Pelecehan Seksual Bukan Lelucon

Berita mengenai pelecehan seksual yang dilakukan 3 siswa dan 2 siswi SMK terhadap seorang siswi teman sekelasnya di dalam kelas, di sebuah sekolah di Sulawesi Utara membuat saya terhenyak dan mata saya berair. Berita televisi yang saya saksikan itu membuat perasaan saya tercampur-aduk. Antara sedih, perih, dan marah.

Kelima anak lelaki itu melakukannya saat guru sedang mengambil soal di luar kelas. Mereka melakukannya di dalam kelas! Kejadian ini menasional gaungnya setelah videonya viral.

Sebuah artikel yang saya baca di Tirto.id yang juga dimuat di media-media online lain terkait kasus perundungan

ini menyebutkan latar belakang pelecehan seksual hingga membuat si siswi terbaring di lantai dan dikerjai oleh kelima kawannya tersebut adalah “lelucon”. Ya Allah, sebegitu naifnya anak-anak itu sehingga sesuatu yang sama sekali tidak lucu, disebut sebagai lelucon? 😢

Dikabarkan si korban trauma atas kejadian ini. Menempatkan diri pada posisi korban, perih rasanya karena saya perempuan dan memiliki seorang anak perempuan.

Sungguh, hal yang menyangkut aktivitas yang terkait seksualitas bukanlah lelucon melainkan sesuatu yang harus diposisikan secara layak dan hanya dilakukan oleh pasangan suami-istri. Sangat menyakitkan ketika mengetahui ada perempuan yang dilecehkan dengan dalih “hanya” lelucon.

Satu poin penting dari kasus ini adalah, pentingnya mengajarkan makna bercanda dan lelucon pada anak sejak kecil. Sejatinya sejak kecil anak perlu diberi tahu yang mana yang namanya bermain atau bercanda yang sehat.

Mungkin tak diperhatikan oleh sebagian orang karena apapun yang dilakukan anak kecil dianggap lucu, sekalipun ketika dia memukul. Jangan sampai anak kecil kita memukul anak lain lantas kita tertawa. 😨

Berita di Tirto.id

Ketika melihat seorang anak kecil melakukan gerakan memukul jangan sama sekali tertawa! Coba bayangkan jika dia melakukannya 10 atau 20 tahun ke depan. Hal konyol yang saya pernah lihat adalah orang tua si anak sendiri yang menyuruh anaknya memukul orang lain sembari si orang tua tertawa-tawa. 😤

Pernah juga melihat orang tua membiarkan ketika anak kecilnya meninju-ninju orang tuanya saat marah, malah beberapa kali saya dapati ibunya tertawa atau diam saja. Saya menegur halus si anak tapi si orang tuanya santai. Saya bisa apa?

Please, jangan sekali-sekali membiarkan hal seperti ini jadi kebiasaan. 😧

Ketika tenaga dan tubuh si anak bertambah besar, siapa yang akan kewalahan menghadapi kemarahannya karena terbiasa melampiaskannya dengan cara demikian? Bukan hanya orang tuanya!

Pada usia yang masih sangat kecil pun, memukul bukanlah hal yang wajar. Jangan menjadi fasilitator untuk anak melakukannya lagi dan lagi. Alihkan gerakannya. Tegur dia. Kalau perlu, tegur dengan suara tegas atau keras ketika dia sudah bisa membedakan mana yang baik/benar dan mana yang buruk/salah!

Berita di Liputan6.com

Anak-anak memang tidak seketika tahu yang mana baik/benar atau buruk/salah. Orang tua dan orang  dewasa di sekitarnyalah yang bertanggung jawab memberi pengertian. Ketika orang tua atau orang dewasa di sekitarnya senantiasa membiarkan dengan dalih “namanya juga anak-anak” maka tunggulah munculnya seorang MONSTER berwujud manusia.

Suatu ketika saya menegur keras seorang anak laki-laki yang tingginya seukuran saya. Dia menarik keras jilbab seorang anak perempuan yang sedang berjalan di depannya hingga anak perempuan itu terjatuh. Jilbabnya terlepas. Anak perempuan itu menangis sementara si anak laki-laki tertawa terbahak-bahak.

