Kucing Itu Memilih Melahirkan Dekat Kami - Kata putri saya, Athifah – kucing biasa memilih melahirkan di dekat orang yang dia percayai dan hal itulah yang terjadi pada kucing oranye yang saya beri nama Unying. Awalnya dia hanya paruh waktu saja bersama kami. Setiap hari dia beredar di sekitar rumah sampai ke gang sebelah. Dalam satu hari, beberapa kali dia mampir ke rumah. Kalau ada makanan, kami beri dia makan sampai akhirnya si sulung Affiq membelikannya makanan kering khusus untuk kucing di Green Petshop. Sejak saat itu, Unying punya stok makanan khusus di rumah kami.
Kucing Betina Oranye yang Memilih Kami
Unying
punya rutinitas sendiri, hanya muncul beberapa kali di rumah, lalu pergi lagi.
Biasanya dia datang subuh atau lepas subuh. Kami membukakannya pintu karena
mendengar dia mengeong-ngeong keras minta masuk. Setelah makan dan keliling-keliling dalam rumah, dia minta
keluar.
Walaupun
kucing ini termasuk kucing liar, dia tahu menjaga kebersihan. Tidak pernah
pipis dan pup di dalam rumah. Kalau ingin melakukannya, dia menunjukkan gelagat
ingin keluar rumah lalu lari menuju pekarangan, menggaruk-garuk pasir dengan
kuku-kuku kakinya, dan melepaskan “hajatnya” di atas pasir.
Menjelang
hari persalinan Unying kami mulai mewaspadai gelagat Unying yang terlihat
mencari-cari tempat persembunyian di rumah kami, selayaknya yang dilakukan
kucing bunting pada umumnya.
Hari Persalinan Tiba!
Hari
Jumat tanggal 18 Oktober pagi, Unying datang. Seperti biasa, dia
mengeong-ngeong keras minta masuk. Sejak beberapa hari sebelumnya, Athifah mengingatkan
bahwa hari persalinan Unying sudah semakin dekat. Sejak pagi hingga jelang siang
hari Unying di dalam rumah saja. Dia tidak menunjukkan keinginan ke luar rumah.
Dia sibuk mencari-cari tempat bersembunyi, juga masuk-keluar kardus kemasan toaster.
Unying
terlihat gelisah pagi itu. Sesekali dia mengeong-ngeong keras. Dia aktif
bergerak pagi itu. Dia menjauh dari pintu keluar, hanya mondar-mandir di dalam
rumah. Saya mengawasinya sembari melakukan pekerjaan rumah dan bekerja di
desktop.
Jelang
siang hari itu saya menerima rezeki nomplok, job menulis dengan deadline
ketat. Siang hari diharapkan sudah harus selesai karena ada agenda bertemu
wali kelas anak bungsu. Sesekali saya mengecek keadaan Unying. Sekitar pukul 11
dia masuk kedalam kardus toaster dan tertidur di dalam kardus kecil itu. Saat
sedang sibuk-sibuknya menulis, lewat pukul setengah dua belas siang, Unying
mendatangi saya sembari mengeong-ngeong keras.
Suami
dan si sulung sedang siap-siap shalat Jumat sehingga tak bisa menemani
untuk menyambut hari penting Unying. Saya tak bisa berbuat banyak ketika Unying
mendekati saya karena lagi berusaha konsentrasi dengan pekerjaan. Dalam jarak sekira
satu setengah meter, Unying berhenti namun tetap mengeong. Dia berbaring di
atas lantai dan mulai menunjukkan gelagat hendak mengeluarkan janin dari dalam perutnya.
Sesekali
saya dan Affiq mendekatinya dan mengelus kepalanya lalu saya secepatnya kembali
ke balik layar komputer dan Affiq bersiap ke masjid. Tak menunggu lama, terlihat
sepasang kaki mungil muncul dari arah bokong si Unying.
Sungguh hari yang sangat seru. Saya sedang kejar-kejaran dengan deadline pengerjaan tulisan dan setelah itu harus bersiap ke sekolah bungsu sementara sulung dan suami harus segera ke masjid. Di luar dari itu, saya tidak pernah tahu bagaimana membantu kucing melahirkan di rumah!
