Balada Si Roy: Kerasnya Tantangan Pencarian Jati Diri Remaja – Film tentang Roy, remaja pemberontak yang baru pindah ke Serang bersama ibundanya saya baru tonton di aplikasi Prime Video. Film produksi IDN Pictures ini dibintangi oleh Abidzar Al Ghifari, Febby Rastanty, dan Bio One.
Konflik keluarga membuat Roy dan ibunya hijrah dari kota Bandung ke kota Serang. Ibunda Roy menjalani aktivitasnya sehari-hari sebagai penjahit untuk menghidupi dirinya dan Roy. Mereka tinggal berdua saja di sebuah rumah dengan anjing penjaga bernama Joe yang siaga di depan rumah mereka.
Hari pertama di sekolah
yang baru, sudah terlihat karakter Roy sebagai anak periang yang agak bandel.
Ibunya sempat merasa kecewa karena Roy melupakan janji kepada ayahnya untuk
menjadi penulis tetapi tetap menyayangi dan mengupayakan yang terbaik bagi
anaknya.
Kebandelan Roy sebenarnya
masih dalam taraf wajar gejolak muda dalam pencarian jati dirinya ditambah
adanya latar belakang konflik dalam keluarga besarnya. Suatu ketika Roy bangkit
dan menulis sejarah tentang Serang yang ternyata mendatangkan masalah besar
baginya karena mengusik jawara penguasa Serang.
Sedihnya, tulisan Roy
berbuntut panjang hingga terkait-kait kisah cinta dan masa lalunya. Ayahnya
ternyata dibunuh oleh suruhan penguasa yang sama yang tidak suka tindakan ayah
Roy dalam membela kebenaran di masa lalu. Selain rasa sedih, rasa sakit hati
timbul akibat ayahnya difitnah oleh jawara penguasa Serang. Ruwet, deh pokoknya!
Secara umum, saya suka
dengan jalan ceritanya. Bersumber dari karya tulis Gol A Gong gitu
loh – difilmkan dari tulisan-tulisannya
di majalah Hai tahun 1980-an yang kemudian dibukukan. Dalam film Balada Si Roy,
saya melihat problematika yang kompleks dari seorang remaja pria yang yang sedang
mencari jati diri.
Karakater
Kuat Seorang Roy
Walaupun masih duduk di
bangku SMA,
Roy memiliki karakter laki-laki yang kuat dan punya pendirian. Remaja maco ini
berani dan tegas. Dia tidak takut memperjuangkan kebenaran meskipun harus babak
belur dalam duel. Kehilangan ayah, lalu kehilangan Joe – anjing kesayangannya menjadi
pukulan telak bagi jiwanya.
Di tengah kesedihan yang masih mendera, Roy
berhadapan dengan jawara sekolah yang sangat memusuhinya. Entah ada berapa
adegan berkelahi dalam film ini.
Tak selalu dimenangkan oleh Roy tetapi dia tak pernah takut ataupun mundur. Kita
pun bisa menyimak bagaimana perjuangan Roy untuk menghadapi tantangan demi
tantangan dalam kehidupannya, termasuk memodifikasi motor mendiang sahabatnya
dan ikut balapan motor di lintasan berkelok.
Ibu yang
Tabah
Ibunda Roy melewati
konflik yang sulit terkait keluarga besar suaminya. Perbedaan latar belakang
dirinya dengan suami menimbulkan konflik tersendiri yang tak berhenti meskipun
suaminya sudah meninggal. Dengan demikian dia memilih pindah ke Serang bersama
putranya.
Ibunya digambarkan sebagai
perempuan yang sabar namun masih sama dengan ibu-ibu lain pada umumnya. Ada
saatnya dia mengomel dan ada saatnya dia bertindak tegas dengan menyiramkan
seember air kepada putranya yang pulang dalam keadaan mabuk.
Untuk Orang
Tua
Menurut saya, film yang disutradarai oleh Fajar Nugros ini lebih cocok untuk orang dewasa dan orang tua daripada anak usia 13 tahun meskipun film
yang bergenre drama aksi ini diperuntukkan bagi penonton mulai usia 13
tahun.
Alasannya adalah karena sebagian film yang tayang perdana pada 19 Januari 2023 ini mempertunjukkan adegan kekerasan dan mabuk-mabukan. Kalaupun remaja usia 13 tahun hendak menonton, sebaiknya didampingi oleh orang tua untuk memastikan pesan-pesan positifnya bisa diterima anak dengan baik. Atau setidaknya, orang tua pernah nonton film Balada Si Roy agar bisa berdidiskusi dengan buah hatinya.
