Showing posts with label Pengembangan Diri. Show all posts
Showing posts with label Pengembangan Diri. Show all posts

Main Balon Gas, Asyikkah?

Yang namanya mainan anak, memang bikin anak senang. Entah itu mainan mahal ataupun murah. Eh ... kecuali kalau anaknya sudah punya standar sendiri bahwa mainan mahal itu lebih asyik daripada mainan murah, hehehe.

Salah satu mainan yang bikin anak-anak senang adalah balon gas. Ingat zaman kecil dulu, balon gas juga membuat saya senang. Senang karena wujudnya yang agak berbeda dari balon kebanyakan. Kalau balon kebanyakan tidak bisa terbang bebas maka balon gas bisa terbang bebas. Itu merupakan hal yang luar biasa. Jadi, kalau Ayah atau Ibu membelikan balon gas, saya berusaha menjaganya supaya tak terbang ke langit.
Baca selengkapnya

Pentingnya Penguatan Peran Orang-Orang Dewasa dalam Menanggulangi Tindak Kekerasan Anak

Tulisan ini dimuat di Harian Fajar (kolom opini) 14 Maret 2015 
Kesadaran diri adalah nilai lebih yang dimiliki manusia dalam berperilaku, dibandingkan makhluk lainnya. Kesadaran diri membuat seseorang mampu menilai perbuatannya benar atau salah, jujur atau berbohong. Khusus pada anak-anak, adalah tugas orang tua, guru, dan orang dewasa di sekitarnya untuk memberi teladan yang baik.

Seorang anak laki-laki 10 tahunan melakukan tindakan agresif lalu mencekik leher seorang anak perempuan pada selasar di sebuah gedung sekolah dasar. Banyak orang dewasa saat itu tapi hanya satu yang bergegas menegur anak itu. Anak lelaki itu berkilah, “Cuma main-main.”

Seorang anak lelaki 8 tahun menendang perut bagian bawah seorang anak perempuan, di sekolahnya yang menyebabkan kandung kemih anak perempuan itu cedera sehingga ia bolak-balik berkemih. Orang tua korban melaporkan kejadian itu kepada orang tua pelaku. Tetapi pelaku berbohong dengan mengatakan tak melakukannya.
Baca selengkapnya

Waspada, Raja dan Ratu Tega Ada di Mana-Mana!

Prihatin nonton berita tentang pengosongan paksa sebuah rumah oleh aparat kepolisian. Melihat ada aparat kepolisian di lokasi, saya menduga bahwa kesalahan ada pada pemilik rumah yang tengah disengketakan. Maksudnya, secara legal, rumah tersebut bukanlah milik orang yang menempatinya. Disebut-sebut sebuah BUMN adalah pemilik sah dari rumah itu. Ah, mengapa ngotot kalau bukan miliknya?

Seorang perwira tinggi tampak beradu mulut dengan seorang lelaki – anak pemilik rumah. Anak pemilik rumah itu mungkin sepantaran dengan saya usianya atau tak jauh beda. Dengan beraninya, anak pemilik rumah tersebut mengadu argumennya dengan perwira polisi itu. “Waktu bapak saya masih menjadi direksi, rumah ini sudah dibelinya. Ada kesalahan pada administrasi BUMN!” ujar lelaki itu. Saat ribut-ribut terjadi di luar rumah, seorang ibu digotong ke luar rumah. Ibu itu mengalami serangan jantung!

Saya terkesiap. Bapak tua pensiunan pegawai BUMN itu pasti sudah berkarya sedemikian lama di BUMN itu dulu. Dari pihaknya mengatakan sudah membeli rumah itu. Tapi apa yang  lantas diperolehnya dari orang-orang yang berwenang di BUMN itu? Sebuah “ketegaan”!
Baca selengkapnya

Agar Mampu Berbicara dengan Percaya Diri

Setelah membaca buku Public Speaking Mastery, 16 Rahasia Meningkatkan Kekayaan dan Melejitkan Karier dengan Teknik Public Speaking yang ditulis oleh Ongky Hojanto (resensi bukunya bisa dibaca di sini), wawasan saya mengenai pentingnya mempelajari public speaking bertambah. Perlu pengetahuan memadai bagi seseorang agar dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. 
Baca selengkapnya

Tak Apalah Terlihat Jelek Saat Meniup Balon, Asalkan …

Bagi saya, acara ulangtahun yang dihadiri anak-anak, saya jadikan ajang bagi pelatihan mental mereka. Maksudnya dalam hal tampil di depan umum. Alhamdulillah, sejak Affiq kecil dan Athifah sekarang ini, mereka mau saya semangati untuk ikut serta dalam perlombaan-perlombaan kecil pada acara ulangtahun.

Cukup berhasil. Ada kemajuan pada diri mereka dibandingkan saya di usia mereka dulu. Dulu, saya cuma bisa mengekeret sembari berdo’a dalam hati supaya tidak perlu naik ke depan, berjajar dengan anak-anak lain dalam sebuah perlombaan.

Saya memang tumbuh dalam deraan rasa minder dan kenyang dengan itu tapi saya berharap anak-anak tak perlu merasakannya. Meski banyak anak lain yang hebat, mereka tetap yang terhebat di hati saya dan papanya. Sebuah kemajuan bagi saya kalau Affiq dan Athifah mampu berlomba dengan anak-anak lain dan tunjuk tangan ketika diminta oleh MC, “Siapa yang mau maju ke depan?”
Baca selengkapnya