Dunia Coaching: Pengalaman Pertama Menjadi Coachee

Istilah coach dan coaching sudah familier bagi saya, saya kira bagi kita semua pula. Tapi saya baru tahu definisi yang sebenarnya setelah beberapa kali bertemu dan bercakap-cakap dengan Ibu Fauziah Zulfitri (Ochy) – founder Insight Indonesia yang salah satu bidangnya adalah jasa coaching.

Kalau yang biasanya saya kira coaching itu memberi arahan plus instruksi, ternyata tidak demikian dalam dunia pengembangan sumber daya manusia (self development). Coaching itu memiliki definisi dan teknik-teknik tersendiri yang berbeda dari mentoring, consulting, training, dan counseling. Coach punya aspek-aspek yang harus dipatuhi.


Termasuk bahwa untuk sertifikasinya, dikeluarkan oleh atau di bawah pengawasan International Coach Federation (ICF) satu-satunya federasi atau asosiasi coach internasional. Sedikit demi sedikit saya (merasa) paham mengenai dunia coaching dari penjelasan Bu Ochy, di sela-sela obrolan kami.

Pengalaman Sesi Coaching dengan Bu Ochy


By the way, beberapa teman mengira saya itu lagi curhat kalau ketemu sama beliau ini. Kemungkinan karena mereka nyaman dan sesekali curcol kalau ketemu beliau. Latar belakangnya sebagai lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia bisa jadi membuat orang berpikir ke arah sana. Eh ini opini saya, sih ya hehe.

Angkat tangan yuk yang sependapat dengan saya ... kalau mengingat teman kalian yang latar belakang keilmuannya Psikologi, yang terpikir adalah mereka tempat curhat yang tepat. Betul atau benar? ๐Ÿ˜†

Nah, apalagi kalau kayak Ibu Ochy ini yang dilengkapi dengan pembawaan dirinya yang memang terkesan “bersedia mendengar” dan “bersedia membantu memecahkan masalah”. Sudahlah, kalau pikiran dan hati kusut, pengen mencari dia buat membantu mengurai kekusutan itu.

Oke, saya akui sesekali ada curcol dalam beberapa pertemuan kami. Dan saya akui, saya nyaman ber-uneg-uneg kepadanya. Beberapa kali bertemu orang yang berlatar belakang Psikologi atau konsultan, atau penasihat, saya biasanya defensif.

Dalam pikiran kita, coaching seperti yang di gambar ini, ya?

Mengapa?

Karena saya merasa dihakimi dan diserang. Okelah, ada sedikit bantuan. Tapi banyak juga di luar itu karena penilaian-penilaian bermunculan. Dan saya tidak suka itu karena walaupun bukan lulusan Psikologi, saya juga belajar sedikit tentang Psikologi dan self development karena saya meminati dua bidang itu selain bidang Pendidikan sejak zaman kuliah.

Mengapa Coaching Melegakan


Saya memahami diri saya dengan baik. Saya jauh lebih tahu karakter saya dibandingkan siapapun di muka bumi ini. “Perjalanan menyelami diri sendiri” juga sering saya lakukan. I know myself well so don’t teach me about myself. ๐Ÿ˜‘Makanya saya defensif duluan kalau ada yang menilai saya secara verbal.๐Ÿ™ˆ

Tapiiii kekhawatiran mengenai penghakiman dan kesoktahuan itu tak ada sama sekali ketika mengobrol dengan Coach Ochy! No judgement! Beliau pendengar yang sangat baik, tak menyela ketika saya berbicara, dan apresiatif.

Secara mengalir saya dituntun kepada “jalan terang” untuk mendapatkan solusi. Mulanya saya dituntun untuk menguraikan benang kusut dalam benak dan perasaan terlebih dulu.

Points of You Coaching Game

Coaching Menuntun ke Arah Solusi


You know, tak mudah mendefinisikan jawaban dari hal-hal yang ditanyakannya padahal semuanya ada di dalam diri saya!

Kata Coach Ochy, “Kalau kita’ ketemu orang seperti saya, dia akan menanyakan hal yang sama.”

Diri saya membenarkan, apa yang dia tanyakan memang harus saya jawab karena akan membawa saya kepada sebuah penyelesaian.

