Jalan Ahmad Yani dulu menjadi bagian hidup saya. Saya bersekolah di SMP
Negeri 6 yang beralamatkan di jalan Ahmad Yani dalam kurun 1986 – 1989. Bangunan
lama SMPN 6 ini – yang terletak di bagian depan dulu berupa bangunan tua
bergaya Eropa. Saya pernah mendiskusikannya dengan Anna Asriani – Ketua Lembaga
Lingkar, bangunan sekolah itu berdiri tahun 1910.
Sewaktu duduk di kelas 2B, kelas saya terletak paling depan, persis di
samping ruang guru. Ruang kelas saya itu berplafon amat tinggi. Ada dua pintunya,
di depan dan belakang. Pintunya tinggi, begitu pun jendelanya. Saking besarnya
itu jendela, teman-teman saya mudah saja keluar-masuk lewat jendela. Suatu
hari, ketika kami sedang belajar tiba-tiba ada kelelawar terbang di atas kami.
Gedung CKC (Central Kantoor Voor de Comptabiliteit)
Stop dulu nostalgianya, ya. Kita kembali ke topik semula. Yang mau
saya ceritakan selanjutnya adalah Gedung CKC (Central Kantoor Voor de Comptabiliteit). Bangunan ini pernah
digunakan sebagai kantor gubernur selama setahun, sebelum pindah ke kantor baru
yang menempati “Park”.
Lokasi CKC pada zaman pemerintahan Belanda (tahun 1800-an) ada di Medan,
Padang, Palembang, Jakarta, Semarang, Pontianak, Banjarmasin dan Makassar. Pada
masa pemerintahan Indonesia, gedung ini menjadi Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara (KPKN).
Sekarang bangunan ini terdiri atas dua kantor yaitu Kantor Anggaran dan Balai Diklat Keuangan (STAN). Bangunan berdenah dasar
segi empat ini memiliki dua pintu masuk,
yaitu di arah selatan sebagai pintu utama dan di arah barat. Atapnya berbentuk
limas.
Gedung CKC didirikan pada tahun 1910. Sejak periode Hindia-Belanda,
urusan perbendaharaan negara di daerah dilaksanakan oleh Central Kantoor Voor
de Comptabiliteit (CKC) yang tugasnya melaksanakan wewenang ordonansering.
Kantor ini selanjutnya disebut Kantor Pusat Perbendaharaan Negara (KPPN).
Setelah Proklamasi kemerdekaan, antara tahun 1945 – 1947, kas negara dipegang oleh
bangsa Indonesia sendiri.
Kantor Balaikota Makassar
Dulu gedung ini bernama Gouvernement Kantoor. Dibangun oleh pemerintah kolonial
pada tahun 1939 setelah terjadi perubahan dalam struktur pemerintahan Hindia Belanda.
Mulanya gedung ini digunakan sebagai kantor gubernur. Letaknya bersebelahan
dengan Kantor Balaikota Makassar (gemeentehuis).
Sekarang gedung ini disebut sebagai Kantor Balaikota Makassar, tempat walikota Makassar
berkantor. Secara keseluruhan bangunan ini memiliki desain arsitektur berciri modern
yang dikombinasikan dengan unsur-unsur tadisional tropis, dapat ilihat dari
atapnya yang berbentuk limasan dan jendela dengan ventilasi lebar hampir
memenuhi keseluruhan dindingnya.
Kantor ini masih terawat baik. Di dalamnya terdapat banyak bilik dengan
koridor-koridor berukuran kecil. Pada bagian dalam/tengah berdiri kokoh Menara Balaikota
yang dibangun pada tahun 2009. Di dalam gedung Menara Balaikota ini terdapat
banyak ruangan yang berfungsi sebagai kantor dan ruang pertemuan.
Gereja Immanuel (1885)
Gereja besar di persimpangan jalan Balaikota – Ahmad Yani ini ternyata
menyimpan sejarah panjang. Dibangun pada tahun 1885 dan diresmikan oleh
DS.J.C. Knuttel pada tanggal 15 September 1885, gereja ini memenuhi kebutuhan
akan tempat peribadatan bagi umat Kristen Protestan di luar kastel.
