Daur Ulang Lauk Sebagai Gaya Hidup Minim Sampah Makanan

Daur Ulang Lauk Sebagai Gaya Hidup Minim Sampah Makanan  – Ibu-ibu, bagaimana perasaannya menghadapi sampah makanan setiap harinya? Jujur, saya sering kali merasa miris karena tidak semua lauk habis dengan sempurna. Bukan berarti tidak pernah habis lho ya.

Ada saatnya lauk habis tak bersisa atau habis setelah diolah lagi keesokan harinya. Sebagai satu-satunya penjaga garda belakang (dapur), bahagia sekali rasanya kalau sama sekali tidak ada makanan yang dibuang.

Sebaliknya, kalau ada sampah makanan, rasanya pilu. Kalau mau dihabiskan tak mungkin dong saya habiskan semua sisa makanan. Makanya sebisa mungkin saya akali supaya bisa habis, paling tidak kami bisa meminimalkan sampah makanan.


Daur ulang lauk


Baru-baru ini, saya membaca di website Bandung Food Smart City bandungfoodsmartcity.org bahwa Indonesia adalah negara yang menduduki peringkat kedua setelah Arab Saudi dalam hal membuang-buang makanan. Setiap tahunnya terdapat 13 juta ton sisa makanan terbuang di Indonesia. Angka ini setara dengan 500 X berat Monas.

Dalam sebuah artikel di Kompas.com, disebutkan bahwa jika dirata-ratakan, setiap orang di Indonesia membuang 300 kg sampah makanan setiap tahunnya. Sumbernya dari laporan berjudul “Fixing Food: Towards the More Sustainable Food System” yang dirilis The Economist pada 2011[1].


Konon jumlah makanan terbuang ini, sama dengan dapat dipenuhinya konsumsi bagi angka kelaparan di Indonesia yang mencapai 28 juta orang.

Makin miris rasanya. Kita semua punya andil dalam hal ini padahal ada banyak orang yang kekurangan makanan karena di lain sisi, Indonesia masih terus berjuang dalam menekan gini ratio (koefisien yang digunakan untuk mengukur kesenjangan pendapatan dan kekayaan). Jurang antara si kaya dan si miskin masih ada.

Dalam Forum Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan yang berlangsung tahun 2018 lalu, Drs. H. Jufri Rahman, M. Si. – Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan saat itu mengungkapkan sebuah hasil penelitian yang memaparkan bahwa Indonesia adalah negara paling timpang ke-4 di dunia. Pak Jufri mengatakan bahwa di Indonesia, 10 persen dari total penduduknya menguasai lebih dari 77 persen aset yang ada[2].

Perlu diingat, rasio gini saat itu adalah 0,39 sementara rasio gini dalam pantauan Biro Pusat Statistik (BPS) pada September 2020 adalah sebesar 0,385. Khusus gini ratio perkotaan pada September 2020 adalah sebesar 0,399[3]. Masih cukup besar!


sampah makanan INDONESIA
Sumber infografis: Mylanta https://www.brilio.net/serius/5-fakta-sampah-makanan-di-indonesia-bisa-beri-makan-28-juta-orang-180524f.html

Oleh karena itu, mamak-mamak seperti saya ini perlu membangun dan mempertahankan “gaya hidup minim sampah makanan” dalam keluarganya. Jujur, untuk saat ini saya masih terus belajar dan mencoba menerapkan apa yang bisa saya terapkan. Coba saya uraikan ya.

 

1. Beli dan Beri Bahan Kebutuhan Pokok Sesuai kebutuhan

 

Awalnya saya agak minder, mengira diri saya pelit padahal saya sedang berhemat dan rasanya sayang kalau terlalu banyak food waste yang bisa dihasilkan. Saya biasa membeli bahan makanan ataupun makanan yang sudah diperkirakan, sesuai dengan kebutuhan alias tidak berlebihan.