Perlahan-lahan, sembari mengobrol
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang dilontarkannya, saya seperti
tertuntun kepada jawaban yang sebenarnya
ada di dalam diri saya. Sudah pernah
terlintas di benak namun belum pernah
saya rumuskan dan menyatakannya.

Finally, jalan terang itu terlihat!

Dengan metode coaching!

Saat di-coaching itu, sebenarnya melanjutkan hasil yang saya rasakan ketika ikut Me Time dengan Eksplorasi Diri ala Points of You Coaching Game bersama 9 teman bloger lain yang digelar Coach Ochy pada tanggal 12 Maret 2019. Beberapa pertanyaan saya lontarkan sehubungan dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang sulit saya jawab.

Nah, untuk menuju ke jawaban itu, saya ternyata harus melalui satu sesi pertemuan kami saat life coaching itu. Rasaya lebih plong. Tapi hasilnya menjadi tantangan tersendiri lagi karena harus berulang kali saya lakukan, hingga detik ini. Tak apa, memang itu yang harus saya jalani. ๐Ÿ˜Š

Seperti itulah pengalaman pertama saya menjadi coachee (sebutan untuk orang yang di-coaching), Gaes. Ternyata untuk melakukan coaching seperti yang dilakukan Coach Ochy, tidak mudah. Harus dipelajari terlebih dahulu tekniknya. Ada definisi-definisi yang harus dipahami.


Siapapun Bisa Jadi Coach Tapi Ada Ketentuannya


Jika sudah belajar ilmunya, siapapun bisa menjadi coach profesional dengan kekhususan tersendiri, seperti Corporate Coach, Sales/Marketing Coach, Small – Medium Business Enterprise Coach, Relationship Coach, Life Coach, dan Special Skill Coach.

Pengetahuan tentang kekhususan coach di atas saya dapat dari buku Sukses Menjadi Professional Coach: Panduani Praktis Menjadi Professional Coach yang ditulis oleh Ibu Ina Rizqie Amalia dan Bapak Kurnia Siregar – keduanya “guru” dari Coach Ochy.

Keenam bidang coaching itu masih bisa lagi dipecah-pecah menjadi beberapa spesialisasi, contohnya:
  1. Corporate Coach ร  Executive Coach, Organizational Development Coach, Management Coach, Culture Coach, Leadership Coach, HR Coach, Employee Coach, dan sebagainya.
  2. Sales/Marketing Coach ร  Sales Coach, PR Coach, Marketing Coach, Brand Management Coach, Promotions Coach, Advertising Coach, Personal Marketing Coach, dan lain-lain.
  3. Small – Medium Business Enterprise Coach ร  Business Coach, New Business Coach, Entrepreneur Coach, Business Turnaround Coach, MLM Coach, Business Financial Coach, Wealth Coach, dan sebagainya.
  4. Relationship Coach ร  Family Coach, Marriage Coach, Parent Coach, Couple Coach, dan lain-lain.
  5. Life Coach ร  Personal Coach, Teenage Coach, Parenting Coach, Retirement Coach, Personal Turnaround Coach, Personal Development Coach, Transitional Coach, dan lain-lain.
  6. Special Skills Coach ร  Career Coach, Education Coach, Passion Coach, Motivation Ccoach, Time Management Coach, Financial Coach, Wellness Coach, Communication Coach, Spiritual Coach, dan sebagainya.


Bagi saya, bagian yang paling menarik dari pembahas mengenai coach ini adalah bahwa siapapun bisa menjadi coach, apapun latar belakangnya, mau dia lulusan Fakultas Teknik atau lulusan ilmu Bisnis. Bahkan ibu rumah tangga sekali pun bisa menjadi coach dengan beberapa syarat ketentuan.

Coach merupakan profesi mulia
 yang bisa dilakukan oleh orang yang
berkeinginan kuat untuk selalu belajar,
punya passion untuk
 membantu orang lain berkembang,
memiliki etika profesi,
keterampilan,
dan kompetensi yang memadai,
serta mau menghargai orang lain.