Gereja Immanuel yang masih berfungsi sebagai tempat ibadah berbentuk
simetris dan bergaya arsitektur gotik klasik ini memiliki luas bangunan 600 meter
persegi yang dibangun diatas lahan sebesar 3428 meter persegi. Di atas pintu
masuk gereja terdapat menara lonceng yang tinggi dan runcing menyerupai gaya
gotik klasik.
Dahulu, di bagian depan bangunan ini terdapat tanah kosong hingga bagian
timur Benteng Rotterdam. Tanah kosong ini dijadikan taman dan diberi nama
Kerkplein sehubungan dengan adanya Gereja Immanuel. Pada tahun 1939, tepat di
depan gereja tersebut dibangun Kantor Gouvernour yang sekarang menjadi Kantor Balaikota.
Di depan gereja terdapat sebuah batu yang padanya ada tulisan
berbahasa Belanda. Arti dari tulisan itu adalah: di sini adalah batu
peringatan pembagunan gereja ini dan diresmikan oleh J.C KNUTTEL pada tanggal 15 september 1885.
Batu bertulis di depan gereja. |
Nah, mungkin
untuk perjalanan berikutnya, setelah dari gereja, bisa melihat-lihat SMPN 6.
Yang saya ingat sekali keunikannya adalah bagian depan sebagaimana yang saya
ceritakan di atas. Namun seingat saya, di bagian dalam bentuk bangunannya khas
juga.
SMPN 6 di
zaman saya bersekolah di sana tahun 1986 – 1989, terdiri atas dua bagian. Yaitu
bagian depan yang terletak di sisi kiri sekolah (TK, SD, SMP) Nusantara. Dan bagian
belakang yang terletak di sisi kanan sekolah Nusantara, di belakang kantor
KADIN.
Sewaktu duduk
di kelas 1 dan 3, saya menempati ruang kelas gedung di bagian belakang. Bangunan
ini juga memiliki jendela besar tetap tidak sebesar jendela pada bangunan
bagian depan.
Kantor Pos dan Kantor Telegram
Didirikan tahun 1925, Kantor Pos Unit Divisi Paket ini dahulu digunakan sebagai Kantor
Pos atau Post
Kantoor.
Kantor ini terletak di Jalan Balai Kota nomor 5, yang dahulu Jalan Gouverneurs
Laan. Sebagaimana semua bangunan di atas dan pada tulisan sebelumnya yang terpatri
dalam ingatan saya, kantor pos ini pun. Semasa SMP saya pernah ke kantor pos
ini.
Kantor ini berbatasan dengan Gereja Immanuel di sebelah utara, perkantoran
di sebelah timur, Kantor Telkom disebelah selatan, dan Jalan Balai Kota di sebelah
barat. Bangunan ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian utama terletak di
bagian depan dan bagian belakang merupakan bangunan pendukung.
Kantor pos yang dibangun sebagai sarana untuk memperlancar korespondensi
orang-orang Eropa di Makassar ini dipugar pada tahun 1992 oleh Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar.
Kantor Telegram
Saya masih ingat zaman telegram menjadi salah satu cara berkomunikasi.
Dengan pesan yang sangat pendek, biasanya hanya satu paragraf saja, sudah bisa
berkabar kepada keluarga di provinsi atau pulau lain.
Pada tahun 1980-an, Telegram Indah menjadi salah satu penyampaian ucapan
selamat hari raya kepada keluarga. Mendapatkan Telegram Indah yang desainnya
berbeda dari telegram biasa karena dibuat indah sudah bisa membuat perasaan
senang luar biasa.
Nah Kantor Telegram dulu terletak di seberang Kantor Pos. Sekarang berfungsi
menjadi Kantor
Kandatel
(Telkom). Bangunan kantor ini didirikan pada tahun 1940 oleh pemerintah kolonial
Belanda, dengan gaya arsitektur modern. Bangunan ini menjadi sarana untuk
memperlancar hubungan surat-menyurat dan komunikasi oleh orang-orang Eropa dan
Bangsawan.
