Drama Ojek Online: Bahagia yang Sederhana

Baru akhir-akhir ini saya menyadari kalau aplikasi dan penggunaan OJOL (ojek online) ternyata banyak mengajarkan saya makna kebahagiaan yang sederhana. Seperti kemarin pagi, ketika dengan cepat driver Go-Ride yang saya pesankan dari aplikasi Go-Jek untuk anak bujangan saya menelepon, “ Saya sudah di titiknya, Bu. Di mana rumah ta’?”


Aaaah, bahagia sekali. Tidak perlu berkali-kali menjelaskan lewat chatting ataupun menelepon. Si driver bisa membaca peta dengan baik ternyata. MAMPU MEMBACA PETA seharusnya menjadi kompetensi utama dan penting bagi pengemudi OJOL namun sayangnya tak banyak yang memilikinya. Jadi, jangan heran jika begitu ketemu yang mampu membaca peta dan menemukan titik (posisi tepat) saya dengan cepat dan tepat maka saya akan merasa menjadi orang yang paling berbahagia saat itu! Receh, ya? Tapi coba bayangkanlah bagaimana jika berada di posisi saya. 😅

Beberapa pengalaman yang agak menjengkelkan pernah saya alami terkait ketidakmampuan driver membaca peta. Ada yang akhirnya minta disamperin lebih 100 meter dari rumah kami dan ada yang berhasil membuat saya hampir mengeluarkan tanduk. Bagaimana tidak, ketika saya bilang belok kiri eh dia belok kanan. Lalu saat saya telepon dan berusaha mengembalikan dia ke jalan yang benar, eh dia malah menyalahkan saya dengan mengatakan, “Tadi Ibu bilang belok kanan.” Ya ampun, jadi pengen garuk-garuk tembok, deh! 😷

Tapi mungkin juga saya pernah menjadi peng-order yang menyebalkan. Jadi ingat ketika saya memesan Go-Ride untuk si sulung. Dengan yakinnya saya memilih titik jemput yang sesuai dengan alamat saya. Tak lama kemudian, si driver menelepon. Saya mengatakan dengan sok yakin, “ Sesuai titik, Pak.”


Tak lama kemudian, si driver menelepon lagi. Saat menyimak posisi yang diceritakannya, saya mulai kesal karena dia tak kunjung menemukan titik saya. Eh si driver naik darah. “Ibu ini bohong-bohong, jangan-jangan,” ujarnya. “Eh, Pak, ratusan kali mi  saya pesan Go-Jek, masak saya bohong!” balas saya. Saya menjadi hiperbola. Selama sekian menit saya merasa kesal dan mengomel, “Itu mi kalo orang ndak tahu baca peta baru dia tommi yang marah-marah. Ih. Jangan lalo mi bawa Go-Ride kalo ndak tau baca peta!”

Entah kesadaran dari mana yang membuat saya memeriksa setting yang saya buat saat memesan ojek online. Buru-buru saya stop omelan, membuka aplikasi, dan memusatkan pandangan pada peta di layar hand phone. Seketika saya kaget. Karena ternyata titik jemput yang saya set bukan di rumah kami, melainkan di lorong sebelah yang berjarak kurang lebih 300-an meter dari rumah.

Saya langsung menelepon pak driver, menjelaskan kembali letak rumah kami dan memintanya mengikuti tuntunan saya. Saya baru ingat, sudah ada orang lain yang terlebih dahulu menetapkan titik persis di rumah kami sebagai alamatnya. Nomor yang dia setting bukanlah nomor rumah kami. Namun pada akhirnya nomor yang di-set orang itu akhirnya saya jadikan clue ketika memesan OJOL. Kemarin-kemarin sih berhasil. Nah, sayangnya di hari itu si titik melenceng dari rumah.


Dengan pengalaman ini terbukti bahwa dengan setting yang sama, ternyata ada dua titik yang berbeda letaknya. Eh bukan dua, setelah saya ingat-ingat lagi, dengan setting-an nomor rumah yang sama, ada 3 titik berbeda di area rumah kami. Kalau tak hati-hati mengisi aplikasi saat memesan, akibat tak memeriksa peta maka kejadian mengenaskan seperti hari itu bisa saja terjadi.

