Drama Daftar Hadir dalam Pembelajaran Daring

Drama Daftar Hadir dalam Pembelajaran Daring sungguh menggemaskan. Otak saya gagal paham mengapa drama seperti ini bisa terjadi berhari-hari. Agak mirip kejadiannya dengan di grup-grup yang saya ikuti di Whatsapp tapi di grup-grup tersebut saya bisa memahami jika ini terjadi karena kesalahannya murni kesalahan biasa yang bisa terjadi pada siapa saja.

Kejadian di grup sekolah Athifah, sungguh saya gagal paham apa penyebabnya.

Sebagaimana di sekolah-sekolah lainnya, setiap mau memulai pembelajaran daring, setiap anak harus mengisi daftar hadir. Yang paling sederhana di grup Whatsapp saja isi daftar presensinya. Nah, di kelas Athifah demikian – semua siswa harus mengisi daftar di dalam grup WA setelah wali kelas atau guru bidang studi yang bersangkutan memberikan aba-aba.

Drama yang mau saya ceritakan ini, varian lain dari drama pada daftar presensi. Drama lainnya sudah pernah saya ceritakan dalam tulisan berjudul Drama Pembelajaran Daring: Merusak Nama. Kelihatannya berbeda tetapi saya koq merasa melihat benang merahnya.🤔


Drama pembelajaran daring

Di grup kelas Athifah, aba-aba yang diberikan wali kelas adalah menulis nama sesuai dengan urutan pada daftar absensi tertulis di sekolah. Jadi kalau di daftar tersebut di sekolah nama putri saya berada pada nomor urut 8 maka setiap menulis daftar hadir di grup WA kelas, dia harus menulis namanya di nomor 8.

Setiap anak atau orang tua hanya boleh mengisi namanya sendiri, tak boleh menuliskan nama anak lain. Karena saya dan para orang tua siswa kelas Athifah ada di dalam grup itu maka daftar hadirnya bisa diisi oleh salah satu – orang tua atau anaknya.

Seharusnya kan daftar itu makin lama makin bertambah banyak ya isinya. Mulanya satu anak menuliskan namanya. Lalu anak lain, begitu seterusnya. Yang tadinya kosong, hanya berupa nomor urut tanpa nama usai dibagikan wali kelas, kemudian terisi satu nama.

Lalu secara perlahan bertambah menjadi dua, tiga, empat, dan seterusnya hingga seluruh siswa yang “hadir” secara virtual pada hari atau mata pelajaran tersebut menuliskan namanya. Seharusnya kalau sudah mengetikkan nama pada daftar sudah aman kan ya, sudah boleh ditinggal?


Drama pembelajaran daring

Seharusnya, sih. Tapi nyatanya tidak demikian. Bisa saja nama Athifah tiba-tiba hilang. Daftar kembali lagi mundur, ketika masih sedikit yang mengisinya. Jadilah daftar itu harus dijagain. Kapan nama Athifah hilang dari daftar, harus segera diisi. Secara bergantian, saya dan Athifah mengawasinya.

Awal-mulanya sih masih sabar mengulang-ulang hal yang sama beberapa kali dalam sehari. Lama-lama kan gemas juga. Lalu rasa gemas-gemas lucu itu pelan-pelan berubah menjadi sebal. Pasalnya selama berhari-hari hal itu berulang terus. Daftar yang sudah penuh, berisi sekira dua per tiga dari total jumlah siswa dalam kelas tersebut, tiba-tiba kembali saat namanya masih 2 – 3 orang.🙈

Daan, kelakuan itu selalu merujuk pada dua – tiga orang yang sama. Padahal nama si pelaku sudah ada di daftar yang lengkap – yang berisi banyak nama, tiba-tiba saja berubah lagi.

Padahal sudah diminta berkali-kali untuk meng-copy paste daftar terakhir. Tetap saja dua-tiga orang itu melakukan kekonyolan yang sama. Anak kelas 8 melakukan hal ini berulang kali, sungguh tidak lucu lagi.😅

Entah mereka pikir tidak akan terlacak atau bagaimana, ya. Yang jelas mudah sekali menemukan siapa yang merusuh selama belajar online ini. Dan ini berlangsung selama berkali-kali, berhari-hari.

Kan jadi berpikir, apakah memang mereka tidak mengerti caranya menulis presensi? Sesederhana itu tidak mengerti? 😅

Tujuannya apa coba, padahal pada daftar terakhir yang nama mereka ada, mereka kemudian meletakkan daftar yang nyaris kosong – hanya berisi 1 – 3 nama kembali sebagai daftar terbaru?

