Kelima anak lelaki itu
melakukannya saat guru sedang mengambil soal di luar kelas. Mereka melakukannya
di dalam kelas! Kejadian ini menasional gaungnya setelah videonya viral.
Sebuah artikel yang saya
baca di Tirto.id yang juga dimuat di media-media online lain terkait
kasus perundungan
Dikabarkan si korban
trauma atas kejadian ini. Menempatkan diri pada posisi korban, perih rasanya
karena saya perempuan dan memiliki seorang anak perempuan.
Sungguh, hal yang
menyangkut aktivitas yang terkait seksualitas bukanlah lelucon melainkan
sesuatu yang harus diposisikan secara layak dan hanya dilakukan oleh pasangan
suami-istri. Sangat menyakitkan ketika mengetahui ada perempuan yang dilecehkan
dengan dalih “hanya” lelucon.
Satu poin penting dari kasus ini adalah, pentingnya mengajarkan makna bercanda dan lelucon pada anak sejak
kecil. Sejatinya sejak kecil anak perlu diberi tahu yang mana yang namanya bermain atau bercanda yang sehat.
Mungkin tak diperhatikan
oleh sebagian orang karena apapun yang dilakukan anak kecil dianggap lucu, sekalipun
ketika dia memukul. Jangan sampai anak kecil kita memukul anak lain lantas kita
tertawa. 😨
Berita di Tirto.id |
Ketika melihat seorang anak kecil melakukan gerakan memukul jangan
sama sekali tertawa! Coba bayangkan jika dia melakukannya 10
atau 20 tahun ke depan. Hal konyol yang saya pernah lihat adalah orang tua si
anak sendiri yang menyuruh anaknya memukul orang lain sembari si orang tua tertawa-tawa. 😤
Pernah juga melihat orang
tua membiarkan ketika anak kecilnya
meninju-ninju orang tuanya saat marah, malah beberapa kali saya
dapati ibunya tertawa atau diam saja. Saya menegur halus si anak tapi si orang
tuanya santai. Saya bisa apa?
Please, jangan sekali-sekali membiarkan hal
seperti ini jadi kebiasaan. 😧
Ketika tenaga dan tubuh si
anak bertambah besar, siapa yang akan kewalahan menghadapi kemarahannya karena
terbiasa melampiaskannya dengan cara demikian? Bukan hanya orang tuanya!
Pada usia yang masih sangat
kecil pun, memukul bukanlah hal yang wajar. Jangan menjadi fasilitator untuk anak melakukannya
lagi dan lagi. Alihkan gerakannya. Tegur dia. Kalau perlu, tegur dengan suara
tegas atau keras ketika dia sudah bisa membedakan mana yang baik/benar dan mana
yang buruk/salah!
Berita di Liputan6.com |
Anak-anak memang tidak seketika tahu yang mana baik/benar atau
buruk/salah. Orang tua dan orang dewasa di sekitarnyalah yang bertanggung jawab
memberi pengertian. Ketika orang tua atau orang dewasa di sekitarnya senantiasa membiarkan dengan dalih “namanya juga anak-anak” maka tunggulah
munculnya seorang MONSTER
berwujud manusia.
Suatu ketika saya menegur
keras seorang anak laki-laki yang tingginya seukuran saya. Dia menarik keras
jilbab seorang anak perempuan yang sedang berjalan di depannya hingga anak
perempuan itu terjatuh. Jilbabnya terlepas. Anak perempuan itu menangis
sementara si anak laki-laki tertawa terbahak-bahak.
Rasanya seperti mendengar
jelmaan suara setan saja. 😰
Spontan saya melotot dan
membentak anak laki-laki itu, “Heh, kamu kira bagus yang kamu lakukan? Kasar
itu!”
Anak laki-laki itu sontak
terdiam lalu dia pergi.
Sejak Athifah masih duduk
di bangku sekolah dasar kelas 2, tak saya biarkan dia bermain dengan anak
sekitar karena suatu ketika dia dikuncikan dari luar, di dalam sebuah tempat
kosong di belakang rumah tetangga oleh teman-temannya – anak tetangga. Putri
saya menangis histeris sementara anak-anak itu tertawa-tawa dari luar.