Karena kebiasaan ini sampai-sampai saya merasa sedih ketika tiba-tiba suatu malam – lepas isya ada yang mengoleh-olehi seekor ikan bandeng yang ukurannya sebesar dan sepanjang kaki orang dewasa: dari pangkal paha hingga ke betis!

Walaupun agak merasa bersalah, sesuai realita dan logika, saya menolak pemberian itu dan menyarankannya membawa saja ke tempat yang akan didatangi oleh sang pemberi. Hari sudah malam, saya sudah lelah. Tidak mungkin berkutat dengan ikan sebesar itu. Lagi pula kami tak punya tempat penyimpanan (freezer) yang bisa menampung ikan sebesar itu.

Saya juga tak sanggup jika harus membagi-bagikan ke orang lain karena tenaga saya sudah terkuras dengan urusan rumah dan anak-anak semenjak pagi hari hingga malam itu. Saya tak punya asisten rumah tangga atau orang yang bisa disuruh-suruh. Maka jalan yang paling masuk akal adalah menolak pemberian itu.

Hal ini untuk memberikan pelajaran bagi sang pemberi dan bagi diri saya sendiri supaya ketika mengoleh-olehi sesuatu untuk seseorang, pertimbangkan juga kondisi dan situasi dari orang yang menerima oleh-oleh itu. Pemberian hendaknya diperkirakan pula sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai justru merepotkan atau malah menjadi sampah karena berlebihan.

 

2. Memasak Sesuai Kebutuhan

 

Sebagaimana membeli bahan, seperti itu juga saya menyelenggarakannya. Makanan yang terhidang, sesuai dengan kebutuhan, tidak berlebihan. Anak-anak diusahakan belajar mengonsumsi makanan seperlunya, tidak berlebihan, tentunya orang tuanya memperlihatkannya pada anak-anak.

 

Gaya Hidup Minim Sampah Makanan

3. Memakan Lauk yang Sama atau “Apa yang Ada”

 

“Makan yuk,” ajak saya kepada anak-anak.

“Makan apa kita?” tanya salah satu dari mereka.

“Makanan yang sama dengan yang tadi siang.”

“Sudah tadi!”

“Lho memangnya kenapa kalau sudah? Kalau masih ada ya dimakan lagi. Makan apa yang ada!”

Untuk anak yang picky eater, memakan makanan yang sama atau “apa yang ada” awalnya susah. Alhamdulillah, lama-kelamaan bisa juga.

Orang tua sering kali dituntut bisa menentukan dengan tepat kapan boleh menyenangkan anak-anak dengan makanan enak yang berbeda dan kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan anak untuk nrimo atau qana’ah (menerima dan bersyukur dengan apa yang ada).

Logika awam saya berpikir, kalau saat masih kecil saja anak sudah terbiasa memperoleh semua yang dia inginkan (bukan butuhkan), apatah lagi saat dia dewasa nanti. Bisa-bisa tanpa kita sadari, kita “tercekik” sendiri dengan permintaan anak karena selalu memenuhinya.

Siapa sih yang tak sayang anak? Namun tentunya harus disesuaikan dengan kondisi real kita sendiri, bukan? Juga menimbang efek jangka panjangnya. Memang tricky sebab antara rasa sayang, egoisme, dan idealisme berkelindan dan bertaruh. Saya yang jadi orang tua sejak 20 tahun lalu masih harus terus berusaha menerapkannya.

 

4. Mendaur Ulang Lauk Menjadi Lauk yang Berbeda

 

Mendaur ulang lauk menjadi lauk yang berbeda adalah salah satu cara praktis, murah, dan menarik untuk menyajikan makanan berbeda di meja makan. Hal ini juga sekaligus menjadi gaya hidup minim sampah makanan, bahkan bisa saja menjadikan kita bebas sampah makanan.

Berikut ini 3 resep masakan khas daur ulang ala saya:

 

a. Ayam/Ikan Tumbuk Bumbu Tumis Bawang dan Tomat

 

Ayam ikan daur ulang
Cara mengolah kembali lauk berupa ayam/ikan.