Nah, siapa tahu Anda tertarik dengan pembahasan kali ini? Nanti akan saya tuliskan pengalaman saya mengikuti pelatihan Leader as Coach yang dibawakan oleh Ibu Fauziah Zulfitri, ya. Ditunggu. ๐Ÿ˜

Makassar, 1 Februari 2020

Gambar-gambar berasal dari Pixabay.com

Baca juga pengalaman menarik saya di:




Share :

30 Komentar di "Dunia Coaching: Pengalaman Pertama Menjadi Coachee"

  1. Replies
    1. Belum pernah ikut coaching dan belum pernah jadi coach, atau coachee, maksudnya?

      Delete
  2. Hmnn menarik juga ya
    Dan coaching itu bisa menjadi profesi
    Mantabs

    ReplyDelete
  3. Coach merupakan profesi mulia
    yang bisa dilakukan oleh orang yang
    berkeinginan kuat untuk selalu belajar,
    punya passion untuk
    membantu orang lain berkembang,
    memiliki etika profesi,
    keterampilan,
    dan kompetensi yang memadai,
    serta mau menghargai orang lain.

    SEPAKAAATTTT BANGEETT Mba. Semoga ilmu yg didapatkan dan didistribusikan semakin berkaaahhhh ya

    ReplyDelete
  4. Setujuuu..punya temen anak psikologi bawaannya pengin ngeluarin uneg-uneg hati,soalnya tempat tepat buat tjurhat dianya :D
    Hm...menarik ini mbak Niar, menjadi coachie dan coaching, ternyata dua-duanya ada ilmunya.Jadi penasaran dengan sambungan pelatihannya, Leader as a coach

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menjadi coachee gak perlu ilmu tertentu, Mbak Dian ... cukup hanya: MAMPU MENDEFINISIKAN dengan tepat dan mengungkapkan dengan DIKSI yang tepat apa yang dirasakan, dipikirkan, atau dialami :D

      Kalau menjadi coach, iya harus ada kemampuan dan pengetahuan tertentu. :)

      Delete
  5. Punya kelimuan dan skill memang bagus dibagikan agar semakin banyak manfaat yang diterima banyak orang, cuma ya tetep harus paham dan tahu bagaimana cara menjadi leader yang tepat.

    ReplyDelete
  6. Salut deh ama Mba, selalu produktif in a great way :D

    Btw, setuju banget mengenai teman psikolog.
    (kebanyakan) dari mereka memang asyik banget buat teman curhat, karena mereka semacam tahu tehnik mendengarkan, tehnik memecahkan masalah orang.

    Pokoknya nyaman deh, saya udah 3 kali curcol ama psikolog, dan merasa lebih plong :)

    ReplyDelete
  7. Saya pernah nih ikutan sesi seperti ini, tujuannya untuk mengeksplorasi yang dimiliki, termasuk jika punya badan usaha / yayasan
    Sayang ga saya lanjutin, keburu harus ke luar kota

    ReplyDelete
  8. Setuju.
    Coaching pada orang yang tepat bisa jadi solusi dan jalan menuju 'jalan terang'.

    Harus pandai-pandai pilih coach juga yah.

    Keknya seru dunia coaching begini, bisa saling bantu.

    ReplyDelete
  9. Ibu Ochy ini bisa buat konsultasi semua permasalahan mental gitu ya Mbak? Emang paling nyaman kalo curhat sama orang yang faham ya. Beda ketika sama yang awwam, bisa bisa nambah sakit hati.

    Bedewe, itu buku bisa dibeli di mana Mbak?

    ReplyDelete
  10. mendengarkan itu butuh ilmu. tak sekedar masuk ke telinga tp jg kudu bs cepat cerna dan menangkap keinginan sang pencerita. saya belum pernah curcol dg psikolog, sepertinya perlu ya.. agar saya jg bs lebih kenal diri sendiri

    ReplyDelete
  11. Salut dengan dirimu, Niar. Masih tetap aktif mengikuti event yang menambah wawasan seperti ini.
    Jadi terpicu juga pengen tahu lebih banyak tentang coaching ini.

    ReplyDelete
  12. Salah satu impian saya yang belum saya tekuni 100% nih mbak, baru sempet ngisi di beberapa event sekolahan. Bismillah semoga bisaaa lebih rutin yaa, karena sejatinya berbagi ilmu ini bisa bikin kita makin berilmu jugaa

    ReplyDelete
  13. Wuih keren banget. Mbak Niar memang sudah layak jadi Caochee. Banyak pengalaman dan banyak kemampuan. Aku sih belom tahu apa-apa. Semoga lancar yang dengan coaching-nya :)

    ReplyDelete
  14. wahh Mbak Niar memang smart,punya wawasan yang luas dan pengalaman yang banyak,sangat menginspirasi banyak perempuan terutama saya sendiri.