Rasanya seperti mendengar jelmaan suara setan saja.  ðŸ˜°

Spontan saya melotot dan membentak anak laki-laki itu, “Heh, kamu kira bagus yang kamu lakukan? Kasar itu!”

Anak laki-laki itu sontak terdiam  lalu dia pergi.

Sejak Athifah masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 2, tak saya biarkan dia bermain dengan anak sekitar karena suatu ketika dia dikuncikan dari luar, di dalam sebuah tempat kosong di belakang rumah tetangga oleh teman-temannya – anak tetangga. Putri saya menangis histeris sementara anak-anak itu tertawa-tawa dari luar.

Selera humor apa itu? 😓


Apa yang lucu? 😑

Sama sekali tidak lucu!

Waktu Athifah duduk di kelas 4 sekolah dasar, ada anak lelaki di sekolahnya yang dengan bersemangat, dia suka memegang selangkangan anak perempuan. Suatu ketika dia mau melakukannya terhadap Athifah. Papanya Athifah langsung mendatanginya di sekolah keesokan harinya, melaporkan pada guru si anak lelaki dan menegur anak itu dengan sangat keras.

Papa Athifah mengatakan bahwa tindakan yang dia lakukan itu namanya pelecehan seksual, dia bisa ditangkap polisi kalau melakukan hal tersebut.

Ketika anak-anak saya saling bercanda saya juga bisa jadi sangat galak ketika salah satu dari mereka tertawa terbahak-bahak sementara saudaranya merasa sangat terganggu. Sesekali okelah bercanda itu, bisa juga sesekali melatih mental tapi ada batasannya. Tidak boleh ada yang merasa sangat terganggu. Itu bukan bercanda, bukan bermain bersama.



Bercanda atau bermain itu ketika semuanya bisa bersenang-senang atau terhibur bersama dalam koridor norma yang benar. Jangan sampai seperti pelecehan seksual yang katanya bercanda itu. Jatuhnya kriminal. 😥

Sejak kelas 2 sekolah dasar kita diajarkan
mengenai hak dan kewajiban. Bahwa
batasan hak kita adalah hak orang lain.
Jika kita merasa berhak bercanda atau
melempar lelucon maka perhatikan
hak orang lain ketika dia merasa terganggu.
Itu tanda untuk tak paksakan hak kita kepadanya.

Mari para orang tua, kita bekerja sama. Mari jaga, amati, dan arahkan sikap dan perilaku anak-anak kita. Agar mereka tumbuh menjadi tulang punggung negara yang sehat. Bukan hanya sehat fisik. Melainkan juga sehat mental, termasuk sehat selera humornya. Semoga Allah meridhai.

Makassar, 14 Maret 2020

Baca juga:



Share :

16 Komentar di "Pelecehan Seksual Bukan Lelucon"

  1. Saat ini begitu banyak hal yang dianggap lucu padahal seharusnya tabu, tak pantas, tak beretika dan bermoral..Tapi orang menganggap biasa dan meremehkannya.
    PR besar buat orang tua,guru dan semua. Dan tindakan Mbak Niar salah satu contohnya. Tegur pelaku jika melihat itu dan tegas bertindak jika anak kita jadi korbannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar Mbak, PR besar kita. Mengerikan sekali jika sampai dewasa seseorang punya selera humor yang buruk, bahkan jahat :(

      Delete
  2. Daku juga pernah ketemu dengan orangtua yang cuek aja anaknya mukul-mukul dia.
    Jadinya hanya bisa berdoa semoga orang-orang yang kita kasihi selalu dilindungi oleh Allah Swt, aamiin.

    ReplyDelete
  3. astaghfirullaaah, iya betul semua Niar!

    Saya ijin share tulisan ini ya. Terus terang saya tidak menangkap sama sekali apa yang ada di benak ke 5 anak itu, mereka sudah masuk usia remaja, dan tentu saja mengerti dengan tepat apa yang mereka kerjakan.

