Tanggal 19 Januari malam, mobil hitam itu mengantar keluarga
besar saya dari sebuah hotel di area pantai di sisi barat daya Makassar.
Seharusnya perjalanan lancar karena lalu-lintas jalanan yang kami lalui tak
padat lagi. Ketika naik ke atas GoCar, jam sudah menunjukkan pukul 21:44.
Kurang lebih 4,7 kilo meter pertama dari total 5,5 km
jarak yang ditempuh berjalan lancar. Mulus. Terbayangkan waktu yang pas ini akan
memudahkan kami dalam beraktivitas sebelum tidur dan bangun keesokan harinya.
Ternyata, di luar perkiraan, saudara-saudara!
Saat jarak yang ditempuh kurang 800 meter lagi, terjadi
insiden yang tak ada seorang pemilik mobil pun ingin mengalaminya. Body pada
sisi kanan mobil tergores lumayan panjang oleh sebuah mobil yang muncul dari
sisi kanan. Mobil itu, sialnya
dikemudikan oleh seorang perempuan.
Duh, semakin membuat orang berpikir perempuan memang
kurang becus bawa kendaraan. 🙊
Sering saya dengar dan mengalami, kalau ada kejadian yang
tak mengenakkan di jalan raya dan pas pengemudi yang dianggap bersalah
perempuan maka makin tajamlah stigma ketidakbecusan perempuan di jalan raya. Jadi
saat perempuan itu keluar dari kemudi mobilnya, pengen tepuk jidat
rasanya.
Ketika perempuan itu mendekat ke sisi kanan mobil hendak
melihat akibat dari perbuatannya, saya membuka kaca. Kebetulan saya duduk di
sisi kanan, dekat pintu. Goresan yang tergambar di badan mobil persis di pintu kanan
dekat saya duduk.
Dalam pikiran saya, kalau perempuan itu
melihat kami yang cukup banyak (ber-7)
di dalam mobil, dia tidak galak-galak
menghadapi pak driver.
Penyelesaian yang Cukup Alot
Untungnya pak sopir orangnya sabar. Walaupun langsung menyalahkan
pengemudi yang menyebabkan baret pada mobilnya, dia menjelaskan dengan lemah-lembut
kejadian yang merugikannya itu menurut versinya.
Menurutnya ibu pengendara mobil itu salah karena dia
berada pada sisi paling kanan jalan. Dia mengira ibu itu hendak membelok ke arah
kanan sementara dia sudah memberikan tanda hendak membelok ke kanan. Tak ada
tanda-tanda hendak mendahului maka pak sopir lebih dulu berbelok.
Namun yang terjadi, ibu itu bergerak maju, lurus ke
depan. Maka terjadilah goresan pada badan mobil. “Seharusnya Ibu tidak di sebelah
kanan kalau mau lurus. Saya kira ki’ mau belok kanan,” kata pak sopir.
Ya, atau kalau dia mau lurus, tunggu dulu mobil yang di sisi kirinya membelok
kan, ya.
Selanjutnya, tak terdengar lagi percakapan mereka. Kedua
orang yang sedang menyelesaikan masalahnya itu menjauh dari mobil yang kami tumpangi.
Mereka bediri lebih dekat dengan mobil sedan milik perempuan itu.
Drama di Luar dan di Dalam Mobil OJOL
Lama juga mereka berdiskusi. Terlihat si ibu menelepon.
Si bapak diam. Lalu mereka berdua diam. Sementara itu, udara di dalam mobil
mulai terasa panas. Si bungsu mulai mengoceh rewel. Ibu saya juga mulai ribut.🙈
Dalam situasi seperti ini, semua anggota keluarga bisa saya
andalkan untuk menunggu dengan sabar, kecuali si bungsu dan Ibu. Semua
pertanyaan “”KENAPA” yang mungkin dilontarkan sudah ditanyakan oleh Ibu.
Sementara si bungsu mengeluarkan suara-suara tak jelas. Bisa dimaklumi, dia
sudah mengantuk tetapi tak bisa tidur dengan nyaman dalam situasi demikian.
Dalam keadaan menunggu itu saya menimbang-nimbang opsi
lain.
Saya berpikir, hendak ganti kendaraan OJOL atau memesan
taksi. Tapi kalau taksi, kami butuh dua taksi. Lalu saya pikir lagi, barangkali
cuma sebentar penyelesaiannya. Kasihan juga kalau dibatalkan sementara tujuan kami
sudah dekat. Jangan sampai berpengaruh kepada performa pak sopir ojek online.
Lagi pula untuk GoCar L, yang paling mahal tarifnya,
semakin malam akan semakin mahal. Ini saja sudah naik tarifnya dibandingkan
tarif sewaktu kami pergi tadi.
