Mencari Makna Lebaran yang Belum Usai

Mencari Makna Lebaran yang Belum Usai – Apa yang ada dalam benak kita menjelang hari raya? Selama beberapa tahun terakhir ini, saya lebih merenungkan maknanya. Saya malah terganggu dengan segala persiapan yang bersifat lahiriah dan mempertanyakan kembali apa esensi lebaran yang seharusnya saya cermati.

Sewaktu masih sangat muda (lupa usia berapa), saya pernah terheran-heran melihat semua orang bersenang-senang menghadapi hari raya idul fitri. Padahal selama Ramadan, puasanya tidak full. Padahal seumur hidupnya, shalat 5 waktunya masih banyak yang tidak beres, bahkan saat usia tuanya.

Bertahun-tahun saya melihat ibunda saya sibuk mempersiapkan dengan heboh persiapan lahiriah, terutama tampilan rumah yang sangat melelahkan mengurusnya namun tidak memperhatikan apa yang harus dilakukan selama 10 hari terakhir Ramadan. Begitu pun yang dilakukan banyak orang di sekitar saya.



Eh, jangan salah sangka ya, saya tak mengatakan tak boleh mempersiapkan makanan yang enak-enak ataupu pakaian yang bagus-bagus, saya hanya merenungkan, apakah persiapan lahiriah sudah sepadan dengan persiapan batiniah? Atau jangan-jangan hanya badan saja yang berhari raya dan berlebihan dengan segala persiapan?

Jelang lebaran, seorang kawan share nasyid lawas. Tentang kegembiraan hari raya sejati, apakah memang kita dapatkan?

Kata pelantunnya "hari raya hanya ada di syurga".

Lantunan itu masih membayangi pikiran saya setelah berjam-jam kemudian, hingga detik saya menuliskan status ini.

Hari kemenangan.

(Kemenangan atas apa? Apakah sejatinya kita sudah menang? Memenangkan apa? Melawan apa?)

Hari bahagia.

(Bahagia atas apa? Apakah memang pantas berbahagia?)

Kembali fitrah.

(Apakah memang kita kembali fitrah menurut Allah? Apakah dosa-dosa terampuni?)

Pertanyaan-pertanyaan yang akan saya bawa terus bersama langkah hingga bertahun-tahun ke depan apalagi Ramadan kali ini rasanya belum sempurna diri menjalani.

Entah kapan pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab secara hakiki. Mungkin ketika takdir telah tiba untuk berangkat ke negeri abadi.


Tapi izinkan saya memohon maaf kepada karib dan kerabat semua atas tak terhingga kata yang pernah terucap yang entah berapa khilaf terselip di dalamnya.

Semoga di hari lebaran ini kita semua menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Taqabbalallahu minna wa minkum, taqabbal ya Karim. Semoga kita semua menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Makassar, 16 Mei 2021


Baca juga:




Share :

0 Response to "Mencari Makna Lebaran yang Belum Usai"

Post a Comment

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^