Ketika Anak Mengalami Perundungan Inilah yang Bisa Orang Tua Lakukan

Ketika Anak Mengalami Perundungan Inilah yang Bisa Orang Tua Lakukan – Saya masih mengingat bagaimana tangis putri saya meledak ketika menelepon saya sekitar 5 tahun lalu saat dia masih duduk di sekolah dasar. Di sela-sela isak tangisnya, dia menceritakan bagaimana kawan-kawannya mengejeknya di grup Whatsapp dan ini peristiwa kesekian dia dikecewakan oleh kawan-kawannya.

Peran orang tua mengatasi bully

Kilas Balik Perundungan dan Reaksi yang Tepat

 

Tiga tahun lalu, saat duduk di kelas 1 SMP, putri saya mengalami perundungan lagi oleh sekelompok siswi di kelasnya. Upaya menguatkannya tidak sepenuhnya berhasil karena 3 siswi di kelasnya berulang kali melakukannya kepada Athifah dan siswi-siswi lain. Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk melaporkannya kepada wali kelas dan guru BK.

Sekarang Athifah duduk di kelas 1 SMA. Sepengamatan saya, dia bisa bereaksi atas perlakuan teman-temannya dengan wajar. Di antara teman-teman sekelasnya ada anak yang (sepertinya) punya hasrat tinggi untuk  melakukan kekerasan dan ada juga yang toxic. Salah satunya ingin merundungnya lagi dan lagi …

Alhamdulillah upaya anak itu gagal karena Athifah melakukan penolakan yang tegas. Sebelumnya, anak itu ingin memanfaatkan Athifah dengan menolak bekerja sama pada kerja kelompok yang diketuai Athifah. Dia tidak mau ikut mengerjakan laporan, tidak mau presentasi, tidak mau mengerjakan tugas, dan tidak mau ikut urunan ongkos print.

Alhasil namanya Athifah coret dari daftar peserta kerja kelompok karena semua instruksi ditepisnya. Sempat terjadi adu mulut ketika anak itu mengeluarkan kata-kata makian yang kotor dan membanting uangnya di hadapan Athifah tetapi anak itu akhirnya pergi dan mengambil kembali uangnya karena Athifah berkeras tidak mau menerima uangnya sebab sudah terlambat karena laporan sudah diterima guru kelas. Alhamdulillah, kali ini putri saya bisa mengambil reaksi yang tepat kepada pelaku.

Kisah mengenai putri saya yang pernah di-bully saya angkat sedikit saat memulai praktik presentasi di hari kedua Training of Trainer (ToT) Fasilitator Ibu Penggerak pada 12 November 2022 kemarin. Dalam jangka waktu 5-7 menit, dengan 5 slide, saya mencoba menyampaikan bahwa bully itu nyata dan bisa terjadi pada siapa saja. Lalu bagaimana menghadapinya?

Butuhnya dukungan bagi korban perundungan.
 

3 Dosa Besar Pendidikan

 

Perundungan adalah salah satu dari 3 “dosa besar” yang menjadi tantangan besar dalam dunia pendidikan yang menurut Mas Menteri Nadiem Makarim yang harus diselesaikan. “3 dosa besar” yang dimaksud adalah intoleransi, perundungan (bully) dan, kekerasan seksual. Sedemikian besar perhatiannya sampai-sampai dibentuk layanan untuk pelaporan, yaitu: portal LAPOR (kemdikbud.lapor.go.id).

Sebelumnya, ketika mengikuti Pelatihan Ibu Penggerak secara daring selama 5 hari, materi 3 Dosa Besar Pendidikan merupakan materi yang paling menarik bagi saya. Respon para ibu-ibu peserta pelatihan juga ramai. Begitu pun saat materi ini dihadirkan sebagai penguatan di hari pertama ToT Fasilitator Ibu Penggerak tanggal 11 November lalu di Tangerang.

Coba deh kalian browsing di Google search engine dengan mengetikkan entry nadiem, dosa besar pendidikan” atau “3 dosa besar pendidikan”, niscaya kalian mendapatkan  banyak link yang menjelaskan sikap Mas Menteri mengenai 3 hal tersebut: Mas Menteri Nadiem tegaskan akan basmi tiga dosa besar di sistem pendidikan nasional!


3 dosa bbesar pendidikan

Pemberantasan 3 Dosa Besar dalam Kurikulum Merdeka

 

Nah, pembasmian 3 dosa besar ini sejalan dengan visi merdeka belajar dalam Kurikulum Merdeka, yaitu:

Mewujudkan lingkungan satuan pendidikan aman, nyaman, dan merdeka dari kekerasan, termasuk perundungan, intoleransi, dan kekerasan seksual serta menjunjung tinggi keragaman dan inklusivitas demi terwujudnya SDM unggul dengan profil Pelajar Pancasila.

Ini nih menariknya Kurikulum Merdeka menurut saya. Dalam materi Profil Pelajar Pancasila dipaparkan mengenai karakter yang ingin dibangun dalam pengimplementasian kurikulum ini. Selain itu, dalam materi 3 Dosa Besar Pendidikan, saya jadi tahu bagaimana seriusnya Kemdikbud dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat intoleransi, perundungan, dan kekerasan seksual.

