya jadinya. Soalnya, untuk membuat kekentalan yang sama persis dengan
yang dicontohkan di YouTube itu, rupanya tidak mudah juga. Entah takaran airnya
yang tidak pas, besar apinya yang tidak pas, atau lama dan kecepatan mengaduknya
yang tidak pas.
“Masukkan di freezer ya, Athifah? Supaya cepat keras sabunnya,” Mamak mengusulkan hal absurd ketiga. 😁
Tidak pernah terjadi di rumah ini,
sabun mandi masuk ke dalam freezer. Sungguh, ini peristiwa bersejarah!
SIngkat cerita. Setelah beberapa jam,
sabunnya mengeras. Sabun warna-warni dengan warna tak beraturan berbentu oval
itu sudah jadi. Rasanya seperti mengeluarkan es krim palsu dari freezer!
Sudah jelang jam 10 malam saat
Athifah memotret hasil prakaryanya.
Proses Editing Video
Sebenarnya dead line pengumpulan
tugas adalah keesokan hari setelah sabun jadi. Kalau mau disetor saat jam
sekolah, pasti tidak bisa karena editing video makan waktu cukup lama
sementara pada pagi hingga siang harinya Athifah harus belajar sesuai jadwal
kelasnya.
Saya mengirimkan WA kepada guru prakarya
dan meminta kelonggaran waktu karena gadget yang dipakai Athifah milik
saya jadi harus bergantian dengan saya. Sementara siang itu saya ada pekerjaan
meliput sebuah rumah makan.
Praktis baru pada jelang magrib baru Athifah bisa mengedit video karena saya baru pulang sore hari. Secara tiba-tiba ada berita duka, ayah seorang kawan meninggal dan rumahnya tak jauh dari restoran yang saya liput jadi saya ke rumah kawan dulu.
Saat saya tiba di rumah, wajah
Athifah sudah terlihat kusut. Menurutnya, Kakak Affiq tak mau memberikannya
laptop. Affiq juga sibuk dengan kuliahnya jadi memang laptop menjadi barang
yang diperebutkan di rumah kami.
Saya berikan dia HP dan mengatakan,
kerjakan secara lebih sederhana lagi. Kalau video yang dulu ada musik dan suara,
untuk video kali ini tidak usah rekam suara. Tapi pikiran anak gadis ini sudah ribet
duluan. Dia berpikir tidak akan bisa selesai videonya karena tenggat waktu
tinggal 2 jam lagi.
“Tidak bisa selesai. Tinggal dua jam!”
ujarnya merajuk.
“Bisa! Bisa selesai. Cepat kerjakan
sekarang!” bujuk saya.
Selama bermenit-menit kemudian,
Athifah malah mogok. Dia sudah berpikir takkan bisa menyelesaikan tugasnya.
Kembali tugas saya untuk meyakinkan dia bisa menyelesaikan. Kali ini saya
berkata keras. Saya katakan andai dia tak membuang-buang waktunya, sudah ada
yang dia kerjakan ketimbang mogok begitu.
Saya memaksanya menyelesaikan
tugasnya. Bukan sekadar untuk nilai bagus pada mata pelajaran prakarya. Tapi
untuk mengajarinya menemukan
solusi dan pantang menyerah. Paksaan saya – alhamdulillah berhasil.
Videonya selesai. Kali ini tanpa
suara Athifah. Namun tulisan dan sisipan musiknya sudah memadai untuk sebuah
video yang dihasilkannya sendiri.
Great job, my beloved daughter. Pembelajaran berharga kita dapatkan
lagi kali ini. Athifah keren, bisa mematahkan anggapan tidak bisa menjadi BISA.
Pembelajaran Berharga
dari Rangkaian Proses Pembuatan Video Prakarya Bahan Lunak Buatan
Sebagai ibu, saya Bahagia Athifah
sudah melalui satu tantangan lagi. Pembuatan video mata pelajaran prakarya bukan
sekadar mencari nilai. Saya menghargai PROSESnya. Saya yakin Athifah belajar
banyak.
Saya catat lagi di sini, suatu saat
nanti dia bisa membacanya dan mengingat ini, juga membenarkan apa yang saya
tuliskan mengenai pembelajaran yang kami dapatkan:
- Belajar mengomunikasikan permasalahan/tugas. Kalau ada masalah, coba berkomunikasi dulu, dengan begitu solusi bisa ditemukan.