Selera humor apa itu? 😓
Apa yang lucu? 😑
Sama sekali tidak lucu!
Waktu Athifah duduk di kelas
4 sekolah dasar, ada anak lelaki di sekolahnya yang dengan bersemangat, dia suka
memegang selangkangan anak
perempuan. Suatu
ketika dia mau melakukannya terhadap Athifah. Papanya Athifah langsung
mendatanginya di sekolah keesokan harinya, melaporkan pada guru si anak lelaki
dan menegur anak itu dengan sangat keras.
Papa Athifah mengatakan
bahwa tindakan yang dia lakukan itu namanya pelecehan seksual, dia bisa ditangkap polisi kalau melakukan hal tersebut.
Ketika anak-anak saya
saling bercanda saya juga bisa jadi sangat galak ketika salah satu dari mereka
tertawa terbahak-bahak sementara saudaranya merasa sangat terganggu. Sesekali
okelah bercanda itu, bisa juga sesekali melatih mental tapi ada batasannya.
Tidak boleh ada yang merasa sangat terganggu. Itu bukan bercanda, bukan bermain
bersama.
Bercanda atau bermain itu
ketika semuanya bisa bersenang-senang atau terhibur bersama dalam koridor norma
yang benar. Jangan sampai seperti pelecehan seksual yang katanya bercanda itu. Jatuhnya
kriminal. 😥
Sejak kelas 2
sekolah dasar kita diajarkan
mengenai hak dan
kewajiban. Bahwa
batasan hak kita
adalah hak orang lain.
Jika kita merasa berhak bercanda atau
melempar lelucon maka perhatikan
hak orang lain ketika dia merasa terganggu.
Itu tanda untuk tak paksakan
hak kita kepadanya.
Mari para orang tua, kita bekerja sama. Mari jaga, amati, dan arahkan sikap dan perilaku anak-anak
kita. Agar mereka tumbuh menjadi
tulang punggung negara yang sehat. Bukan hanya sehat fisik. Melainkan juga sehat mental,
termasuk sehat selera
humornya.
Semoga Allah meridhai.
Makassar,
14 Maret 2020
Baca juga:
- Lakukan Sesuatu untuk Hentikan Gaya Menulis Cabul
- Waspadai Kejahatan Seksual pada Anak
- Menganalisa Berita yang Sensitif Gender dan Peduli Anak
- Workshop Remaja: Menghadapi Baligh Tanpa Labil dan Panik
- Membesarkan Sesosok Monster? Jangan Sampai!
Share :
Saat ini begitu banyak hal yang dianggap lucu padahal seharusnya tabu, tak pantas, tak beretika dan bermoral..Tapi orang menganggap biasa dan meremehkannya.
ReplyDeletePR besar buat orang tua,guru dan semua. Dan tindakan Mbak Niar salah satu contohnya. Tegur pelaku jika melihat itu dan tegas bertindak jika anak kita jadi korbannya
Benar Mbak, PR besar kita. Mengerikan sekali jika sampai dewasa seseorang punya selera humor yang buruk, bahkan jahat :(
DeleteDaku juga pernah ketemu dengan orangtua yang cuek aja anaknya mukul-mukul dia.
ReplyDeleteJadinya hanya bisa berdoa semoga orang-orang yang kita kasihi selalu dilindungi oleh Allah Swt, aamiin.
Aamiin. Semoga ya Mbak Fenni.
Deleteastaghfirullaaah, iya betul semua Niar!
ReplyDeleteSaya ijin share tulisan ini ya. Terus terang saya tidak menangkap sama sekali apa yang ada di benak ke 5 anak itu, mereka sudah masuk usia remaja, dan tentu saja mengerti dengan tepat apa yang mereka kerjakan.