Jenis makanan ini nyaris tidak pernah alpa dari meja makan kami. Biasanya sisa ayam goreng atau ikan goreng tidak akan tersentuh lagi karena semakin lama jenis lauk tersebut menjadi lebih keras dan kurang nikmat lagi. Ayam atau ikan goreng bisa diolah lagi menjadi makan lezat, begini caranya:

  1. Tumbuk ayam/ikan sehalus mungkin. Di rumah kami memiliki cobek dan ulek yang terbuat dari batu. Cobek yang berongga cukup dalam ini memungkinkan kami mengulek daging ayam dan ikan goreng menjadi cukup halus.
  2. Iris tipis bawang putih, bawang merah, dan tomat. Satu jenis bawang, tomat, dan garam secukupnya merupakan seminim-minimnya bumbu. Kalau suka bisa dikreasikan dengan menambahkan bahan lain seperti merica, daun bawang, dan sebagainya.
  3. Tumis bumbu dengan minyak goreng sampai harum, masukkan ayam/ikan yang sudah ditumbuk. Aduk perlahan hingga semua bahan tercampur rata dan aromanya sedap. Tak perlu lama dalam menumis karena ikan/ayamnya kan sudah masak.

Oya, jenis masakan ikan/ayam yang diolah tak harus ikan goreng ya, bisa juga berasal dari pindang ikan, opor ayam atau ayam atau ikan bakar. Penambahan daun salam boleh jika dirasa perlu sebab daun salam bisa menghilangkan aroma lauk yang sudah mulai berubah.


b. Perkedel Sayur

 

Banyak jenis sayur yang bisa dijadikan perkedel sayur, tentunya yang belum lama dimasak, ya. Mau itu bahan sisa sayur sop atau kangkung tumis, atau sayur tumis lain yang jumlahnya kebanyakan. Caranya:

  1. Parut atau ulek bawang putih dengan garam. Kedua bahan ini seminim-minimnya bumbu.
  2. Saya biasa menambahkan bahan sayuran yang ada dengan wortel parut, irisan halus kol, dan daun bawang. Kadang-kadang saya tambahkan tahu yang sudah dihaluskan juga.
  3. Campurkan semua bahan sayuran dengan tepung. Akhir-akhir ini saya senang menggunakan tepung beras tanpa telur.
  4. Bisa juga ditambahkan telur. Jika ingin 1 saja bisa, bisa juga lebih tapi nantinya jadi semacam omelet, bukannya perkedel. Kurangi saja jumlah tepungnya.
  5. Adonan perkedel (3) diaduk sampai rata dengan bumbu. Bentuk sesuai selera lalu goreng di dalam minyak panas.

 

Perkedel sayur
Cara mengolah sayur menjadi perkedel.

c. Sambal Ikan

 

Kalau kalian penyuka sambal bernama dabu-dabu, sambal ikan ini mungkin terasa lezat bagi kalian. Begini caranya:

  1. Siapkan bahan berupa ikan goreng yang sudah berusia 1 – 2 hari. Suwir-suwir.
  2. Ulek bawang merah dan tomat sampai halus. Masukkan ikan yang sudah disuwir-suwir lalu ulek/tumbuk dengan bumbu. Jika suka, bisa tambahkan cabe rawit atau sambal tumis yang ada.
  3. Pindahkan ke piring saji, campurkan dengan sedikit minyak goreng (bisa minyak jelantah). Bisa juga minyak wijen kalau suka.

Sambal ikan
Sambal ikan (kanan). Asalnya dari ikan goreng yang
ukurannya sama dengan ikan goreng yang sebelah kiri.

Istimewanya sambal ikan ini, untuk 1 potong ikan goreng kecil yang biasanya satu kali makan saja, sambal ikan ini bisa saya makan sebanyak 2 – 3 kali. Atau dimakan bersama 2 – 3 orang. Tapi harus diingat, sambal ikan ini lebih mudah basi daripada yang ditumis.