Santet dan
Maaf
Ujian kehidupan yang
dialami Roy sebagai seorang remaja sungguh lengkap. Bukan hanya dihadapkan
dengan kematian sosok terdekat dan pertarungan dengan jawara Serang, Roy juga
harus menghadapi santet yang dikirimkan oleh orang yang sakit hati padanya.
Menarik reaksi ibundanya.
Ibunya mengatakan bahwa mereka hidup di kampung orang dan menasihati putranya
untuk meminta maaf kepada oang yang sakit hati. Tak ada balas dendam
sebagaimana yang kerap terjadi di dunia nyata.
Di dunia nyata, sering
saya dengar reaksi orang ketika tahu dirinya atau orang yang disayangi kena
santet adalah marah, mencari tahu siapa yang berbuat dengan berbagai cara, dan
menuntut balas. Namun tidak demikian halnya dengan ibunda Roy.
Roy menjalankan nasihat
ibunya dengan rendah hati. Sama seperti reaksi ibunya, tanpa marah-marah
mencari tahu atau menuduh pelaku santet, dia meminta maaf kepada orang-orang
yang mungkin pernah merasa sakit hati padanya.
Pertanyaan
Selanjutnya
Menyimak film yang
dibintangi oleh Mohammad Abidzar Al-Ghifari sebagai Roy sampai selesai, spontan
muncul pertanyaan apakah akan ada sekuel dari film ini karena ending-nya
sepertinya menunjukkan “awal yang baru”? Pertanyaan lainnya adalah, selanjutnya
bagaimana ibundanya bertahan hidup tanpa Roy di kampung orang ketika Roy
memutuskan menjadi avonturir?
Well, film ini mengajarkan saya
tentang pentingnya kemauan belajar dan berproses dalam memahami anak saat si anak
memutuskan melakukan sesuatu. Mungkin si anak tidak berpikir panjang ketika memutuskan
untuk melakukan sesuatu namun perlu dipahami bahwa apa yang dilakukannya alasannya
atau latar belakangnya dan orang tua harus bijak menyikapinya karena pasti akan
ada efeknya bagi anak.
Makassar,
21 Agustus 2023
Pemeran film
Balada Si Roy (Wikipedia):
- Abidzar Al Ghifari sebagai Roy Boy Harris
- Febby Rastanty sebagai Ani
- Bio One sebagai Dullah
- Zulfa Maharani sebagai Wiwik
- Sitha Marino sebagai Dewi
- Jourdy Pranata sebagai Andi
- Omara Esteghlal sebagai Toni
- Yusuf Mahardika sebagai Edi
- Fachri Muhammad sebagai Sodik
- Kiki Narendra sebagai ayah Ani
- Lulu Tobing sebagai Ratu Astuti/ibu Roy
- Dede Yusuf sebagai abah Dullah
- Tanta Ginting sebagai Roni Gultom
- Marcell Darwin sebagai Juna
- Wafda Saifan sebagai Mumu Gultom
- Budi Dalton sebagai Aceng
- Egy Fedly sebagai Ki Japra
- Ramon Y. Tungka sebagai ayah Roy
- Muhammad Adhiyat sebagai Roy kecil
- Dian Sidik sebagai Brewok
- Amink sebagai Satpam Rais
- Joshua Pandelaki sebagai Kepsek Johan D.
- Arswendy Beningswara sebagai Ajat Sudrajat
- Marthino Lio sebagai Faisal (Ical)
- Andi /rif sebagai Kang Juned
- Pritt Timothy sebagai Uwak Salim
- Sari Nila sebagai Ibu Dewi
- Emmie Lemu sebagai ibu kantin
- Angie Amanda sebagai ibu Andi
- Aldo Gudel sebagai Somad
- Andika Hazrumy sebagai pemandu sejarah Keraton Kaibon
- Azra Bule sebagai Bule
- Mutia Datau sebagai nenek Roy
- Kumaratih sebagai Marni
- Chacha Marisa sebagai ibu Ani
- Bima Zeno sebagai Abang Toni
- Dea Aditya sebagai Iwan
Share :
Wah, sepertinya memang bagus nih, Kak filmnya. Tapi sayang saya belum nonton di bioskop hihi
ReplyDeleteSaya tidak nonton di bioskop, Mbak ... sudah tidak main di bioskop. Saya nontonnya di aplikasi Prime Mobile.
DeleteJujur aku ga suka novelnya mba 😅. Soalnya mungkin Krn itukan ditulis udah lama yaaa, sebelum aku lahir 🤣, jadi pas baca kalimat yg rada aneh utk zaman skr, ngebayangin adegan mereka , kayaklucu aja 😅. Mungkin di zaman itu cocok.
ReplyDeleteTapi tadi liat trailer filmnya, aku lumayan suka. Prasaan aneh dari novelnya ga kebawa 😄. Jadi aku mau nonton deh. Kebetulan langganan prime juga.