Saya pernah jadi korban pelecehan seperti ini, dianggap bercanda dan itu jahatnya luar biasa! Hingga detik ini, saya masih ingin menampar muka orang itu, saya dengar dia juga tidak berhasil dalam rumah tangganya sih, saya bersyukur karena sejahat itulah kelakuannya
Ya Allah, mengerikannya, Mbak Tanti. Saya saja marah kalau ada yang melakukan seperti itu kepada perempuan lain, pengen nabok ... apalagi orang yang mengalaminya ya Allah :'(
DeleteDengan senang hati Mbak Tanti kalau mau share silakan. Siapapun yang mau share, boleh ...
Jadi teringat sewaktu nobar film Marlina, banyak penonton ketawa ngelihat Marlina diperkosa
ReplyDeleteTerlalu ya?
Saya kadang lebih suka kalau ilmu parenting itu kita lebih fokus nerapin ke diri sendiri, dan saya kadang heran melihat banyak ibu yang kayak maksa gitu nerapin ilmu parenting yang mereka tahu ke orang lain.
ReplyDeleteAkan tetapi saya tersadarkan.
Kalau memang ada anak yang 'salah' tapi rugiin diri sendiri dan ortunya saja sih it's OK ya, palingan orang lain cuman feel sorry to hear that.
Lah masalahnya adalah, akibat kurang didikan atau perhatian ortu, akhirnya anaknya merugikan orang lain.
Sungguh ingin kujambak rambut orang tuanya! duh maafkaaann, sebel banget saya.
Karena biar bagaimana pun, peranan ortu juga penting.
Sebagai ortu memang mau nggak mau, sulit nggak sulit ya kita kudu mau siapkan waktu untuk mendidik anak dengan baik.
Nggak usah muluk-muluk deh, minimal jangan merugikan anak orang lain, itu aja dulu hiks.
Geram banget saya kalau baca hal-hal sedih yang menimpa anak-anak :(
Kujuga melihat dan membaca berita itu jadi geram bgt kok ada y. Katanya cuma iseng, omg! Itu bakal bikin trauma lho
ReplyDeleteMakin ke sini tingkah anak2 muda jauuuhhh dari kata "beradab".
ReplyDeleteMasyaAllah, dibutuhkan kerjasama antara ortu, lingkungan, sekolah, agar kita bisa melahirkan generasi yg baik, yg santun, dan terus berkontribusi positif untuk bangsa ini.
Yang mengherankan kelakuan dua siswi pelaku ya Mbak, NR dan PN itu, sesama perempuan kok ya gak ngerti kaumnya juga lho ... tanggung jawab orang tua memahamkan anak agar menghindari berbuat pelecehan seksual ini
ReplyDeletebetul
Deleteheran saya
apa dia biasa dibegitukan atau pernah digituin lalu dendam?
Aamiin.
ReplyDeleteMiris banget pelecehan seksual dengan alasan bercanda. Inilah salah satu alasan saya tisak suka sama sekali dengan konten prank dalam bentuk apapun. Anak-anak bisa melihat tanpa pengawasan. Kuatirnya mereka meniru tanpa berfikir panjang. Turut prihatin yang Mbak atas kejadian yang menimpa putrinya. Semoga semua anak-anak kita terhindar dari segala becandaan yang nggak penting dan bisa membuat mereka trauma.
Banyak sekali anak yang nggak tahu batasan bercanda. Asal bisa membuat mereka senang saat menjahili orang lain bisa dengan mudahnya bilang bercanda. Lingkungan sekitar juga biasanya mendukung sih, kalau ada yang mengadu dijahili atau dilecehkan atau dikasari temannya suka diremehkan dan dibilang baper atau nggak asik. Jadi memang lingkungan dulu, para orang tua ini yang harus diedukasi supaya anak-anak terhindar dari pelecehan seksual.
ReplyDeleteAstaghfirullah saya baca berita ini pun syok juga mbak. Kenapa sekarang begitu banyak tindak bullying dan pelecehan serupa ini ya. Memang harusnya Hal Hal Yang berbau memukul dll itu harus segera dilarang sekali anak kecil, bukan malah ditertawakan atau dianggap Lucu.karena memang nggak lucu
ReplyDeleteEra atau jaman telah berubah.Kadang anak-anak membuat lelucon tanpa batas.
ReplyDeleteSemua katanya bercanda.
Kalau diingatkan, justru galakan dia. Jadi serba salah.