🍰🍱🍩🍵

Saya pernah dicemooh karena menuliskan resep daur  ulang lauk. Sempat ciut juga hahah. Untungnya saya tidak membuang kebiasaan daur ulang lauk itu dan saat menuliskan ini saya makin yakin manfaatnya bisa sedikit menyumbang dalam meminimalkan sampah makanan yang kita hasilkan. Bagaimana dengan Anda?

 

Makassar, 4 April 2021



[1] https://www.kompas.com/food/read/2020/10/13/171900475/indonesia-negara-penghasil-limbah-makanan-peringkat-kedua-tertinggi-di?page=all#:~:text=Hal%20tersebut%20tercantum%20dalam%20laporan,sekitar%20300%20kilogram%20setiap%20tahunnya. Diakses 4 April, pukul 13:37 WITA.

[2] Silakan tonton ulang di channel YouTube Smeru: https://youtu.be/r7Y1kSPjKVc.

[3] Sumber https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/02/15/1852/gini-ratio-september-2020-tercatat-sebesar-0-385.html diakses 3 April 2021 pukul 23:20 WITA.



Share :

59 Komentar di "Daur Ulang Lauk Sebagai Gaya Hidup Minim Sampah Makanan"

  1. kalau aku karena bekerja makanya masak hanya satu kali saja dan secukupnya, kalau malam sisa sedikit paling nambah goreng tempe atau telur. dan anak2 dibiasakan ambil makanan secukupnya , kalau kurang baru nambah.kalau masak sisa makanan aku kurang kreatif . biasanya aku jd kompos saja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi kompos juga bagus, Mbak. Mengurangi sampah makanan juga ya.

      Delete
  2. Jadinya gak ada yang terbuang yaa kak. BTW, saya penasaran sama resep perkedel sayur yang tanpa telur itu. Nanti pas ke Rappocini, tolong siapkan ya. Wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan gitu dong, 2031 kelamaan. Tita dan Afyad sudah ndak lucu lagi. Hahahhaa. Tapi kapan di', ndak ditahu juga jadwal ke Makassar selanjutnya kapan. #gayamutut...

      Delete
  3. Merinding deh baca tulisan itu kalo orang kita termasuk yang sering buangin lauk, semoga aku gak termasuk, mubazir memang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga kita senantiasa terhindar dari tindakan mubazir

      Delete
  4. Ah, keren banget ngolah lauk sisanya. Saya ingat dulu ibu saya sering bikin sambal dari tempe semalam. Enak. Dan bikin kangen. Hahaha...

    Kl orang sini biasa mengolah nasi sisa dg dijemur. Nanti diolah lg jd semacam kerupuk. Apa ya namanya, duh, kok lupa.

    Kdg pas dijemur tuh diambili sama burung gereja. Hihihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oiya, di daerah saya juga ada yang mengolah nasi sisa, Mbak. Bisa juga kerak nasi disiram air mendidih, nanti bisa dimakan jadi camilan 😘

      Delete
  5. aku juga sebisa mungkin mengurangi sampah makanan mba. Memasak secukupnya dan belanja secukupnya juga bisa membantu mengurangi sampah makanan

    ReplyDelete
  6. memang sudah seharusnya hemat makanan yang dikonsumsi. sayangbanget kalau sampai terbuang karena basi atau sama sekali nggak ada yang makan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berasanya gimana gitu ya, Mbak kalo lihat makanan basi.