Ketiga hal tersebut saling berkaitan dan sama-sama masuk dalam “ranah kekerasan” yang bisa terjadi pada siapa saja, di mana saja. KEKERASAN bisa kita kenali melalui keyword paksaan” dari satu/lebih pihak  terhadap pihak lain dalam perbuatan yang bertujuan untuk memiliki kuasa atas  pihak yang dipaksa.

 

Definisi Intoleransi, Perundungan, dan Kekerasan Seksual

 

Yuk, mari lihat benang merah “kekerasan” dalam 3 sekawan ini dari definisi. Jelaslah terlihat posisi korban intoleransi, perundungan, dan kekerasan seksual berada dalam posisi terintimidasi oleh pihak yang “merasa berhak memaksa”:

 

Definisi intoleransi[1]

Intoleransi adalah keengganan untuk menerima pandangan, keyakinan, atau perilaku yang berbeda dari miliknya.

Definisi perundungan[2]

Perundungan atau bullying merupakan perilaku agresif menyerang, mengganggu, mengusik, mengucilkan, menindas, atau menyusahkan yang dilakukan secara sengaja dan terus menerus oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat atau lebih berkuasa terhadap orang atau kelompok lain dengan tujuan untuk menyakiti dan menimbulkan rasa tidak berdaya, dan berpotensi berulang.


Definisi Perundungan

Definisi kekerasan seksual[3]

Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan dengan aman dan optimal.

Bentuk-bentuk kekerasan adalah fisik, seksual, psikologis, atau pengabaian/penelantaran. Dalam struktur tipologi kekerasan, kekerasan bisa terjadi pada diri sendiri (upaya bunuh diri, melukai diri sendiri), antar individu (keluarga, komunitas), atau kelompok (sosial, politik, ekonomi).

Sayangnya, kadang-kadang kita tak menyadari terjadinya kekerasan sehingga kurang tepat bereaksi. Untuk itulah pentingnya belajar dan menjadi pembelajar agar punya pengetahuan dan kesadaran sehingga nantinya bisa mengambil solusi yang tepat.

 

Peran Orang Tua dalam Mengatasi Perundungan yang Terjadi pada Anak

 

Dalam menyimak dan membaca materi perundungan selama mengikuti pelatihan Ibu Penggerak, ingatan saya berkelebat di masa-masa ketika 2 dari 3 anak saya mengalami bullying. Sekian tahun berlalu dan kini saya mengetahui bahwa langkah-langkah saya dan suami dalam mendampingi mereka ketika hal tersebut terjadi sudah tepat.

Well, yang kami lakukan adalah DENGARKAN, DUKUNG, LAPORKAN. Ternyata 3 hal inilah yang dijelaskan dalam pelatihan Ibu Penggerak yang saya ikuti bulan Oktober lalu via daring, dilanjutkan dengan ToT Fasilitator Ibu Penggerak tanggal 11-13 November lalu di Tangerang.

Ketika mendampingi masa-masa pasca perundungan, saat mendengarkan meskipun pedih, yang kami lakukan adalah mendengarkan dengan cara berkomunikasi dua arah dan merespon dengan empati, tidak menyalahkan, dan tidak mengintimidasi anak-anak ketika baru mengetahui peristiwa yang mereka alami.

Dalam mendukung yang kami lakukan adalah mengumpulkan bukti, membantu rencana tindak lanjut, tidak menganjurkan membalas pelaku, hingga melangkah ke pelaporan, yaitu melaporkan kepada pihak sekolah, dalam hal ini guru BK. Bersyukur saat itu pihak sekolah menerima laporan dan memprosesnya dengan cukup baik.

Video edukasi perundungan untuk orang tua

By the way, jika ada yang mengalami respon yang tidak baik ketika melaporkan kepada pihak sekolah maka bisa melaporkan dengan cara lain yaitu: portal LAPOR yang sudah saya sebutkan di atas (https://kemdikbud.lapor.go.id/). Bisa juga dengan melaporkan di layanan SAPA di nomor hotline 129, unit pelayanan di daerah (misalnya UPT PPA / P2TP2A), dan Dinas Sosial atau Dinas Pendidikan di daerah masing-masing.

Oya, satu lagi … saya menganggap perlu menambahkan satu lagi: DOA. Karena tidak mungkin mendampingi dan mengontrol anak-anak selama 24 jam sehari, 7 hari sepekan maka DOA adalah salah satu peran ibu yang in syaa Allah akan menjaga keselamatan anak-anak.

Nah, kalian punya pengalaman yang serupa dengan yang saya ceritakan di atas? Share yuk apa yang kalian lakukan, semoga bisa membantu orang-orang yang sedang mencari solusi.

Makassar, November 2022

Keterangan:

Referensi tulisan berasal dari:  Sidina Community (IG: @sidina.community), Kemendikbudristek, dan Puspeka, Cerdas Berkarakter.

Baca juga:


Catatan kaki:

[1] Sumber definisi intoleransi: dictionary.com.

[2] Sumber definisi perundungan: American Psychological Association (2022).

[3] Sumber definisi kekerasan seksual: https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/kekerasan-seksual



Share :

110 Komentar di "Ketika Anak Mengalami Perundungan Inilah yang Bisa Orang Tua Lakukan "

  1. sekarang kalau melihat aksus bullying rasanya deg2-an banget. soalnya horo banget sekarang bullying anak-anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bentuknya makin beragam ya, Mak Irul .. kalau nonton tivi atau baca berita online, sampai bergidik saya.

