7 Hal yang Berbeda pada PJJ dan Belajar Tatap Muka

7 Hal yang Berbeda pada PJJ dan Belajar Tatap MukaSetahun mendampingi anak belajar dari rumah, apa kabarnya ibu-ibu? Masih semangat? Masih eh harus dong ya, coba dibawa santai saja. Tapi jangan juga kayak saya yang super santai. 🙊  

Walau ada saja drama pembelajaran daring, saya mencoba untuk santai, tidak perlu memasukkan di hati. Anggap saja selingan kehidupan, toh pada kenyataannya kita memang tak bisa mengontrol semuanya, apalagi mengontrol orang lain. Begitu pula dalam penyelenggaran pendidikan yang berlangsung secara online.

Menarik untuk mencatat di sini apa saja yang berbeda pada pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran tatap muka. Apa saja yang hanya terjadi dalam pembelajaran daring, tidak pada pembelajaran tatap muka?


ANtara PJJ dan tatap muka

Yang hanya terjadi pada pembelajaran daring:

 

1. Kesempatan bagi orang tua siswa menunjukkan eksistensinya saat guru-guru satu sekolah sedang sibuk rapat.

 

Pada suatu hari, saat guru-guru sedang rapat ada ortu siswa yang bertanya di dalam grup Whatsapp kelas, "Belum ada tugas, Bu?" Maka setelah rapat usai, wali kelas pun memberikan tugas padahal kan dalam bersekolah secara normal sebelum pandemi terjadi, anak-anak dipulangkan saja tanpa tugas.

Ya, mungkin saja sesekali ada tugas tapi dalam belajar online, yang mana ada orang tua-orang tua siswa yang super aktif, “kesempatan tak tugas” susah diperoleh. Maunya tuh ibu itu diam-diam saja ya, siapa tahu tugas diberikan karena dia bertanya. 😯

 

2. Kesempatan bagi orang tua siswa menunjukkan eksistensinya melalui daftar hadir.

 

Pernah kalian mengisi daftar presensi di sekolah ketika hari libur? Ada lho orang tua murid yang rajin membuat daftar hadir di grup kelas. Usai subuh, sudah ada daftar hadir di grup. Tanggal merah/hari libur sekali pun ada ortu siswa yang melakukan. Saking rajinnya, pernah ada kelas yang tetap belajar pada tanggal merah. Menakjubkannya, dalam bulan Ramadan ini, ada yang jam 4 subuh sudah mengisi daftar hadir! 😍


pembelajaran jarak jauh

3. Siswa kelas besar ujian akhir, siswa kelas di bawahnya tetap dikasih tugas.

 

Dalam pembelajaran luring, ketika anak kelas besar, yaitu kelas 6, kelas 9, dan kelas 12 ujian akhir maka itulah kesempatan libur tambahan bagi adik-adik kelasnya. Namun tak demikian halnya kalau belajar dari rumah. Urusan lain itu anak kelas besar ujian akhir, anak kelas kecil tetap belajar.

 

4. Tidak mandi.

 

Kalau sekolah tatap muka, mau tak mau anaknya mandi dulu baru ke sekolah, dalam pembelajaran daring siapa yang tahu anaknya mandi atau tidak? Kalau berseragam sekolah misalnya, atasannya jilbab, siapa yang tahu kalau bawahannya celana tidur? 😂

Apalagi mamaknya, jam tidurnya makin panjang deh. Kalau anaknya bisa menyiapkan sarapan sendiri maka disuruh siapkan sendiri, mamaknya lanjut tidur lagi. Eh kisah nyata siapa ini? 🙈

 

5. Makan sembari belajar.

 

Entahlah makan sembari belajar atau belajar sembari makan. Yang jelas, dua kegiatan ini tidak bisa dilakukan bersamaan pada sekolah tatap muka. Kalau di rumah, mamak malah senang anaknya makan.