Saat pengemudi OJOL yang marah-marah tadi tiba di hadapan saya, saya buru-buru meminta maaf. Untungnya dia menghentikan  marah-marahnya. Mungkin juga karena dia menyadari ya kalau saya tidak bohong. Pada kenyataannya saya orangnya real dan saya memang memesan melalui aplikasi, hanya saja saya telah salah menge-set titik jemput. Kemudian pak driver itu berkata, “Saya sudah sampai di titik yang Ibu pasang tapi Ibu bilang bukan di situ.”

“Iya, Pak. Minta maaf. Pindah-pindah ki titikku,” ucap saya.

Mengingat peristiwa ini, membuat saya berpikir bertemu pemesan konyol seperti saya seperti kejadian itu bisa jadi membuat driver OJOL juga merasakan makna bahagia yang sederhana, ya. Yaitu ketika pemesan OJOL menetapkan titik jemput yang presisi – persis di titik di mana dia menunggu maka di situlah letak kebahagiaan hakiki seorang driver OJOL.

Makassar, 14 Agustus 2018



Share :

30 Komentar di "Drama Ojek Online: Bahagia yang Sederhana"

  1. Kalau saya, rumahku sering jadi tempat singgah driver OJOL karena dijadikan titik acuan. Kadang ada driver yang senewen pas tanya baru kita jawab nda ada yang pesan OJOL. Kayaknya yang pesan juga nda tulis alamat lengkapnya di catatannya. Bagi driver, alamat yg melenceng terlalu jauh dari titik acuan memang merepotkan mereka, karena sistem aplikasinya kan berbasis GPS, mereka nda bisa melaporkan sudah selesai mengantar kalau tidak pas di titiknya. Dengar-dengar sih begitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, baru para pemesan juga ndak ngerti baca peta. Atau pesan tapi belum nyampe di situ. Pacce mi kalo dia taruh titik jemputnya di rumah Ayi tapi belum tiba di titik jemput. Kadang-kadang bedeng ada pemesan yang berbohong, mengatakan sudah ada mi di titiknya padahal tidak.
      Kalo saya minta dijemput di luar, saya telepon dan bilang bahwa saya tinggal di dalam tapi saya akan berjalan kaki ke luar, tunggu saja di titik yang saya set.

      Delete
    2. Harap maklum juga jika drivernya naik pintam. Karena memang sudah banyak yang menjadi korban penipuan, alias ngerjain ojol. Kadang ada calon penumpang yang tidak sabaran, eh akhirnya pesan dua ojol dan semuanya datang bersamaan. Kalau sudah gini kan kasihan.

      Delete
    3. Nah iya, keterlaluan kalo ada pemesan yang kayak gitu ya Mas Djangkaru

      Delete
    4. Masa sih sampe ada yang pesen sekaligus 2. Itu sih keterlaluan lah, saya sendiri gak berani gitu. Pernah salah kasih lokasi saya tempat saya minta dijemput sampe sekarang masih ngerasa gak enak. Ngerasa salah..he

      Delete
    5. Bukan memesan Mas @Andi. Dia mematok titik di 3 tempat. Dan salah satunya pas di titik rumah saya. Kalo pesan OJOL dan menentukan titik persis di rumah, nomor rumah orang itu yang muncul.

      Delete
  2. Iya. Apalagi kalo sudah pusing mutar2 ya, sudah ndak jelas mana utara-timur-selatan-barat, jadi susah mau baca petanya. Mungkin mereka harus sering dikasih pelatihan baca peta atau gimana gitu ya agar mempermudah.

    ReplyDelete
  3. Akurasi gugel map memasing masih ratusan meter bu, jadi kadang penentuan 1 titik bisa melebar jauh dari titik sebenarnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga ada solusi untuk map yang lebih presisi ya Bang