      Delete
  2. Salah satu hal yg paling saya khawatirkan menimpa anak2: perundungan
    Saya pun pernah mengalami, tapi kalau dipikir lagi perundungan yg saya alami dulu boleh dibilang masih b aja. Sekarang malah jadi teman bercanda
    Berbeda dengan zaman sekarang
    Kalau lihat berita plus baca cerita ttg anak Mba, heuu sedih dan nyesek rasanya
    Beberapa teman memutuskan homeschooling karena alasan ini, Mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak.
      Kalau tentang anak saya, in syaa Allah di sisi lain dia belajar tentang "kerasnya kehidupan" dalam lingkungan seusianya sebab nanti di dunia nyata kurang lebih kondisinya mirip-mirip, setidaknya dia tahu nanti dia harus bersikap bagaimana, sebagaimana yang dia lakukan kepada anak yang mencoba menginjak-injak dia lagi, kali ini anak saya mencoretnya dari daftar kelompok karena memang ditugasi apapun tidak mau dia lakukan. In syaa Allah dia tahu untuk orang2 seperti ini tidak perlu dimasukkan ke dalam hati. Malah kalau perlu tidak usah dianggap teman, cukup anggap sebagai kenalan biasa saja. Jadi, jika orang tua bersikap tepat, in syaa Allah anak juga mampu bersikap dengan tepat.

      Delete
  3. Bullying is a huge problem ini many countries, including Indonesia mba. Bullying has these adverse effects and they may carry on until the children grow up and become adults as well

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mbak Indah ... efeknya bisa besar makanya butuh kesadaran, pengetahuan, dan gerakan bersama untuk menghentikannya.

      Delete
    2. iya mba.. dengan informasi yang jelas dan akurat kita bisa bantu mencegah dan memberantas bullying, Di sekolah anak - anakku juga ada sesi khusus untuk bahas pencegahan bullying

      Delete
    3. Wow mantap sekolah anak2 Mbak Indah ... sangat peduli dengan bullying. Dengan demikian, anak2 juga lebih aware ya.

      Delete
  4. setuju banget sama artikel ini kalo orangtua punya peran penting untuk bersikap ketika anak mengalami perundungan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak ... kekuatan dan ketangguhan anak juga dari orang tuanya.

      Delete
  5. Perundungan ini tindakan yang sangaaat tidak terpuji. Kalau sudah kesal dengan pelaku, rasanya ingin memenjarakan mereka. Jangan berdalih anak2 masih di bawah umur deh, bosan :( Kalau sampai menyebabkan kematian, pihak keluarga pelaku cuma bisa meminta maaf hhmmm sedih :( Semoga peristiwa seperti ini tidak akan ada lagi aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang butuh penanganan yang tepat, Mbak. Pelaku sebenarnya "korban" juga - mungkin dari pola asuh yang keliru di rumah.

      Delete
    2. Ternyata perundungan termasuk salah satu dosa besar pendidikan :( Menyedihkan sekali ya. Setiap ada kejadian, belum selesai eeeh ada lagi peristiwa lain, dan terus seperti itu. Semoga suatu hari perundungan bisa dihentikan dengan sebaik2nya aamiin.

      Delete
    3. Aamiin .. semoga ya, Mbak .. dengan adanya gerakan2 kecil dari teman2 Ibu Penggerak, bisa memberikan pemahaman secara pelan2 kepada masyarakat, khususnya orang tua dan siswa.

      Delete
  6. Ya Allah mbak. Untung aku ketemu postingan ini. Aku hampir apatis loh, dan bingung harus ngapain. Sampe aku observasi kembali setiap hari aku dampingi anakku sekolah. Aku lanjut wa aja deh mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah menanggapi tulisan ini, Mbak Ratu.
      Semoga segera ketemu solusi yang terbaik ya setelah bincang-bincang kita kemarin.

      Delete
  7. Itu yg aku ajarin juga ke anak2ku mba. Jangan diam kalo dibully. Kasih tahu kami sebagai ortu nya. Pelaku bully biasanya senang kalo korbannya takut dan diam, ga bisa melawan. Makin menjadi dia. Tapi kalo korban berani bertindak, ada kemungkinan dia juga mikir banyak sebelum melakukan bully-an, walopun ada resiko dia bakal makin marah dan menjadi. Tapi setidaknya korban hrs berani lapor dulu.

    Baru2 ini di sekolah anakku, SD, ada kasus bully, dilakukan anak SD kls 4. Korbannya anak kelas 1. Sedih aku.. kls 4 SD sudah begitu, perempuan pula 😔.

    Untungnya anak2 yg jadi korban mau speak up sih. Mereka berani lapor dan tunjuk siapa pelakunya. Aku sampe mastiin anakku yg kls 1 SD ada di-bully Ama pelaku atau ga. Syukurnya ga..Krn aku ga bakal diam kalo sampe anakku dibully

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang seperti ini kasusnya bikin saya geleng-geleng kepala, Mbak Fanny. Apa ya yang terjadi sama anak itu, sampai2 masih di kelas 4 SD ... masih kelas 4 SD lho ini, sudah main bully ke anak yang lebih kecil :(
      Betul, penting sekali bagi anak untuk bisa speak up, menunjukkan dengan tegas ketidaksetujuannya kepada pelaku, setelah itu laporkan kepada orang tua, guru, atau orang dewasa lain yang dipercaya.