- Mencari solusi bersama-sama dengan keluarga sebagai orang-orang yang dipercaya.
- Belajar berpikir kreatif dalam mencari solusi, meskipun Mamak rada absurd kali ini. 😂
- Belajar mencari solusi yang paling mudah dilakukan, setelah menimbang dari sekian kemungkinan.
- Tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan suatu urusan walaupun kondisi terbatas. Pakai HP punya mamaknya, tidak bisa pakai laptop karena dipakai Kakak, bukanlah hambatan besar.
- Semua masalah in syaa Allah ada jalan keluarnya selama kita mau berkomunikasi dengan orang yang dipercaya (dalam hal ini keluarga), mencari solusi, dan berusaha.
- Mengasah keterampilan edit video sederhana. Sekalian belajar mengefisienkan waktu. Belajar juga memilih mana yang penting atau tidak dilakukan dalam waktu yang singkat. Kalau yanglalu edit video bisa sampai menjelang 3 hari maka kali ini bisa juga hanya dalam 2 jam.
Bukankah ke-7 hal tersebut di atas selalu
kita perlukan dalam menjalani kehidupan? Jadi, benarkan yang saya katakan di
atas bahwa PROSES pengerjaan prakarya ini bukan sekadar untuk mendapatkan hasil
dari satu mata pelajaran, melainkan ada hal-hal yang menjadi pembelajaran
penting di dalamnya?
Makassar, 14
Oktober 2020
Share :
Ya ampun..itu sabun diparut toh. Saya lihatnya kirain keju parut. Heuheueh..enak sekali~
ReplyDeleteAstaga
Deletejadi inget jaman SMP kayaknya bikin tugas seperti ini
ReplyDeletesampe kerja kelompok beberapa kali di rumah temen. dan jaman dulu belum ada teknologi hape canggih, jadi nggak pernah ada dokumentasi nya
Yup, tugas praktik apapun, yg dibutuhkan adalah prosesnya. Bukan sekadar hasil jadinya. Karena di proses itulah pembelajaran yg sebenar-benarnya sedang terjadi
ReplyDeletewah keren deh ini bisa bikin sabun, aku pun kadang berasa membuat video aktivitas sekolah anakku PR banget deh. Apalagi anakku masih 6 tahun dan banyak banget bercandanya.
ReplyDeleteDi rumah Mpo tidak pernah ngumpulin sabun. Sabun kecil di buang. Habis baca ini jadi pengen lihat YouTube tutorial bikin sabun seperti itu. Pembelajaran daring jadi bermakna ya
ReplyDeleteAku juga paling senang kalau nemenin anak bikin eksperimen dari sekolahnya. Seru pokoknya. Jadi tambah ilmu baru dan kita bisa lebih dekat juga dengan anak.
ReplyDeletePenting ya mengajarkan pada anak bahwa proses pembelajaran lebih penting, jadi ga hanya fokus pada hasil. Anak mau berkarya dan berproses pun perlu diapresiasi :)
ReplyDeleteKerennnn, kakak Athifa! Saya jadi ingat jaman sekolah dulu juga disuruh mengukir sabun. Sayangnya dulu belum jaman internet apalagi yutuban. Hehehhe.. jadi gak pernah divideoin.
ReplyDeleteBtw salut dengan semangat ibunya sehingga kakak Athifa mau melewati semua prosesnya hingga tuntas.
Hahaha jadi ingat tugas anakku yang smp dan kebetulan materinya bahan lunak juga, memang PJJ ini banyak dramanya yang bikin ibunya lelah secara emosi tapi ternyata ada manfaat positifnya bisa bikin cemistry antara orangtua dan anak berkolaborasi bikin PR.
ReplyDeleteWahh keren kakak Athifa...
ReplyDeleteBisa melalui semua prosesnya dgn baik...
Tetap semangat
Tapi semenjak dring, anak-anak jadi lebih kreatif ya.
ReplyDeleteBisa bikin vlog atau video pendidikan bahkan foto-foto prakarya.
Jadi bisa edit video ya selain bikin prakarya.. sambil menyelam minum air..
ReplyDeletewuih sabun masuk freezer mba kwkwkw keren Athifa selalu ya adapembelajaran terbaik
ReplyDelete