      Delete
  7. Bu Ibu emang paling nggak tega liat makanan sisa. Rasanya sayang banget kalau mau dibuang. Emang harusnya masak sesuai kebutuhan aja, sih. Cuma kadang dapet makanan dari tetangga atau saudara juga. Kalau aku di rumah, karena tinggal di desa, sisa makanan biasanya buat pakan ikan piaraan di kolam, Mbak. Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jika bisa ke hewan peliharaan juga meminimalkan sampah makanan ya, Mbak. 😍

      Delete
  8. keren mbaa.. jadi gak ada yang terbuang dan mubazir ya mbaa..
    kalo aku, biasanya yang sering nyisa itu nasi. Alhasil, aku jemur deh nasi sisa, kalau sudah kering ku goreng jadi camilan kriuk-kriuk gurih.. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah menarim, ada dituliskah, Mbak gimana prosesnya?

      Delete
  9. Memang sedih sekali kalau ada makanan sisa ya. Kami sudah terbiasa makan makanan yang sama, kalau aku sampai 3 kali juga gpp hehe, tapi kalau anak-anak biasanya paling banyak ya 2 kali makan makanan yg sama, lebih dari itu mereka bosan. Paling gampang itu nasi sisa, tinggal dibikin nasi goreng aja esok paginya :D

    ReplyDelete
  10. Kalau untuk makanan olahan ikan dan daging mungkin sih bisa ya ya dipakai beragam olahan dan tahan beberapa hari. Tapi kalau sayur sepertinya sulit

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya,Mbak. Tidak selalu bisa sih. Kalau sayur misalnya siangnya tidkk habis, malamnya bisa digoreng.

      Delete
  11. menarik banget ini mba pembahasannya, untuk mendaur ulang lauk dan memasak menu masakan rumah sesuai yang dibutuhkan

    ReplyDelete
  12. Suka sedih ya kalau makanan bersisa tuh, jadinya suka aku kasih ke kucing. Tapi boleh juga nih dicoba resep-resepnya nampak enak dan mudah buatnya hihi makasih mba

    ReplyDelete
  13. Innal mubadzdziriina kaanu ikhwanasysyayaatiin. Ini yang sering kita lupakan ya, Mak. Padahal kalau ingat di belahan bumi lain, banyak banget yang kekurangan makanan. Kita, yang dikasih rezeki lebih sama Allah, malah seenaknya. Huhuhu... Ide daur ulang lauk adalah ide cerdas sekaligus bijak, Mak. Salut.

    ReplyDelete
  14. setuju banget niiih, kadang ada beberapa temen yang kalo pergi ke pasar bareng segala dibeli dan akhirnya busuk karena nggak termasak, rasanya sayang banget huhu

    ReplyDelete
  15. kalau dirumah aku sih ... makanan tidak tersisa, karena sebelum makan sudah di ultimatum, ambil nasi secukupnya kedalam piring, bila masih kurang kenyang bisa nambah lagi.

    ReplyDelete
  16. Pengen nangis bacanyaaa...
    Aku masih sering buang-buang makanan..huhuhuhu...kalau ketauan suami suka dimarahin karena gal sesuai kebutuhan.

    Sedih banget.

    Harus belajar banyak dari pemenuhan antara keinginan dan kebutuhan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah..
      Masih banyak orang yang kesulitan makan, tapi kita yang bisa makan malah membuang-buang makanan.
      Huhuu...

      Haturnuhun kak Niar. Jadi makan apa yang ada dan mengolahnya dengan baik.

      Delete
  17. Iya nih peer banget untuk bisa meminimalisir sampah makanan semoga bisa terus lebih baik lagi...

    ReplyDelete
  18. peer banegt mba buat meminimalkan sampah makanan, salahs atu cara saya buat menyiasatinya tuh bikin lauk dalam porsi kecil

    ReplyDelete
  19. Iya nih mbak, skrng juga kalau masak sedikit2 aja supaya gak ada yang terbuang sia2. Wah iya ya yang sisa bisa dimanfaatkan lagi. Aku biasanya nasi kmrn aku bikin nasi goreng buat sarapan keesokan harinya,
    Sayang bangt soalnya kalau buang2 makanan ya