Apa iya tidak sengaja?

Suatu siang wali kelasnya bertanya, mengapa yang menghadiri pelajaran hari itu hanya sedikit. Saya langsung menghubungi via japri beliau dan mengatakan beberapa orang mengambil daftar yang isinya hanya sedikit nama di dalamnya lalu memindahkannya ke bawah padahal sebelumnya sudah banyak nama yang tertera di daftar presensi.


drama pembelajaran daring

Wali kelasnya sangat sabar. Ketika salah seorang orang tua siswa protes karena menjadi korban drama ini dan drama perusakan nama, beliau mengatakan masih banyak yang tidak tahu mengisi daftar presensi.

Ya sudah, anggap saja latihan kesabaran sampai tahun 2021 karena kejadian ini akan berlangsung terus. Sabar ko hati. Sabar. Kalau pembelajaran sudah kembali luring, kejadian ini tidak akan terjadi lagi.😁

Makassar, 3 September 2020

 Catatan

Gambar-gambar selain foto berasal dari Pixabay.com.



Share :

19 Komentar di "Drama Daftar Hadir dalam Pembelajaran Daring"

  1. Wah, bisa gitu ya...sabar ya Mbak Niar, memang pembelajaran daring ada aja dramanya memang ya.
    Kalau anakku yang SMA absensi di Google Class Room nanti tinggal klik hadir.
    Kalau yang SD tiap pagi pukul 7.30 mulai zoom meeting sekalian diabsen participan-nya oleh walasnya.
    Tapi puyeng juga...dramanya ada di: anak yang absen ternyata di grup mabar(main bareng) ada yang lapor mereka lagi mabar. pantesan kamera ga aktif.
    Oh ya, banyak anak kedua orang tua bekerja, atau kalau ga WFH dan sibuk online meeting juga, jadi ga bisa full pantau anaknya. Jadi gitu deh, ada guru yang akhirnya ngabsen siswa dari nyala atau tidaknya kamera :D

    ReplyDelete
  2. Drama yang sama dialami aku mba, selalu begitu juga emang jadi bikin bad mood pagi2.tapi kalau aku sekarang absensinya melalui voice note masing2, jadi ga tabrakan absensi.

    ReplyDelete
  3. Ngakakkkk Mba hahahahaha.

    Kalau anak saya yang kayak gini isi daftar kring Subuh, biasanya udah diisi eh hilang, tapi saya cuek, kalau udah diisi ya saya tinggal, nanti di mention ustadzahnya, tinggal saya tarik absensi saya ke wabah hahaha.

    Memang nggak semua ngerti sih isi-isi demikian, beda banget dengan kita-kita yang hampir tiap hari isi list hihihi.

    Beruntunglah murid-murid punya guru yang sabar ya :)

    ReplyDelete
  4. Wkwkkw kocak banget sih kejadiannya..
    Bener awalnya pasti gemas.. trus sebel.. Setelah mereda emosinya jadi geli deh hahaha.. Mungkin para pelakunya butuh hiburan (walau unik) di masa daring ini 🤣🤣 hahaha..

    ReplyDelete
  5. Ya ampun gemes banget, Mbak. Banyak drama yang bikin emosi ya selama pelajaran jarak jauh ini. Kalau sekolah anak yang kecil absensinya tinggal kirim foto aja. Kalau yang besar langsung diabsen waktu kelas zoom.

    ReplyDelete
  6. banyak hikmah yang bisa diambil selama pandemi ini ya mba, gara-gara harus sekolahd aring dramanyapun ga habis-habis saya menyaksikan sendiri sodara saya yang punya 2 anak sekolah, tiap hari dramanya banyak heheh, termasuk urusan presensi, sodara juga mengalami hal seperti ini. sepertinya masih banyak orangtua yang belum paham penggunaan alat teknologi jadi mudah-mudahan jadi amal ibadah kita yang tahu memberi tahu mereka caranya gimana biar jadi tahu, semangat mba Mugni

    ReplyDelete
  7. Ada2 saja ya mba drama kelas daring ini, mungkin karena masih anak2 jadinya mereka rata2 gak paham mengisi daftar hadirnya, iya sih lebih baik pakai foto atau voice note biar mudah terlacak, ataz langsung japri gurunya aja 😅

    ReplyDelete
  8. Masya Allah ya bunda. Drama ya banyak kali ya. Memang harus sabar kalo sudah masalah copas di grup wa. Apalagi masalah list, duh, ribet lagi kadang mengulang ya kalo udah ada yg salah copas...