Kucing ini sering baring dengan pose malas seperti ini sejak berbadan dua. |
Melahirkan Jasad
Unying
berusaha mengeluarkan janinnya. Secara perlahan keseluruhan tubuh si jabang bayi
kucing terlihat. Pasti sulit bagi kucing yang usianya baru setahun menjalani
pengalaman penting pertama kali ini. Saya bisa membayangkan apa yang dia
rasakan, mengingat pengalaman sendiri, melahirkan normal sebanyak 3 kali. Saya masih
berkutat dengan pekerjaan yang harus secepatnya selesai namun sesekali duduk di
samping Unying sembari mengusap-usap kepalanya.
Sejak
awal terlihat sepasang kaki belakang si jabang bayi kucing, saya menelisik adanya
keanehan. Sepasang kaki itu terlihat berwarna gelap, terlihat berbayang kehitaman.
Perjuangan pertama membuahkan hasil. Sekitar pukul 11.45, bayi pertama Unying
lahir. Bayi kucing itu diam tak bergerak, pada warna tubuhnya ada bayangan
kehitaman yang terlihat samar-samar. Qadarullah, bayinya mati.
Selain
saya, Affiq masih sempat menyaksikan proses persalinan itu. Tak bisa berlama-lama,
Affiq harus segera ke masjid karena adzan sudah hampir berkumandang.
Saya tak punya pengalaman menyaksikan kucing melahirkan di depan mata, juga merasa
tak sanggup memegang jasad bayi kucing. Kucing orens betina itu masih
terbaring, dia menjilat-jilati jasad bayinya, berikut menjilati sedikit darah
yang tercecer di lantai. Saya menatapnya dari balik layar komputer sembari
terus menyelesaikan tulisan.
Saya
harus segera berkutat dengan pekerjaan, makan siang, dan bersiap ke sekolah si
bungsu. Perjalanan ke sekolah si bungsu memakan waktu sekitar 40 menitan. Saya
berjanji bertemu wali kelasnya pukul 14.00. Harus bergegas agar bisa menepati
janji.
Usai
shalat Jumat barulah jasad bayi kucing berwarna putih-oranye itu
dikuburkan oleh Affiq di pekarangan rumah. Athifah saya kirimi pesan WhatsApp
supaya dia segera pulang untuk menemani Unying karena anak kedua Unying belum
lahir.
Kata
suami, sepertinya tidak mungkin janin kucing hanya ada satu-satunya di dalam rahim
kucing. Begitu pula informasi yang saya googling. Kalaupun ada yang
hanya beranak 1, hal tersebut sehubungan dengan genetika dan induk Unying beberapa
kali melahirkan 3 bayi. Kami tahu karena induk Unying adalah kucing tiga warna
yang berkeliaran di sekitar rumah.
Jelang
pukul 14 baru saya dan suami baru bisa berangkat ke sekolah Afyad. Unying belum
melahirkan lagi padahal sudah selang 2 jam sejak persalinan pertama. Dia sudah
terlihat lebih tenang. Jadi mikir, apakah bayinya memang cuma satu?
Pikiran itu saya bantah sendiri. Sepertinya masih ada janin lagi di dalam
rahimnya karena perut Unying masih tegang jika disentuh … tapi … kenapa belum
kunjung melahirkan?
Makassar, 6 November 2024
Bersambung
Share :
Dari kucing liar menjadi kucing rumah nih Mbak.
ReplyDeleteKucing biasanya begitu ya. Kalau diberi makan, lain kali datang lagi. Apalgi kucing betina, pasti kalau sudah sering kembali, jadi numpang beranak.
Kesian juga anaknya mati. Mungkin masih ada beberapa ekor di dalam perutnya Mbak...
Salam,
Ceritanya masih berlanjut, baru mau saya tulis hehe. Anaknya masih ada ... kisahnya epik juga sampai melahirkan :D
DeleteKasian banget ya, baby kucingnya mati. Katanya orang baik tuh yang didatangi kucing
ReplyDelete