 

6. Tidak dapat uang jajan.

 

Pastinya bukan saya saja yang tak memberi anak uang jajan selama pembelajaran jarak jauh, bukan? 😁 Bolehlah situasi pandemi yang berdampak pada segala sektor kehidupan jadi kambing hitam tapi kan ada jajan di warung sebelah yang dibayarnya pakai duit mamak juga. 😅 Bedanya, kalau mau ke warung sebelah baru dikasih uangnya, tidak setiap hendak belajar dikasih duit.


pembelajaran daring

7. Makin akrab dengan gadget dalam belajar.

 

Bukan saja orang dewasa yang mencari informasi apa saja dengan googling, anak-anak sekolah jaman now juga mencari sebagian bahan belajarnya melalui Google. Ada juga yang menggunakan Brainly. Sebuah fenomena yang menjadi tantangan bagi orang tua pada masa pandemi ini.

***

Begitulah hasil penelusuran saya selama setahun ini. Mau tidak mau disrupsi digital sudah menyusup masuk dengan masif di dalam dunia pendidikan kita. Terbuka aneka peluang, tantangan, dan juga berpotensi menjadi ancaman yang masih harus kita telisik lebih dalam lagi sebagai orang tua.

Bagaimana dengan karib dan kerabat sekalian? Punya tambahan lagi mengenai apa saja yang terjadi pada PJJ tapi tidak terjadi pada pembelajaran luar jaringan (offline)? Share yuk, di kolom komentar!

Makassar, 19 April 2021

Baca juga:

  1. Hikmah, Bukan Stres di Antara Drama Pembelajaran Daring
  2. Cerita Belajar Daring: Puisi Afyad
  3. SeOn: Solusi Lengkap Manajemen Sekolah Masa Kini




Share :

6 Komentar di "7 Hal yang Berbeda pada PJJ dan Belajar Tatap Muka"

  1. Bagaimanapun interaksi tatap muka tidak bisa digantikan dengan teknologi virtual, apalagi kaitannya dengan pertumbuhan anak. Tidak hanya di dunia pendidikan, ini berlaku juga saat mudik lebaran nanti hehe... Pandemi korona membuat teknologi sebagai pusat peradaban

    ReplyDelete
  2. Cerita yang asyik banget ya buat buibu zaman now dengan kerompongan daring anak sekolah ini. Ada cerita lucu ada juga yang bikin kzl. Kebetulan saya tak mengalami itu semua, ipar saya yang suka curcol soal anak anaknya kalau lagi daring. Teteup semangat ya mak, apalagi ini hari Kartini, buibu harus bisa jadi penopang kemajuan generasi muda. Ea ...

    ReplyDelete
  3. Terlepas dari pro dan kontra terhadap PJJ dari orangtua, tak dapat dipungkiri bahwa masa depan pendidikan akan menuju ke pendidikan online. Anak-anak kita (terlebih orangtuanya) sebagai generasi peralihan mungkin akan lebih banyak berusaha dalam beradaptasi, tapi mau tak mau harus dijalani.

    ReplyDelete
  4. Lucu juga ya mba keunikan yg terjadi pada belajar daring ini, kayaknya yabg semangat belajar ortunya deh sampai absennya jam 4 pagi, padahal anaknya mungkin masih pules. Apa kabarnya nanti nih pas belajar tatap muka tahun ini apa anak2 siap untuk berangkat ke sekolah atau masih betah belajar daring ya :)

    ReplyDelete
  5. Kalau anak saya uang jajannya tetap dihitung tapi nanti ditabung hehe...Kalau saya biasanya tetap menyuruh anak-anak tetap mandi pagi. Soalnya kalau mandi pagi mereka lebih semangat saat belajar online dibandingkan saat mereka belum mandi hehe...

    ReplyDelete
  6. Sudah bosan dengan belajar daring karena anak jadi kehilangan semangat belajar. Maunya main game karena ajakan temam-twman yang main ke rumah. Jadi pusing. Gawai untuk sarana belajar malah dijadikan mainan.
    Aplikasi game sudah dihapus saya, ngotot pengen pasang lagi sambil mewek.

    Masih ada belajar tatap muka sesuai protokol kesehatan dengan jam yang singkat pada hari tertentu. Tetap saja anak malah merasa sekolah tidak lagi sama dengan dulu.

    Mau bagaimana lagi. Drama di WAG tidak seramai waktu Palung kelas 4. Semuanya sudah menjadi tenang dan tidak ada ortu yang neracau di grup.

    Anak jadi sulit disiplin. Itu adalah drama yang saya alami. Padahal Pak Guru selalu kasih tugas.

    Barangkali semangat belajar anak jadi kendur dan saya sebagai ortu juga capek ngomel agar anak serius belajar.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^