    ReplyDelete
  20. mba anakku seperti aku banget, kalau makan itu harus beda tiap waktu, pagi, siang dan malam, tapi kadang-kadang karena malas keluar buat beli dan gak bisa masak juga ya udah dimakan aja lagi lauknya ternyata ini bisa menjadi salah satu cara untuk meminimalisasi sampah makanan rumah tangga

    ReplyDelete
  21. Sampah makanan ini memang mengkhawatirkan ya di kita. Termasuk aku nih, huhu seringkali punya makanan bersisa dan dibuang. Harusnya bisa didaur ulang, atau masak sedikit2. Kudu mulai berubah nih kebiasaan ini 😞

    ReplyDelete
  22. Aku juga kadang daur ulang makanan mbaaa.... seringnya karena balitaku mudah bosan ya, jadi kadang lauk pagi siangnya kudu diotak atik biar kaya baru hihihi

    ReplyDelete
  23. aku paling susah nih kalau daur ulang lauk. jadi biasanya aku memilih untuk memasak secukupnya, mengupayakan agar nggak ada makanan yang terbuang sejak awal. kalaupun ada sisa, biasanya kami berikan ke kucing kampung yang suka main ke rumah hihi

    ReplyDelete
  24. Serius nggak nyangka kalau rupanya orang Indonesia itu berada di urutan nomor dua yang paling banyak membuang makanan setelah Saudi. Dan rata2 tiap orang membuang makanan hampir 3 kwintal per tahun. Ide daur ulang lauk Mbak Mugniar ini unik dan solutif. Keren mbak!

    ReplyDelete
  25. Saya termasuk yang sering daur ulang makanan. Meskipun selalu berusaha masak sekali habis. Tetapi, ada kalanya bersisa. Sayang banget kalau dibuang begitu aja

    ReplyDelete
  26. Mubazir sih ya memang kalau terbuang makananya, apalagi ada di wilayah lain yang mungkin sedang membutuhkan. Kuy lebih peduli lagi untuk kurangi sampah makanan

    ReplyDelete
  27. Wah sama kek suamiku kalau ada ikan atau ayam gak abis sukanya dicampur sambal dan disuwir2 gtu, kdng ditambah belimbing wuluh biar ada asem2nya hehe

    ReplyDelete
  28. benar banget mbak niar, harus kreatif ya olah menu
    biar g menambah jumlah sampah makanan, krn sampah makanan ini termasuk yg paling banyak jumlahnya di TPA

    ReplyDelete
  29. Masyaallah kreatif banget Bun. Salut saya. Aku palingan sisa lauk kmrn jadiin nasi goreng. Hehe atau dimakan buat sarapan. Tapi kalau sayur jarang sih ga tau kenapa cepat basi kalo udah sehari lebih. Skrg yg sisa ikan ato ayam kadang kl msh ada malah buat makanan kucing. Yg penting ga mubazir

    ReplyDelete
  30. Makanya aku selalu wakti wanti sama ibu, kalau masak itu secukupnya karena kuatir ga habis. Mubazir kan mbak, Kalau ada beberapa orang langsung main buang makanan saja kok rasanya eman eman bagiku

    ReplyDelete
  31. Beri oleh-oleh ke orang lsin mending makanan siap santap ya mba biar yang menerima tidak kerepotan olah kalau kasih mentah. Kalau makanan yang bisa di olah kembali suka di olah, kalau nggak selalu usahakan habis saat itu juga.

    ReplyDelete
  32. Aku terbiasa utk ga nyisakan makanan kalo makan, Krn kebiasaan yg diterapin mama dulu mba. Pantang liat makanan bersisa. Trus kami juga biasa kalo masak, siang dan malam pasti menunya sama. Malah kalo nyisa banyak, bisa sampe besok. Aku sih ga masalah begitu.