      Delete
  8. Waahh penting banget ini artikelnya untuk ditelaah.
    Saat ini aku pun sedang menangani case semacam ini di kelas, ada salah satu anak yang playing victim ngatain anak-anak lain pembully... ahh rumit deh urusannya. Terima kasih sudah memberi insight.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh, memang membingungkan berhadapan dengan anak yang manipulatif. Saya pernah juga mengalami hal tidak enak dengan anak yang manipulatif, saat itu dia masih duduk di kelas 3 SD. Kita perlu hati2 juga karena tidak semua anak polos, ada yang sudah lihai/licik dengan memanipulasi orang lain atau peristiwa. Semoga segera dapat solusi ya, Mbak.

      Delete
  9. amit amiit deh Mba, jangan sampai anakku kena jadi korban maupun pelaku perundungan. untuk itu aku upayakan pilihkan lingkungan yang tepat untuk tumbuh kembang di rumah dan sekolah juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, itu langkah yang tepat, Mbak Nabilla :)

      Delete
  10. Jujur semakin ke sini memang semakin miris dengan kondisi anak sekolah karena sistem pendidikannya yang berubah, tapi kali ini memang membawa perubahan yang sangat jauh. Perubahan yang dulu seperti kurikulum dan sistem full day school enggak begitu berdampak. Sekarang malah banyak terjadi perundungan, sebenarnya jauh kaitannya. Akan tetapi memang hal ini perlu dicegah, dalam hal ini memang penting peran orang tua. Terima kasih sharingnya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah masalah perundungan ini membutuhkan gerakan bersama dari sekolah/guru, orang tua, dan masyarakat, Mbak. Semoga bisa tertangani pelan-pelan ,ya.

      Delete
  11. Meresahkan sekali kasus perundungan ini, kak Niar.
    Aku sampai membuka diskusi sama anak-anak bahwa apa yang harus mereka lakukan ketika ada teman yang main kasar, baik verbal maupun non-verbal (langsung mukul, misalnya) dan alhamdulillah, secara garis besarnya mereka bisa protes, melawan.

    Intinya perundungan terjadi bila merasa dirinya adalah pribadi yang kurang dicintai dan pantas dapetin hinaan seperti itu dari orang lain. Merasa dirinya paling rendah. Kasian dan kudu banget orang di sekitarnya aware masalah ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mbak Lendy. Di satu sisi kita harus aware dengan membekali anak. Di sisi lain, pelaku ini menimbulkan rasa kasihan juga karena pasti ada yang tidak beres dalam diri mereka sehingga mereka bisa melakukan tindakan kasar padahal usianya masih kecil.

      Delete
    2. Biasanya perundungan ini gak hanya dilakukan oleh satu orang sih ya, kka Niar.. kayak mereka punya geng, terus main keroyokan buat bullying 1 anak yang paling terlihat gak bisa ngelawan.

      Temen kakak di kelas 6 ada yang begini, kak Niar.
      Dan orangtua langsung turun tangan karena anaknya dirundung satu geng dan dikatain hal yang kurang mengenakkan terkait fisik.

      Kebayang urgensinya memahami perilaku remaja zaman sekarang dan masalah-masalah yang menyertainya.

      Delete
    3. Mereka merasa lebih powerfull dengan gengnya ya, Mbak Lendy. Begitu pun pengalaman Athifah di SD dan SMP. ALhamdulillah yang di SMA ini, hanya satu orang .. dulu memang suka mengatakan hal2 tak mengenakkan kepada temannya semasa SD.

      Delete
  12. kasus perundungan ini makin marak terjadi yaa. huhu. sebagai orangtua, kadang saya ngeri bayangin pergaulan anak-anak jaman sekarang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup ... kalau dengar cerita anak dan baca-baca berita ngeri ya, Mbak. Memang membutuhkan gerakan besar untuk mengatasinya. Dimulai dari diri kita dan bisa bergerak bersama-sama.

      Delete
  13. kasus perundungan, orang tua kudu waspada dan segera mencari tahu kalau misalnya anak yang ceria tiba tiba jadi pendiam dan menutup diri. perlu segera penanganan sih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Kak ... ortu harus bisa jadi psikolog bagi anaknya ya.

      Delete
  14. sampai besar jika kerap dilakukan di keluarga, masuk ke sosial. Anak-anak yang terbiasa dibully di rumah akan mencoba ke teman-temannya dan akhirnya jadi sebuah kebiasaan, sedih deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kasihan anak-anak yang "di-bully" orang tua. Orang tuanya tidak paham akan berdampak kepada anaknya sampai dewasa dan nantinya orang tua akan mempertanggungjawabkan amanah (perlakuan kepada anaknya). Ya Allah, semoga kita Allah lindungi dari hal2 mengerikan ya, Mbak Naqi.

      Delete
  15. Wah aku juga ikutan kemarin nyimak materi 3 Dosa Besar Pendidikan. Jadi tahu apa yang harus dilakukan saat anak jadi korban perundingan.
    Apa yang bisa dilakukan ortu dalam upaya mencegah anak kena bully. Keren deh mba Mugniar bisa jadi fasilitator ToT.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah. Mbak LIntang ikut batch X ya berarti ... semoga nanti ada lagi ToT Fasilitator Ibu Penggerak, Mbak Lintang bisa ikutan daftar.

