"Perempuan itu harus siap
untuk dua hal: ditinggal mati atau ditinggal kawin oleh suaminya."
Saya
terkesiap membaca kalimat ini dalam blog seorang kawan. Sungguh menakutkan
pernyataan ini! Walau menakutkan, pesan yang ingin disampaikan begitu dalam dan
moderat: sang ibunda menghendaki putrinya
menjadi perempuan yang melek finansial.
Kenyataannya,
di sekeliling kita banyak sekali perempuan yang merana setelah salah satu dari
dua hal itu terjadi pada dirinya. Pada tulisan saya berjudul CintaPerempuan Pejuang Cinta, ada kisah bu Ety yang tiba-tiba ditinggal mati
suaminya dan harus berjuang mengatasi keterpurukan selama bertahun-tahun. Tak
mudah baginya untuk bangkit karena ia tak berpenghasilan. Penghasilan utama
dalam keluarganya adalah gaji bulanan suaminya sebagai pegawai sebuah BUMN.
Perlahan-lahan,
dengan bantuan keluarga dan rekan-rekan kerja suaminya ia berhasil bangkit
sebagai pegawai sebuah unit usaha dalam lingkup BUMN itu. Ia pun meniti
hidupnya bersama keempat anaknya. Kini, sebagian anaknya telah menikah dan
telah meringankan beban hidupnya.