    Tp ternyata pas nikah, suami punya kebiasaan beda. Dia justru ga suka kalo menu siang dan malam sama. Apalagi dibikin sampe besok :p. Ujung2nya kdg banyak makanan jd hrs kebuang :(. Aku kdg sedih kalo udh gitu. Tp jd belajar, kalo masak ya secukupnya aja. Kalo ternyata kurang pas malam, ya beli :D.

    Drpd kebuang kan.

    ReplyDelete
  33. Saya ngiler dengan sambal ikannya mbak. Sepertinya enak :D Btw, saya juga suka mendaur ulang lauk siang mbak. Misal siangnya goreng tahu tempe, malamnya kalau sisa sering saya bikin geprek tempe tahu dan orang rumah udah hepi hehehe

    ReplyDelete
  34. Setuju nih Kak dg cara daue ulang lauk ya, ,jd bs dikonsumsi kembali, lagian sbenarnya makanan itu masih enak kok,, jangan dibuang dong.. sayang

    ReplyDelete
  35. Soal makan secukupnya ini saya jadi ingat meja makan orang Jepang. Mereka itu mangkoknya kecil2. Porsi ikan dan lauknya juga Sedikit2, tapi beragam. Dulu saya agak geli lihat mereka makan. Kesannya kok pelit banget. Eh sekarang pas udah jadi ibu baru deh terasa bagaimana menyiasati makanan yg gak mubazir, sekaligus tetap memastikan anak suami bis amalan beragam, gak membosankan.

    ReplyDelete
  36. Miris banget ya kak. Sampah makanan hingga 13 juga ton yang bila dikonsumsi bisa mengenyangkan 28 juta orang. Saya di rumah selalu menerapkan hidup hemat dengan anak. Saya lakukan agar anak-anak tidak membuang makanan meski hanya sebutir nasi.

    ReplyDelete
  37. aku juga tipikal yang suka daur ulang lauk selama masih bisa. kalau nggak bisa, ya aku berikan ke mpuss yang main ke rumah hehe

    ReplyDelete
  38. Di saat seperti ini kita mesti kreatif mensiasati makanan supaya enggak terbuang percuma ya mbak.

    ReplyDelete
  39. bikin masakan daur ulang ini memang salah satu trik yang oke buat menghabiskan lauk yang ada ya, mbak.

    ReplyDelete
  40. Bener banget nih, sampah lauk pauk gini emang banyak bgt dan baunya itu yg luar biasa.

    Makanya aku dirumah jg kadang sampah2 makanan yg bisa didaur ulang aku masukin karung dan dicampur pupuk...
    Setidaknya mengurangi limbah sampah rumahan

    ReplyDelete
  41. Wah kalau masalah gini ibuku beneran nih, soalnya ibuku tipikial jangan sampai buang makanan. Misalnya nih hari menunya oseng-oseng, eh ternyata masih ada eh besoknya dibikin bothok sama ibuk
    Pas aku tanya, lo ini kan makanan kemaren?
    "Yaudah makan aja, nggak basi kok" hehe

    ReplyDelete
  42. setuju mba jangan sampe buang makanan karena masih banyak juga yang butuh makan ruar biasa tipsnya mba

    ReplyDelete
  43. Salah satu lauk daur ulang favoritku, tumis tempe kecap pedas dari tempe goreng sisa makan siang. Tetap enak buat makan malam, dan yang jelas irit serta minim sampah.

    ReplyDelete
  44. Thanks Mbak sharingnya. Aku sedih juga, sering buang buang makanan.

    ReplyDelete
  45. Duh sama mbak kalau aku ngajak makan anak2, pasti nanya makan apa dan protes kalau makanannya sama dengan sebelumnya. Lalu lagu nasional keluar deh...dulu ya mama tu dimasakin oma dari pagi sampai malam ya makanannya sama, wkwkwk.

    Kalau soal makanan daur ulang juga sama deh...bener2 khas emak ya. Perkedel sayur wkwkwk ini ada sisa sup di kulkas yang rencana mau saya perkedel. Toss dulu...

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^