      Delete
  16. Dengarkan, dukung, dan laporkan. Ini 3 hal penting buat orang tua untuk mengetahui situasi anak. Di saat yang sama, orang tua juga perlu mencari tahu akar penyebab masalahnya dulu sih menurutku. Oh sama satu lagi, ajarkan anak hal-hal dasar untuk melindungi dirinya.

    Ini yang kulakukan sih, Kak, apalagi anak tinggal sama kakek dan neneknya. Banyak keterbatasan untuk selalu ada. Tapi minimal setiap kami bertemu, aku selalu mengusahakan diskusi sih sama anak mengenai hal-hal penting terkait boleh dan sebaiknya tak dilakukan sama hal-hal terkait perlindungan diri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget, Mbak Monic.
      Meskipun tinggal terpisah dari anak, Mbak Monic sudah membangun komunikasi dengan anak .. anaknya sudah dewasa juga ya, Mbak Monic, semoga Allah lindungi kita ya, Mbak Monic.

      Delete
  17. Duh, aku paling benci sama perundungan, karena dampak psikologisnya panjang bangeeet. Aku rasanya emosi menyala-nyala dan pernah ngalamin, aku langsung japri Walasnya dan akan aku selesaikan dengan kuviralkan kalau ga kelar. Alhamdulilah kelar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah selesai ya, Mbak Eni ... memang rasanya kita sebagai ibu yang lebih terbakar daripada anaknya. Saya pun merasakannya demikian dulu dan ketika mengingat masih ada perasaan sakit yang tersisa. Semoga dengan mencoba ikut menyuarakan seperti ini bisa membantu mengikis rasa sakit itu.

      Delete
  18. noted nih Bun, memang ya masalah perundungan itu masih jadi hal utama ya yang terjadi di kalangan semua bahkan anak-anak sekali pun.
    saya juga wanti-wanti anak-anak kalau tidak boleh membully dan jika ada yang mengganggunya tidak boleh tinggal diam dan segera laporkan baik itu ke orang tua dan juga gurunya sebagai orang tua di sekolah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masih selalu menjadi masalah ya, Diah. Ada saja di lingkungan yang seperti itu. Sebenarnya di dunia nyata, di kehidupan kita, di sekitar kita ada orang2 seperti ini dan kita perlu terus belajar cara menghadapi mereka.

      Delete
  19. Ak pernah ngalamin sendiri perundungan bahkan saat aku masi sd mba. Waktu pindahan k sd baru, dengan orang2 baru yang mohon maaf ya karna daerah ke pelosok jadi kaya ga cocok. Yg aku lakukan pada saat itu lapor orang tua, tapi tetep aja dikelas aku masih dirundung susah. Ampe takut mau ke sekolah. Kalo udah gini peran sekolah penting banget tuh, krna dulu pihak sekolah kaya cuek-cuek aja. Bahkan ada teman lelakiku sampe dipukuli. Guru dan pihak sekolah lain wajib melek soal perbullyan ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah ... semoga tidak membekas kuat pengalaman dulu itu ya, Mbak. Benar banget, pihak sekolah, terutama guru harus bersikap tepat dalam mengatasi perundungan, tidak boleh berat sebelah ataupun mengabaikan.

      Delete
  20. salah satu cara tidak mendukung perundungan adalah dengan menutup segala kemungkinan perundungan, anak anak perlu berpikir positif dan berlatih simpati dan empati serta menghargai semua orang agar tidak melakukan perundungan. Juga tahan mental kalau mendapat perundungan.. kalau perlu belajar bela diri kah? biar gk ada kekerasan fisik juga? kalau yg ini sih belum saya lakukan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut saya, belajar bela diri juga penting agar anak belajar mempertahankan dirinya, bukan untuk menyerang. Anak sulung saya akhirnya belajar karate, anak tengah pernah belajar kempo tapi belum lanjut lagi ini, masih sibuk dengan sekolah dan ekskulnya.

      Delete
    2. Wah keren... saya juga masih cari tempat belajar bela diri yang nyaman untuk muslimah, tapi belum menemukannya sampai sekarang.. lebih enak mana karate dan kempo ya?

      Delete
    3. Pendapat orang pastinya beda-beda ya .. kalau suami saya prefer kempo :)

      Delete
  21. Aku ngeri lihat kasus perundangan akhir akhir ini
    Banyak yang mengancàm nyawa bahkan ada yang sampai menghilangkan nyawa
    Ini yang membuat aku ingin anakku belajar bela diri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ngeri ya, Mbak Dian. Iya, sih, perlu juga anaknya belajar bela diri.

      Delete
  22. Aku kalau tahu anak dibully, atau anaknya temen dibully, rasanya sedih sekaligus gregetan. Bener kata Mbak Nurul S di atas, rasanya pengen memenjarakan mereka.