    ReplyDelete
  9. waduuh ini jadi drama ya,anak anak mestinya mengerjakan hal yang lebih penting dari mengacaukan daftar absensi.. mungkin oknumnya baru pertamakali pegang wa jadi pingin eksperimen mengetik gitu..?

    ReplyDelete
  10. Ya aammmpuuuun. Kalau aku yang ngalamin rasanya udah gemes deh. Apa tiga nama itu ngisi sendiri dan tidak diawasi ortunya ya sehingga berulangkali melakukan hal sama? (Atau ortunya bukan orang telaten sehingga asal ngisi?) Kalau aku jadi gurunya, bakal aku japri mengalami problem apa dalam hal mengisi daftar nama.

    Wkwkwk.

    ReplyDelete
  11. Sama banget ini drama absen di kelas Kezia, sepertinya masih banyak ortu yang kurang paham dalam mencopas dan melanjutkan absen belum lagi nama kita tiba-tiba menghilang gitu huhu.

    ReplyDelete
  12. iya nih, aku juga salah satu yang kena imbas pembelajaran daring selama pandemi, kuliah udh makin semester akhir dan presebtasi tiap minggu via online, ahahha, perjuangan banget emang nih PJJ

    ReplyDelete
  13. Barangkali harus minta OTW duiu dengan sebut nomor agar tidak saling timpa.
    Atau guru minta yang merusuh lebih dulu ish presensi atau cukup mention mereka dan diisi oleh guru agar drama menyebalkan tidak terulang terus. Itu mubazir waktu sedang pelakunya seakan tidak menghargai waktu. Atau guru lebih tegas lagi menegur yang merusuh dan menyuruhnya presensi japrri ke guru.

    Saya sendiri kenyang dengan drama yang harus dialami waktu Palung kelas 4,:ortu yang merusuh itu lebih parah karena nerussk sistem yang sudah disusun dan omongannya terbiasa sompral sehingga bikin orang lain tidak nyaman. Toxic people banget dan malah tidak merasa salah.

    Semuga bisa diatasi dramanya. Kasus ortu yang merusuh membuat seluruh grup di sekolah Palung jadi waspada agsr tidak ada celah untuk perilaku ortu gitu, bahkan sekolah MTs. yang merupakan milik keluarga guru Palung pun menerapkan aturan ketat. Ortu dilarang nimbrung di grup belajar, cukup japri jika ingin bertanya. He he.

    Inilah Indonesia, celah akan selalu ada di mana-mana. Celah yang bikin lelah.

    ReplyDelete
  14. Itu baru ttg daftar hadir y mam. Belum klo pas ngumpulin tugas. Belum klo lg ujian tiba2 sinyal ilang.. heheh. Sabarrr ✊

    ReplyDelete
  15. Ternyata beda banget ya mba kalau secara tatap muka.
    Aku pernah mengajar di SMA Swasta, karena dulu belum ada pandemi seperti sekarang ini, buat daftar hadir pun gak pakai drama.
    Tetap semangat ya

    ReplyDelete
  16. hahah, bisa jadi tidak tahu mengisinya itu bunda. Aku juga ada gitu, mengisi nomor hp disebelah nama anaknya, untuk data yang dapat pulsa dari pemerintah. Eh, hilang-hilang. untung ada wali murid yang bersedia baikinnya.

    ReplyDelete
  17. penuh dengan drama yaa saat daftar hadir untuk pembelajaran daring,.. mungkin guru dan muridnya juga pada ketawa ngakak haha

    ReplyDelete
  18. Aih, aih, aih ... Menggemaskan sekaliii. Jadi pengen cubit-cubit gitu, yaaa ...

    Kelihatan lagi ya Mbak, betapa budaya membaca bangsa kita ini masih sangat rendah. Tinggal membaca saja kok, nanti ketemu daftar yang paling akhir. Tinggal membaca saja, nanti tahu kok bagaimana cara mengisinya.

    Sing sabar nggih, Mbakku ... Hihihi ...

    ReplyDelete
  19. Saya aja yang sudah berkutat dengan komputer dan internet puluhan tahun, masih tetap gapek
    Apalagi anak-anak
    Kadang guru terlalu pengen canggih juga seh
    Kalau ditempat saya gurunya lebih sabar lagi, kapan pun siap menerima setoran dari muridnya. Walau tengah malam.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^