Ucapan Terima Kasih
Malam Itu – "Terimakasih, Kak," ucapku pada lelaki berambut putihku pada suatu malam.
"Untuk apa?"
tanyanya.
"Untuk sudah membuat saya belajar banyak, secara langsung dan tidak langsung," jawabku.
Kurasa perlu
mengapresiasinya secara langsung mengingat sepanjang 25 tahun pernikahan kami,
karakterku berkembang sesuai ekspektasiku. Sejak kuliah saya tertarik dengan pengembangan
diri dan tertarik belajar hal-hal yang bisa membuat saya bisa mengembangkan diri.
Skill berkomunikasi, mengambil
keputusan, berpikir terstruktur dan analitis, merupakan beberapa dari sekian
banyak kompetensi yang memang sengaja kupelajari sebagai bekal menjadi manusia
dewasa pembelajar.
Lelaki ini mengarahkan,
tidak selalu secara langsung atau dengan suruhan. Terkadang dengan diamnya.
Seperti ketika 9 tahun lalu saya marah besar pada seseorang dengan
sepengetahuannya. Saya "menyemprot" orang itu dan menyampaikan alasan
kemarahan saya. Lelakiku diam saja dan dengan diamnya, saya merasa didukung.
"Kenapa ki'
tidak hentikan ka' waktu saya marah besar sama orang itu? Andai kita'
hentikan, diam ka' kodong, Mamaku suruh saya diam tapi saya tidak mau
karena saya tidak suka cara orang itu. Suamiku diam, saya merasa
didukung," tanyaku.
Dalam dialek Makassar,
maksudnya saya mengingatkan peristiwa ketika saya marah besar kepada seseorang
dan menyemprotkan kata-kata kemarahan beserta alasannya. Suami saya tak mencegah
saya waktu itu. Dia ada di dekat saya tetapi hanya diam saja. Sebaliknya, ibu
saya meminta saya berhenti sampai menangis tetapi saya tak ingin berhenti
karena menganggap pantas mengekspresikan isi pikiran dan perasaan saya.
"Karena menurutku
orang itu berlebihan," lelaki berambut putih itu memberi jawaban.
Kusadari, kejadian 9 tahun
lalu itu menjadi salah satu "arsip penting" bagiku dan di saat
sekarang orang itu mengancam stabilitas seseorang yang saya sayangi, saya bisa
mengukur reaksi saya kepadanya jika tindakannya kelewat batas pada orang yang
saya sayangi itu. I'm gonnafight for her! (sebagaimana judul salah satu tulisan saya 😁).
*****
Orang-orang yang mengenal
saya mungkin mengira saya kalem, tenang, dan tidak akan bisa marah. Beberapa
teman pernah mengatakan secara langsung kepada saya: ah, (Kak) Niar tidak
mungkin bisa marah. Salah banget, saya manusia biasa. Pernah
merasakan marah tetapi hanya bisa menahannya tanpa mengekspresikannya sama
sekali dan itu tidak enak rasanya.
Dua puluh tahun lalu
mungkin saya masih kesulitan
mengungkapkan rasa marah atau rasa tidak suka. Sekarang tidak, saya
lebih bisa mengekspresikan diri sesuai keadaan sehingga tidak perlu menahan
emosi yang tidak perlu ditahan. Mungkin tidak sempurna, masih terus belajar
untuk menjadi lebih baik.
Kita perlu mengekspresikan
diri sesuai keadaan dan kebutuhan – hal ini sangat saya sadari akan dilihat
oleh anak-anak saya. Anak akan belajar dengan melihat langsung bagaimana orang
tuanya menghadapi masalah, bagaimana berkomunikasi,
bagaimana mengambil keputusan dll dll.
Lalu pada akhirnya anak
akan melihat orang tuanya sebagai tim yang saling mendukung dalam kebaikan,
sebaliknya saling mengingatkan terhadap kemudharatan.
Makassar,
6 Juni 2024
* 25 years passed (several months ago) and still counting.
Share :
0 Response to "Ucapan Terima Kasih Malam Itu"
Post a Comment
Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^