    Bener sih, kita harus tegas. Anak juga diajari tegas. Di sisi lain, ini juga dari pelajaran buat anak dalam menghadapi kerasnya kehidupan, karena nanti di luar sana akan ketemu hal serupa, bahkan mungkin lebih kejam. Belajar bertahan, tapi jangan mau diinjak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, Mbak Rien. Saya pun geregetan kalau nonton atau baca berita ttg perundungan. Kadang hanya baca headline beritanya saja ... takut baca beritanya karena judulnya saja seram ... tadi baca2 judul berita yang anak sampai koma itu, padahal masih kelas 2 SD, dirundung kakak2 kelasnya :(

      Delete
  23. Perundungan yang nggak ditolong atau nggak diatasi, bisa berdampak negatif banget bagi si korban di kemudian hari, terutama dari segi psikis & mentalnya. Dulu pernah juga aku jadi korban bully mak, untungnya saat itu ortuku kooperatif..guru-guru juga kooperatif. Tapi dasar kanak-kanak ya, si pelaku nggak pernah jera buat membully lagi & lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya, membantu banget ketika ortu dan guru kooperatif pada anak, sama2 memperhatikan kondisi psikis dan tidak menyudutkan anak.
      Duh itu pelakunya, ada apa ya di rumahnya sampai2 segitunya?

      Delete
  24. Masalah perundungan ini tuh memang selalu ada ya mbak, apalagi kalau sekolahnya menutup mata duuuhhhh kesel deh. Sebagai orang tua kita juga harus merangkul dan selalu memberikan perhatian untuk anak-anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Paling bikin kesal itu ketika sekolah menutup mata dengan alasan demi nama baik padahal justru nama baiknya tercoreng dengan menutup mata :(

      Delete
  25. Terima kasih sudah berbagi, Mbak...dengan informasi seperti ini ortu dan semua jadi tahu apa yang dilakukan jika anak mengalami perundungan. Bagaimana langkah-langkahnya untuk mengatasinya. memang ya makin lama membahayakan perundungan ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyata butuh "dibahasakan" ya, Mbak supaya makin banyak yang aware supaya bisa kita sama2 menghentikan, paling tidak meminimalisir perundungan.

      Delete
  26. Saya baru aja selesai baca berita ttg salah satu siswa SMK yang tenggelam di danau. Dia dikerjain ma teman-temannya, dibikin jatuh ke tengah danau. Teman-temannya pada ketawa melihat korban panik karena gak bisa berenang dan akhirnya tewas.

    Menurut saya itu salah satu bentuk perundungan. Meskipun beralasan becanda. Sedih lah kalau lihat perundungan yang semakin menjadi. Semoga orangtua semakin banyak yang peduli dan berusaha melindungi anak-anaknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah ya Rabbi ... becandanya kelewatan deh :(
      Mau cari beritanya, saya khawatir gak kuat.
      Merupakan bentuk kekerasan, Mbak .. kalau terjadinya berulang kali baru namanya perundungan.

      Delete
  27. Perundungan di sekolah sering terjadi, tapi kayaknya dari pihak sekolah masih banyak yg diem aja, ya. Kalau ortu ngelapor, kayak gimana gitu.

    Memang kudu lapor ke yg di atasnya.

    Karena zaman sekarang banyak sekali kasus perundungan, yg mana pelaku masih tetep bisa bebas sekolah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau pihak sekolah tidak mampu mengatasi, ya mau tak mau laporkan ke atasannya lagi ... bisa melapor di web lapor.go.id, Mak.

      Delete
  28. Sedih banget tiap kali baca2 berita tentang perundungan dan perlakuan2 lain yang tdk sepantasnya kepada anak2. Senang ada akitivitas dari Ibu2 ini. ToT-nya sudah pasti berbobot, seperti yang dipostingan ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah dapat banyak pencerahan di ToT Ibu Penggerak, Idah :)

      Delete
  29. anak aku baru kelas 1 SD dan dia ngerasa gak nyaman banget dengan salah satu temennya yang hobi meledeknya. alhasil dia jadi sempat tidak mau sekolah karena hal itu.

    Alhamdulillah akupun melakukan 3 hal tersebut, yaitu dengarkan, dukung, dan laporkan. sekolah juga bisa bekerja sama dalam melindungi anak dan menangani atau memperbaiki sikap semua anak. untuk mencegah adanya bullying (mungkin bentuknya di SD masih dalam batas ledek meledek yaa, tapi bahaya kalau gak ditindaklanjuti), sekolah sampai mengadakan kelas khusus untuk memberi tau kepada semua anak bagaimana sebaiknya bersikap dan bagaimana hal yang dilarang dalam kehidupan sehari-hari.

    aku cukup terkesan dengan sekolahnya karena benar2 menanggapi serius laporan yang diterima. memang harus ada kerja sama yang baik antara orangtua dan sekolah sih yaa supaya memberantas bullying

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekolahnya keren, Mak ... melakukan hal yang seharusnya dilakukan ketika ada pengaduan. Meledek satu kali saja sebenarnya tidak bagus, apalagi ini berulang kali .... kadang2 masih ada ya ortu yang menganggap wajar dilakukan anak2.

      Delete
  30. Alhamdulillah kebiasaan melakukan ospek sudah ditiadakan ya. Jujur saja menurut saya pribadi, kebiasaan ini memicu timbulnya hasrat merundung yang bisa kebablasan. Who knows kaan... mulanya hanya untuk lucu-lucuan, tapi yang kena gojlok bisa down loh. Ga cuma secara psikis, kadang fisik juga terbawa-bawa. Hapuskan sajaaa... udah bener tuh upaya Mas Menteri untuk membebaskan dunia pendidikan dari hal-hal seperti ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Uniek ... ada perpeloncoan yang kebablasan. Suami saya cerita, dia pernah baca ... di sebuah kampus malah ada yang sampai diperkosa karena katanya si mahasiswi baru ini cantik .. ya Allah, pengen nangis dengarnya.