      Delete
  4. Nah ini yang banyak tidak diketahui oleh pemesan ojol. Dikiranya nanti hasilnya sama dengan peta si ojol. tiap hape mempunyai kemampuan yang berbeda saat membaca meta google. Dan perlu diingat pula, bahwa petunjuk peta di google itu belum tentu seratus persen betul keakuratannya. Melenceng, itu hal yang sering terjadi.
    Wah gimana ini, seorang blogger tulen kok tidak belum menggunakan google busnisku. Ayolah daftar, biar rumahnya masuk dalam peta google. sehingga jika suatau saat pesan delevery atau ojol bisa lebih enak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya ndak mau rumah saya terpublikasi di peta, Mas Diangkaru. Lha ndak ada tempat bisnis koq di rumah. Nanti malah privasi terganggu dan potensial jadi sasaran penipuan. Buat apa didaftar ke Google My Business 😅
      Lagian saya tahu cara ngeset titik biar pas. Kesalahan yg saya ceritakan di atas itu kan karena ada yg sudah seenaknya patok titik rumah kami dengan nomor rimahnya, dia sebar pula di 3 titik berbeda.
      Nah karena sudah tahu, saya sekarang hati² dong supaya ndak terulang lagi. 😂

      Delete
    2. Ada manfaatnya lo. Kalai soal penipuan, sepertinya tidak ada kok.

      Delete
    3. SAya bukan memastikan akan ada penipuan, Mas. Saya menjaga diri dan keluarga dari potensi itu. Dulu pernah dapat telepon2 tidak enak padahal belum eranya seterbuka ini. Nah, sekarang bakal lebih mudah lagi kalau titik persis keberadaan kita diketahui, kan.

      Delete
  5. Iya... titik asal dan tujuan ojol itu menentukan kerja mereka. Jadi kalau berhenti jauh dari titik, mereka nggak bisa close. Saya nih, kalau buru-buru naik ojek ke kantor, biasanya minta berhenti di belakang gedung, terus saya jalan kaki 3 menit. Kalau naik ojek di jalan raya, macet banget dan baru sampai 10 menit. Tapi setiap kali saya turun, mereka bakalan muter buat lewat depan gedung supaya bisa close perjalanan. Jadi mereka memang harus mengacu pada titik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo GoJek sih katanya ndak apa kalau ndak persis banget, Mbak. Grab itu yang tidak bisa. Masalah juga di keakuratannya. Saya biasa sudah ngeset titik pas tapi tiba² tiriknya bergeser ke rumah tetangga 😅

      Delete
  6. Subhanallah... Semoga driver ojol yang sempat bikin bertanduk itu segera diberi hidayah untuk kembali ke jalan yang benar hahaha. Emang suka gemes sih. Aku pernah dapet driver yang keukeuh pengen ambil jalan B. Padahal sudah kubilang kalau jalan A lebih cepet meski ada macet di satu titik. Aku sering lewat soalnya. Dan bener donk. Kena macet di titik B nyaris 2 jam 😰

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah kan ada juga yang begitu, lebih percaya pada teknologi di HP-nya. Padahal yang numpang sudah tahu keadaan.

      Delete
  7. sewaktu di jakarta, map nya selalu tepat dengan tempat saya ngekos. gampang sekali sang driver menemukan saya. jadi ga perlu telpon2an, langsung cuss, ketemu, berangkat....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asyik ya kalau begitu. Beruntung banget. Ujian banget kalau bermasalah hehe

      Delete
  8. ane belum pernah naik ojol,,karena ane masih tinggal di desa hehe..
    ternyata masih ada kendala ya,,semoga kedepannya bisa makin mantep :)

    ReplyDelete
  9. Hehe, saya pernah juga tuh sekali waktu dapet supir Grab Bike yang muter-muter nyari rumah saya, padahal pengalaman dari supir-supir sebelumnya gak ada yang nyasar. Yaaa, jadi agak ribet sih :)

    ReplyDelete
  10. Hahahaha.... Maafkeeun kakak, saya hanya ingin tertawa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huaaa, Mbak Tina, kalau ke sini bawa kue jangan cuma bawa tawa wkwkwk

      Delete
  11. Kalo di Kendal belum bisa pakai Go car. Aku cuma pernah naik Go Car pas di Semarang aja mbak. Kalo sekarang lebih suka pakai Go Pay sih. Nah loh. Aku malah curhat. Hehehe.

    ReplyDelete
  12. Sebagai pengguna ojek online juga memang banyak dramanya ya mba, kadang menyenangkan tapi ga sedikit juga suka menjengkelkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitulah ya Mbak .... diusahakan sama-sama enak saja ya. Tapi memang tetap ada saja yang aneh hehe

      Delete
  13. Benar ini, kami sering melakukan pengecekan setelah input untuk mengurangi hal ini.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^