Ganti kendaraan ... tidak ... ganti kendaraan ... tidak. Ganti
... tidak ... ganti ... tidak. Tidak usah, ah. Sepertinya cuma sebentar. Toh
jelas, ada tanda di mobil. Jelas saja ibu itu harus membiayai perbaikannya.
Pak sopir kembali duduk di balik kemudi. “Bagaimana, Pak.
Dia mau ganti rugi?” tanya saya.
“Dia telepon kakaknya, tinggal di Daya. Lagi menunggu
kakaknya,” jawab pak driver.
Sekian menit berlalu. Muncul juga lelaki
yang disebut-sebut sebagai kakak dari
ibu pemilik mobil penyenggol. Lelaki itu
bertubuh tinggi, gempal, dan kekar.
Dia menjabat tangan pak sopir dengan
erat dan ramah lalu melihat goresan
di pintu mobil. Saya membuka lagi kaca mobil
sembari melihat ke kedua lelaki itu.
Masih mikir saya, kalau ditinggal sendiri, belum tentu
bapak sopir GoCar bisa menyelesaikan dengan mulus urusan ganti rugi itu. Lha si ibu phone a friend mendatangkan bala
bantuan! Eh, saya jadi menempatkan diri sebagai tim si bapak, ya. 😅
Sesaat kemudian, mereka bertiga menjauh lagi. Berdiskusi
lagi. Sementara keluhan-keluhan kegerahan masih terdengar dari si bungsu dan
Ibu. Untungnya keluhan mereka sudah lebih lirih kini.
Akhirnya bapak sopir muncul dan masuk ke dalam mobil. Terlihat
perempuan itu menyeberang jalan, ke arah mesin ATM yang terletak di seberang
jalan. Nihil. Lalu diputuskan untuk mengikuti mobil ibu itu untuk mencari mesin
ATM lain.
Waduh, mikir lagi saya. Kita bakal mencari ATM sampai ke
mana ini?
Mobil berjalan perlahan. Dari gelagatnya terlihat pak
sopir lagi berusaha mengamati kendaraan di depannya. Untungnya ibu itu
menemukan ATM yang searah dengan perjalanan kami pulang ke rumah.
Pak sopir menghentikan mobilnya di dekat mobil perempuan
itu. Urusan ganti rugi beres. Fiyuh. Akhirnya tiba juga saatnya kami
diantar pulang. Lama waktu perjalanan kami hingga sampai di rumah adalah 1 jam 8 menit padahal seharusnya hanya
15 menit haha. Lumayan, ya.
Makassar, 29 Januari 2020
Baca juga kisah-kisah dengan ojek online berikut:
- Drama Ojek Online: Bertemu Driver di Tempat Pesan Makanan
- Drama Ojek Online: Kejar-kejaran dengan Pak Driver
- Drama Ojek Online: Bahagia yang Sederhana
- Drama Ojek Online: Tak Dengar Ucapan Terima Kasih,Ya?
- Drama Ojek Online: Dibentak Driver
- Drama Ojek Online: Ketika Si Bungsu Dituduh Merusakkan Mobil
- Drama Ojek Online: Ketika Titah Alamat Membingungkan untuk Ditelusuri
- Tip Buat Babang Ojek Online
Share :
Wah terbayang bagaimana ikut panik juga kegerahan pas discuss alot antara si driver dan ibu yang menggores mobil tsb ya kak
ReplyDeleteSaya klo nemu laka lantas ga disengaja perkara gores menggores ini sedikit trauma, pas masih kecil pernah ngalami dan rasanya takut ngeliat yang ngegores mobil bapak justru lebih galak dari yang digores wkkwkw, akhirnya pas didamaikan polantas kebukti yang salah malah si bapaknya ini, uda nyelonong dari sisi yang salah, eh simnya dan stnk juga ga bawa huhu
Untung saja kejadian ini, berakhir damai walau kudu ngikutin drama cari atm dulu ya kak
Kebayang gimaba paniknya seisi mobil. Lumayan lama juga ya mbk, 1 jam lebih
ReplyDeleteqiqiqiqiq, ya ampun, malah ngakak saya, maaf Mba, abisnya kok bisaaaa, harusnya beberapa menit jadi molor sejam.
ReplyDeleteTapi kasian juga bapak drivernya sih.