    ReplyDelete
  15. Saya belum pernah ikut coaching, jadi pengen juga deh pasti melegakan sekali ya kak. Btw ternyata semua bisa jadi coach ya dengan ketentuan tertentu, berarti mungkin bisa diterapkan coaching untuk diri sendiri ya?

    ReplyDelete
  16. Coaching ini keren karena menganut paham mutlak : gak akan berkurang sedikit ilmu pun bagi mereka yang membagikannya secara luas. Ilmu itu diamalkan dan disebarluaskan.

    ReplyDelete
  17. Saya belum pernah ikut coaching, sepertinya menarik ya, Mbak. Untuk sesi coaching gini apa memang rame-rame atau private? Memilih coach yang tepat juga mungkin nggak gampang ya. Syukurlah Mbak Niar sudah ketemu dengan Coach Ochy.

    ReplyDelete
  18. Sama mbak. Aku juga tahunya kl coaching itu ya orang yg melatih, mengarahkan. Hihi
    Btw, sama lagi mbak. Q juga punya temen psikologi, dia jd tmpt curhat temen2nya yg pd galau. Eheh

    ReplyDelete
  19. Coaching my subordinates itu udh jadwal rutinku tiap bulan mba. Tp jujur, aku ga terlalu suka step ini. Bukannya kenapa2, ato aku ga mau mndenger keluh kesah mereka, tp PD dasarnya aku ga pinter bicara. Kalo bisa milih mah, aku LBH suka kerja sendiri tanpa anak buah. Aku punya atasan, hrs lapor kedua, ga masalah. Tp aku ga terlalu suka punya team di bawahku. Ya Krn hrs rutin mengadakan coaching td. Aku dengerin sih apa masalah mereka, dan aku cari solusi. Tp untuk memberikan motivasi, aku jujurnya ga bagus. Terlalu straight to the point.

    Kemarin sesi coaching dgn bos ku aja, aku cendrung ga mau lama2.krn curhat ttg masalah aku jg ga biasa. mungkin ini sih yg bikin aku pgn resign juga pertengahan THN. Krn kyknya memang ga cocok sih kerja begini . Bos ku sampe bilang, aku hrs belajar cara komunikasi, bicara yg enak. Bukan lgs menuju point' :p. Gimana yaaa,masalahnya aku g suka basa basi memang. Hrs diakui, belajar utk coaching orang lain, itu bukan masalah gampang buat semua org :).

    ReplyDelete
  20. Sekarang ada istilah coach, dulu ada istilah trainner, mentor.
    katanya istilah tersebut mempunyai definisi yang berbeda.
    Sepertinya model coaching ini lebih banyak proses mendengar dan berkomunikasi secara dua arah ya.
    Menarik banget

    ReplyDelete
  21. Aku tau coach sejauh ini kaya pelatih tapi baca-baca materi yang di sampaikan mba Mugniar, coach lebih kaya teraphis atau psikolog ya
    Poin utama dan skill dasar yang harus dimiliki adalah kemampuan komunikasi yang baik ya

    ReplyDelete
  22. Menarik sekali ini materinya. Jadi ingin tahu lebih banyak lagi, deh

    ReplyDelete
  23. Banyak banget ilmu yang dipetik yah.. Aku mulai paham tentang dunia profesional coach, sepertinya menarik hehe

    ReplyDelete
  24. Mb Niar aku baru tau kalau coaching beda dengan konseling, kayaknya seru ya jadi coach, lbh mengayomi dan ngademin kayak ruangan mesin atm hehe

    ReplyDelete
  25. Menjadi pendengar yang baik aja ada latihannya ya, kak. Makin penasaran dan ingin belajar jadi couch juga. Sambil pengen belajar mengenal diri sendiri

    ReplyDelete
  26. Betul-betul itu Ibu Fauziah di, sudah piawai dalam hal per-coaching-an hahaha... maukajuga ikut deh. Kasi info na

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^