      Delete
  31. Waktu SD, anakku pernah ngalamin perundungan
    Sedih banget aku rasanya. Makin kecewa karena kejadiannya di tengah jam pelajaran, saat praktek olahraga.
    Keesokan harinya saya langsung ke Sekolah dan membahas masalah ini
    Syukurnya berakhir dengan damai
    Semoga ke depannya kasus-kasus perundungan tidak ada lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Syukurnya pihak sekolah menanggapi dengan baik, ya Mbak ... memang sekolah harus menanggapi dengan tepat bentuk aduan dari tindak kekerasan ataupun kekerasan di sekolah.

      Delete
  32. Bullying di sekolah ini memang mengerikan. Lebih mengerikan lagi, sorry to say, masih ada guru yang nggak paham dan menganggap "Ah, biasa itu. Namanya juga anak-anak."

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu ... masih banyak orang dewasa yang beranggapan "namanya juga anak-anak" atau "hanya bercanda" padahal tidak boleh disepelekan :(

      Delete
  33. jujur perundungan ini termasuk yang saya khawatirkan kalau anak nanti masuk sekolah. kalau sekarang masih TK alhamdulillah temannya baik-baik. semoga saja sih anak-anak saya tidak harus berkenalan dengan dunia perundungan ini soalnya ngeri banget dampaknya ke psikologis anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, dampak psikologinya bisa dalam jangka panjang.

      Delete
  34. Bully ing Sekarang menyeramkan gak kayak jaman dulu. Karena ada yg ditiru dari medsos, game online dan film

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dunia online memang bisa berpengaruh ya, Mbak. Di medsos atau game online bisa jadi inspirasi.

      Delete
  35. Sangat mengkhawatirkan ya mba kasus2 bully anak jaman sekarang. Kadang sebagai orangtua sangat worry.. dan artikel ini sangat membantu untuk kita orang dewasa melindungi anak2 dari bully atau kekerasan lainnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, masih mengkhawatirkan makanya masih perlu disuarakan bersama dan dilakukan gerakan bersama.

      Delete
  36. Duh kasus seperti ini ditempatku lagi banyak banget, apalagi kalau liat berita-berita di tv ada yang sampe kehilangan nyawa, stress, masuk rumah sakit, dan lain sebagainya. Orang harus baca artikel ini sih, biar tau gimana dan bagaimana menyikapi kasus bullying pada anak dan remaja saat ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ngeri ya baca-baca berita online, apalagi yang sampai meninggal :(

      Delete
  37. Anak saya juga dulu pernah dibully lantaran tidak membawa hp ke sekolah untuk dipamer2kan, rata2 anak smpnya gitu semua diperbolehkan bawa hp terus pada saingan. Udh lapor k BK tp g ada hasilnya terus pindah sekolah. Kata anak saya waktu itu klu pelaku bullying diserang malah makin menjadi. Hbs itu saya berusaha cr sekolah yg baik, serta menguatkan mentalnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya ampun, ada saja ya yang jadi bahan bully. Masa iya hanya karena tidak bawa hp di-bully ya.

      Delete
  38. DDL, dengarkan dukung dan laporkan ini kuncinya biar gak terjadi lagi perundungan. Dan memang harus speak up sih menurut daku, biar gak terulang lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, korban harus berani speak up dan perlu mendapatkan dukungan dari orang2 terdekatnya.

      Delete
  39. Wow aku baru tahu ada portal dan hotline untuk melaporkan perundungan. Apakah pihak pemerintah akan merespon laporan dengan sungguh-sungguh? Saya penasaran dg teman2 atau orangtua yang sudah menggunakan pelaporan di luar skolah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga ya direspon dengan sungguh-sunggu. Saya juga ingin tahu jika ada yang punya pengalaman boleh berbagi.

      Delete
  40. Jujur, kasus perundungan di kalangan pelajar kembali meningkat dan meresahkan. Bahkan sekarang perundungan di dunia nyata dan juga media sosial. Saya rasa kurikulum pendidikan harus direvisi total, bukan sekedar ganti bungkus atau judul. Pendidikan akhlak harus ditambah porsinya. Di samping itu, pendidikan mitigasi bencana kita juga sangat kurang. Lalu komunikasi pendidik, orangtua, warga, dan kepolisian harus diperbaiki juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau mengikuti materi mengenai Kurikulum Merdeka, memang ada perubahan dibandingkan kurikulum sebelumnya, Pak. Tantangannya adalah apakah sekolah bisa menerapkannya secara ideal / yang memang sesuai dengan tujuannya.

      Delete
  41. Benar Bu Mugniar. Sekarang ini kasus perisakan bisa terjadi oleh siapa saja dan darimana saja termasuk sosmed. Teman saya pernah bercerita tentang bully-an yang dilakukan temannya padanya dan saya mencoba bersikap tegas pada si pelaku pembullyan saat itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yumna keren, masya Allah ... iya, temannya yang jadi korban bully perlu didukung supaya punya semangat untuk bicara membela dirinya.

      Delete
  42. Aku langsung menandai bagian, dengarkan, dukung, dan laporkan. Karena aku punya anak ABG juga, Mbak.