    Saya pernah jadi korban pelecehan seperti ini, dianggap bercanda dan itu jahatnya luar biasa! Hingga detik ini, saya masih ingin menampar muka orang itu, saya dengar dia juga tidak berhasil dalam rumah tangganya sih, saya bersyukur karena sejahat itulah kelakuannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah, mengerikannya, Mbak Tanti. Saya saja marah kalau ada yang melakukan seperti itu kepada perempuan lain, pengen nabok ... apalagi orang yang mengalaminya ya Allah :'(

      Dengan senang hati Mbak Tanti kalau mau share silakan. Siapapun yang mau share, boleh ...

      Delete
  4. Jadi teringat sewaktu nobar film Marlina, banyak penonton ketawa ngelihat Marlina diperkosa
    Terlalu ya?

    ReplyDelete
  5. Saya kadang lebih suka kalau ilmu parenting itu kita lebih fokus nerapin ke diri sendiri, dan saya kadang heran melihat banyak ibu yang kayak maksa gitu nerapin ilmu parenting yang mereka tahu ke orang lain.

    Akan tetapi saya tersadarkan.
    Kalau memang ada anak yang 'salah' tapi rugiin diri sendiri dan ortunya saja sih it's OK ya, palingan orang lain cuman feel sorry to hear that.

    Lah masalahnya adalah, akibat kurang didikan atau perhatian ortu, akhirnya anaknya merugikan orang lain.

    Sungguh ingin kujambak rambut orang tuanya! duh maafkaaann, sebel banget saya.
    Karena biar bagaimana pun, peranan ortu juga penting.
    Sebagai ortu memang mau nggak mau, sulit nggak sulit ya kita kudu mau siapkan waktu untuk mendidik anak dengan baik.
    Nggak usah muluk-muluk deh, minimal jangan merugikan anak orang lain, itu aja dulu hiks.

    Geram banget saya kalau baca hal-hal sedih yang menimpa anak-anak :(

    ReplyDelete
  6. Kujuga melihat dan membaca berita itu jadi geram bgt kok ada y. Katanya cuma iseng, omg! Itu bakal bikin trauma lho

    ReplyDelete
  7. Makin ke sini tingkah anak2 muda jauuuhhh dari kata "beradab".
    MasyaAllah, dibutuhkan kerjasama antara ortu, lingkungan, sekolah, agar kita bisa melahirkan generasi yg baik, yg santun, dan terus berkontribusi positif untuk bangsa ini.

    ReplyDelete
  8. Yang mengherankan kelakuan dua siswi pelaku ya Mbak, NR dan PN itu, sesama perempuan kok ya gak ngerti kaumnya juga lho ... tanggung jawab orang tua memahamkan anak agar menghindari berbuat pelecehan seksual ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul

      heran saya

      apa dia biasa dibegitukan atau pernah digituin lalu dendam?

      Delete
  9. Aamiin.

    Miris banget pelecehan seksual dengan alasan bercanda. Inilah salah satu alasan saya tisak suka sama sekali dengan konten prank dalam bentuk apapun. Anak-anak bisa melihat tanpa pengawasan. Kuatirnya mereka meniru tanpa berfikir panjang. Turut prihatin yang Mbak atas kejadian yang menimpa putrinya. Semoga semua anak-anak kita terhindar dari segala becandaan yang nggak penting dan bisa membuat mereka trauma.

    ReplyDelete
  10. Banyak sekali anak yang nggak tahu batasan bercanda. Asal bisa membuat mereka senang saat menjahili orang lain bisa dengan mudahnya bilang bercanda. Lingkungan sekitar juga biasanya mendukung sih, kalau ada yang mengadu dijahili atau dilecehkan atau dikasari temannya suka diremehkan dan dibilang baper atau nggak asik. Jadi memang lingkungan dulu, para orang tua ini yang harus diedukasi supaya anak-anak terhindar dari pelecehan seksual.

    ReplyDelete
  11. Astaghfirullah saya baca berita ini pun syok juga mbak. Kenapa sekarang begitu banyak tindak bullying dan pelecehan serupa ini ya. Memang harusnya Hal Hal Yang berbau memukul dll itu harus segera dilarang sekali anak kecil, bukan malah ditertawakan atau dianggap Lucu.karena memang nggak lucu

    ReplyDelete
  12. Era atau jaman telah berubah.Kadang anak-anak membuat lelucon tanpa batas.
    Semua katanya bercanda.
    Kalau diingatkan, justru galakan dia. Jadi serba salah.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^