Meski memang sebenarnya kalau si ibu nggak nyalain tanda mungkin dia benar juga kali ya, bukannya jalur kanan buat lurus juga ya? :D
Duh kan jadi tambah bener nih, mamak-mamak, nyalain lampu ke mana, ujungnya ke mana :D
Untung aja ya mba, ibu itu mau ganti rugi walau penuh drama. Untung juga kakaknya ini ramah. Aku udah khawatir aja kakaknya ini galak dan mukulin si pak sopir. Hahaha maafkan efek dulu suka nonton sinetron jadi aja pikirannya kemana-mana wkwkwk 😂
ReplyDeleteHarusnya si ibuk enggak perlu phone a friend kalau punya asuransi hihihi
ReplyDeleteAsuransi murah, kalau bisa beli mobil harusnya punya. 5 jt-an all risk, per kejadian bayar risiko 300 rb, habis perkara, bukan marah-marah, padahal mungkin dia yang salah hh, kasihan Pak Driver
Wah,, kalau saya kayaknya bakal langsung ganti mobil mbak, hehe.. Memang stigma di masyarakat itu ibu-ibu berdaster terutama, sering jadi biang masalah di jalan raya. Walaupun susah menerima, tapi kenyataannya memang banyak yang seperti itu, wkwk
ReplyDeleteSometimes bad things can happen to us ya mba. Syukurlah gak ada kejadian kekerasan. Huhuhu. Saya yang baca jadi ikutan tegang.
ReplyDeleteMba Mugniar baek banget de..
ReplyDeleteGak ninggalin pak driver sendirian.
walopun gak ngapa2in, bersabar duduk menunggu di dalam mobil, tapi itu merupakan dukungan moral ke si pak driver...
aku bersamamu mba...
#ehAapaCoba
Aduh dramanya jadi panjang sampai berjam-jam hahaha. Emang kadang orang suka melabeli kalau cewek nggak becus bawa mobil ya mba, padahal ya nggak juga sih. Btw kasihan si bungsu yang kepanasan tuh
ReplyDeleteya ampuun... saya mengikuti setiap kata jalan ceritanya. Berharap pak supir tidak kecewa. Alhamdulillah deh kalau dapat ganti rugi, kasihan kalau itu mobil pinjaman. Malah saya sempat berpikir itu lelaki kekar adalah preman, wkwkwk. Imajinasi yang tak beralasan
ReplyDeleteWaduh, genting juga ya. Aku bisa membayangkan situasinya. Antara hak dan kewajiban, antara iba dan merasa ingin cepat sampai. Haha
ReplyDeleteSituasinya sangat genting ya emang namanya naik kendaraan umum apalagi ojol gitu adaa aja ya mba dramanya gitu
ReplyDeleteWaah mbaak kebayang gmna situasi alotnya negosiasi yaa. . Bsa lebih dr sejam, untunglah tp akhirnya bsa berakhir dengan baik. . Semoga tak ada lg drama ojoll yg menguji kesabaran ya mbaak hehehe
ReplyDeleteWalah 15 menit jd sejam pasti jengekelin banget tapi emamg dalam situask tak terduga kyk gtu marah2 gk akan menyelesaikan masalah. Yg paling penting ya ikutan ngademin dan bantuin kasi solusi syukur2 bisa mwnghasilkan win2 solution ya
ReplyDeleteYa ampyuun si ibu driver, kl udah jelas kita yg salah tinggal ganti aja kalii... Kasian kan para penumpang mesti nunggu lama. Sebaiknya mengamalkan butir² sila ke-2 Pancasila, menempatkan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi, hehe
ReplyDeleteyang seharusnya 15 menit udah sampe jadi 1 jam lebih baru sampe di tujuan, untungnya semua bisa selesai dengan baik. biasanya kalo emosi kedua belah pihak bisa jadi tambah panjang masalahnya.
ReplyDeleteAku baca nya kok agak ngeri gitu ya huhu kalau aku yang berada di dalam gitu pasti dah dag dig dug ser.
ReplyDeletememang kejadian sperti itu menyebalkan ya mbak, kalau urusan dengan tabrak menabarka karena yang salah suka gak mengakui salah
ReplyDeleteTapi untung ya mba,kedua pihak ga sama2 emosi. Bpaknya pun sebagai korban juga baik dan sabar.jd g hrs alot apalagi sampe ke polisi :D.aku prnh ngalamin ribut begini Ama suami. Akhirnya diselesaikan di polisi hahahahaha. Moga2 ga da kejadian LG begitu yaaa.
ReplyDeletewah pengalaman ojek online banyak juga di blog ini, anyway dari harusny 15menit sampai 1 jam lama juga yaa. tapi ikutan deg2an juga eh damanya :D
ReplyDeleteKalau saya sich sudah BT duluan kalau kena drama kayak gitu. Ada ada aja dalam kehidupan di jalan
ReplyDelete