    ReplyDelete
  43. soal kurikulum yang saat ini berlaku, saya sedikit kekuh alias bingung.
    Jadi saat menemani anak belajar, saya sendiri yang kebingungan dengan materi yang ada di buku
    soal perundungan, sepertinya sudah menjadi budaya klasik ya
    apalagi era digital, hal negatif cepat sekali menyebar luas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk saat ini belum banyak yang menerapkan Kurikulum Merdeka .. jujur saja, saya pun suka bingung dengan materi kurikulum terdahulu.

      Delete
  44. saya suka gemes banget kalau melihat perundungan, dan peran orang tua sangat penting dalam meminimalkan perundungan ini. Wajib memberikan edukasi kepada anak-anak sejak dini sejak di rumah untuk toleransi kepada orang lain disekitarnya, memberikan edukasi bahwa perundungan adalah perbuatan yang tidak menyenangkan sehingga tidak boleh dilakukan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju sama Mbak Mei. Edukasi (bahkan secara terus-menerus) memang masih kita butuhkan.

      Delete
  45. minimal ikut salah satu beladiri untuk menjaga diri jika ada ancaman dari orang asing

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bela diri perlu ya untuk menghadapi ancaman yang mungkin timbul.

      Delete
  46. Saya sendiri korban bullying dari guru semasa sekolah SD dulu. Tahun 97-98 waktu itu, guru yang memberikan les di luar sekolah adalah hal yang lumrah meski tujuan lesnya tidak memberikan dampak positif ke siswa, semisal memberikan soal ulangan dalam kegiatan les. Karena saya tidak mau mengikuti les dan orang tua juga sudah menanamkan prinsip "kalau salah bicara," saya pun memprotes guru dan kegiatannya itu. Alhasil guru tsb sengaja menurunkan nilai dan hampir-hampir membuat saya tidak naik kelas. Praktek ini juga sangat merugikan siswa baik secara moral, materiil dan psikis. Semoga banyak anak-anak dan orang tua yang tegas untuk generasi selanjutnya. ❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Putri saya pun pernah mengalami, dia dikucilkan teman2nya di SD hanya karena dia tidak ikut les sama wali kelas. Yang seperti ini seharusnya semua guru mengerti tapi ternyata tidak, ada saja oknum yang senang mencari tambahan melalui pemberian les ke siswa dan bersikan tidak adil.

      Delete
  47. Semoga anak kita teehindar dari perlakuan buruk atau hal buruk lainnya ya mba...memang skrg itu pergaulan anak2 ngeri jadi kita sbg ortu harus mengawasi bener2 deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin .. semoga ya Mbak anak2 kita dilindungi.

      Delete
  48. Perundungan ini menjadi hal menarik untuk dibahas. Banyak juga yang secara ga disadari orang tua juga melakukan perundungan pada anak. Guru pun kadang juga sevara ga sadar bisa melakukan bullying. Anehnya di masyarakat kita bullying masih menjadi guyonan. Padahal kan menyakitkan. Semoga kita semua bisa menyadari dna ikut ambil bagian dalam mengurangi. Setidaknya dengan memahamkan diri, Anak dan keluarga tentang dampak dari bullying

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. Banyak yang masih menganggap perundungan sebagai guyonan padahal kalau guyonan itu kan seharusnya sama-sama senang ya. Kalau tidak janganlah dianggap guyon.

      Delete
  49. Saya pernah dikucilkan selama hampir enam tahun, Mbak. Pada saat itu hanya bisa memendam sendiri karena tidak tahu harus bagaimana. Semoga anak-anak kita diselamatkan dari hal-hal yang demikian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah ... pahit ya, Mbak ... alhamdulillah sudah terlewati masa-masa tidak enak itu.

      Delete
  50. Sedih rasanya jika punya anak tetapi mengalami perundungan di sekolah. Yang anehnya hukum di negeri kita ini seolah melindungi si anak yang melakukan perundungan dengan dalih HAM. Padahal anak yang dirundung mengalami trauma mendalam, dan beberapa di antaranya bahkan (di berita) ada yang harus meregang nyawa.
    Saya rasa Indonesia perlu merevisi lagi cara mereka berpikir tentang HAM, karena bukan melindungi korban, tapi malah melindungi pelaku.
    Tetap harus dihukum tegas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pemberian sanksi perlu tetapi lebih penting pembinaan kepada pelaku yg masih kanak2. Setahu saya yang bisanya "melindungi" malah sebelum sampai ke ranah hukum, semisal sekolah yang tidak mau nama baiknya rusak padahal di sisi lain sebenarnya sekolah yg merusaknya ketika tidak bertindak dengan bijak saat perundungan terjadi.

      Delete
  51. Ketika mendengar berita tentang anak sendiri yang kena perundungan, rasanya bukan hanya pengen marahin si pelaku tapi juga sekolahnya..
    Sekolah yang harusnya jadi tempat aman untuk meraih pendidikan, malah gak aman. Parahnya lagi, ada aja "oknum" sekolah yang malah ikutan-ikutan jadi pelaku perundungan atau bahkan pelecehan seksual..

    Memang penting untuk ngajarin anak kita rasa was-was, dan berani. Terpenting memang jangan lupa untuk berdoa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oknum dari satuan pendidikan perlu ditindaki keras ya kalau melakukan tindak kekerasan supaya jadi pembelajaran bagi orang lain.

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^