Covid, Cerita Lalu Kelabu

Covid-19 akan selalu jadi cerita lalu kelabu yang takkan pernah terlupakan bagi keluarga kami. Kedua orang tua saya berpulang 2 tahun lalu setelah berjuang melawan penyakit yang disebabkan oleh virus corona ini. Sebelumnya, saya, suami, dan ketiga anak kami juga kena penyakit yang virusnya masih terus bermutasi ini.

Hingga Kamis 7 September ini, tepatnya pukul 22:12:15 WIB, jumlah kasus positif COVID-19 di seluruh Indonesia telah mencapai 6.812.127 orang. Tercatat yang meninggal dunia akibat virus corona sebanyak 161.879 orang, 8.245 positif aktif (masih sakit), dan 6.642.003 orang dinyatakan sembuh[1]. Saya percaya angkanya di atas itu karena banyak kasus yang tidak tercatat karena berbagai sebab.

Covid Kelabu

Menurut Katada[2], sampai dengan 1 Juli 2023, worldometer menempatkan angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia pada urutan ke-2 tertinggi di Asia, setelah India. Terhadap statistik global, total kematian Covid-19 di Asia adalah 22,45 persen dari total kasus di seluruh negara.

Saat ini, semakin banyak orang tidak percaya dengan covid lagi, mengira covid sudah enyah dari bumi padahal sebuah artikel yang  baru launching di website liputan6.com[3] menunjukkan bahwa gelombang baru COVID-19 2023 varian Pirola terdeteksi di 12 negara. Gelombang baru COVID 2023 varian Pirola ini menjadi sorotan tersendiri dikarenakan mengakibatkan kasus COVID-19 meningkat lagi di Amerika Serikat, Inggris, dan Tiongkok. Adanya varian baru ini membuat para ahli khawatir.

Masih dalam artikel yang sama, disebutkan bahwa menurut New York Times, varian yang juga disebut BA.2.86 ini adalah varian dari virus Corona jenis Omicron yang sangat bermutasi, yang muncul pada tahun 2021 dan menyebabkan lonjakan kasus dan kematian akibat COVID-19 yang mengkhawatirkan. Varian ini kembali menyebabkan lonjakan infeksi di seluruh dunia dan meningkatkan kewaspadaan di kalangan otoritas kesehatan[4].

Well, ini sekadar intermezzo. Sekadar informasi keadaan terkini. September dan covid takkan bisa terlupa karena peristiwa 2 tahun lalu itu. Tanggal 5 September ibu saya meninggal dunia, disusul ayah saya 2 hari kemudian.

Covid adalah misteri. Mungkin kalimat itu yang ada di benak para perawat puskesmas usai mendatangi kami untuk melakukan tes PCR kepada saya, suami, ketiga anak kami, dan adik laki-laki saya pada malam hari tanggal 5 September 2021 dan mendapatkan hasilnya pada keesokan harinya.

Bagi mereka menjadi misteri karena hasil tes kami semua negatif sedangkan kedua orang tua kami masih positif covid. Padahal sesungguhnya bukan misteri karena kami semua sudah sembuh setelah sebelumnya juga terjangkit covid ini. Selengkapnya, tentang kisah 2 tahun lalu dan kisah setelahnya bisa dibaca dalam tulisan-tulisan ini:

Namun ada satu hal yang belum pernah saya ceritakan di sini, yaitu tentang si sulung yang paling pertama merasakan kehilangan indera penciumannya. Hanya satu gejala itu yang dirasakannya, selebihnya dia sehat-sehat saja. Dia baru menceritakannya pada saya setelah kakeknya meninggal. Kehilangan indera penciuman dialaminya pada akhir tahun 2020, saya lupa persisnya di bulan November atau Desember.

Ketika saya tanya mengapa dia baru cerita, anak muda ini mengatakan takutnya kalau dia cerita pasti dilarang ke kampus. Waktu itu dia memang masih sesekali ke kampus. Saya sempat mengkhawatirkannya, terlebih ada dua orang tua yang sudah sangat sepuh di rumah.

Alhamdulillah saat itu hanya dia saja yang mengalami kehilangan indera penciuman, tak ada anggota rumah lainnya yang sakit atau tertular olehnya. Pertama kali saya merasakan gejala-gejala covid baru pada Juli 2021, menyusul suami yang lebih dulu terkapar sakit. Waktu itu batuk-batuk yang saya alami parah sampai-sampai berkepanjangan hingga berbulan-bulan setelahnya padahal saya sudah negatif covid.

Walaupun batuk-batuknya sudah sembuh, saya bisa tiba-tiba terbatuk-batuk hebat jika merasa udara sangat dingin. Gejala ini baru hilang setelah saya rutin menjalani terapi salah satu surah al-Qur’an pada Juli 2022.

Bulan Agustus 2021, saya kena covid lagi, bersamaan dengan kedua orang tua, tepat 10 hari sepulang dari sebuah acara. Salah satu gejala yang saya rasakan saat itu adalah kehilangan indera penciuman. Saya sama sekali tidak bisa mencium aroma apapun. Parahnya, gejala ini baru betul-betul sembuh sekitar 8-10 bulan kemudian (lupa persisnya). Kesembuhannya berangsur-angsur, sangat lambat hingga bisa mengindera berbagai aroma kembali dengan baik.

Kena covid ketiga kalinya, pada Februari 2022. Kami berlima kena semua. Alhamdulillah semuanya cepat pulih. Hanya sebentar, sekitar 1-2 hari saja tetapi masih berdiam di rumah sampai 10 hari untuk memastikan tidak membawa virus ke luar rumah. Itulah Covid cerita lalu kelabu kami yang akan menjadi kenangan dan pembelajaran tersendiri bagi kami.

Makassar, 8 September 2023



[1] https://m.andrafarm.com/_andra.php?_i=daftar-co19-kota&urut=2&asc=01100000000

[2] https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/01/total-kematian-covid-19-indonesia-urutan-ke-2-di-asia

[3] https://www.liputan6.com/global/read/5390680/gelombang-baru-covid-19-2023-varian-pirola-terdeteksi-di-12-negara-salah-satunya-asia?page=5

[4] Idem. 



Share :

3 Komentar di "Covid, Cerita Lalu Kelabu"

  1. Covid ini juga ninggalin banyak cerita sedih sih, Trutama Krn mama mertua kena dan meninggal. Teman2 kantor juga kena dan meninggal kebanyakan.

    Aku dan suami kena, tapi 2x kena selalu OTG. Hanya karena di tes aja hasilnya ketahuan positif. Itu Krn mama mertua meninggal, jadi orang serumah di tes, trus Krn teman sekantor suami kena, jadi kami ikutan di tes.

    Positif tapi tanpa gejala. Makanya itu momen paling bingungin mba. kami ga ngerasa sakit, semuanya normal, tapi virus itu ada terdeteksi 😅. Jadi kalo ditanya, rasanya gimana, ya ga tau, lah wong ngerasa sehat 😅

    Dah lah, yg penting ttp minum vitamin, olahraga, makan sehat. Itu aja yg kami lakuin. Bahkan sampai skr.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena covid, kita jadi punya kisah sejarah yang unik ya Mbak Fanny.

      Saya 3 kali kena, semuanya bergejala atau mungkin juga pernah kena tapi tanpa gejala kali ya ... Au ah .... memang membingungkan covid ini. 😃

      Semoga sehat selalu ya Mbak Fanny 😊

      Delete
  2. Ya ampun yang sabar ya, Kak. Saya ikut bersedih juga nih, tapi kita juga harus tetap menjaga kesehatan diri sendiri ya agar tetap sehat

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^