Bangunan yang dahulu bernama kantor Post en Telegraf Kantoor ini pada tahun 1954 sepenuhnya
digunakan oleh pemerintah Indonesia dan difungsikan sebagai kantor
telekomunikasi sentral analog yang mencakup daerah Ujung Pandang (Makassar) dan
sekitarnya. Tahun 1970 ditambah bangunan sebagai pelengkap prasarana dari
kebutuhan telekomunikasi kala itu.
Museum Kota Makassar
Dan di sinilah eksplorasi kami berakhir. Pada bangunan yang awal
pembangunannya diperuntukkan sebagai kantor Pemerintah “Gemente Makassar”
(Bangunan kantor walikota/gemente). Bangunan tersebut merupakan bangunan
kantor walikota pertama di luar Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam).
Gedung ini dibangun pada tahun 1906 bersamaan dengan peningkatan status
Makassar sebagai gemente (Kota Besar). Gedung itu selesai dibangun dan
diresmikan penggunaannya oleh walikota pertama gemente Makassar yang berkebangsaan
Belanda, yakni J.E. Danbrink, pada tahun 1918.
Para guru dan siswa Perguruan Nasional |
Saya masih mengingat, zaman saya sekolah di sinilah kantor walikota
berada. Dulu gedung ini disebut sebagai “Balaikota”. Gedung ini digunakan sebagai kantor Walikota Makassar
hingga tahun 1997. Kemudian beralih
fungsi menjadi Kantor Dinas-Dinas Kota dan Kantor Bappeda hingga tahun 2000.
Setelah itu baru beralih menjadi museum yang sekarang dikenal sebagai “Museum Kota Makassar”. Bangunan ini tidak
mengikuti konsep bangunan Eropa klasik namun menerapkan konsep “garden city”,
yakni bangunan yang dikelilingi oleh halaman baik depan, samping maupun
belakang. Dari segi arsitektur bangunan itu bergaya Neo Klasik campuran Renaissance
dan Gotik.
Di lantai 1 ada ruangan yang dipakai sebagai ruang pamer sejarah perang
Makassar. Ruangan lain diperuntukan sebagai ruang pamer gemeente dan
disebut sebagai “ruang Wilhemina”. Di lantai 1 ½ ada ruang teater yang sekarang
sering difungsikan bagi masyarakat umum. Di lantai 2 ada ruang rapat yang di
dalamnya berisi furniture tempo dulu, berupa meja dan kursi kayu khas
yang sangat berat.
Entah sudah berapa kali saya ke sini namun selalu saja saya suka. Kepala Museum
Kota yang sekarang – Ibu Nurul Chamisani berhasil membuat suasana di museum ini
lebih kondusif dan bersahabat bagi masyarakat jaman now. Museum kota
sudah berbenah diri menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi.
Lelah dan dahaga terformat di sini sembari menikmati makan siang dalam
diskusi riang. Semoga kegiatan seperti ini menjadi inspirasi terselanggaranya
wisata sejarah yang dikelola secara profesional dan berkelanjutan sehingga sejarah
bukan sekadar mata pelajaran namun bisa dihayati warga Makassar dan siapa pun
yang tertarik dengan sejarah kota ini.
Makassar, 25 September 2019
Dengan berakhirnya tulisan ini,
berakhir pula seri tulisan dari kegiatan
Djalan-djalan ke Bangoenan
Bersedjarah Kota Makassar
yang diselenggarakan pada 14 September
2019 lalu.
Semoga kegiatan seperti ini bisa
diselenggarakan
oleh Lembaga Lingkar secara
berkelanjutan.
Terima kasih, Lembaga Lingkar.
Simak akun Instagram @lembagalingkar untuk mengetahui
informasi kegiatan atau wisata sejarah Lembaga Lingkar berikutnya.
Baca juga tulisan sebelumnya:
Baca juga tulisan terkait Lembaga Lingkar dan Museum Kota
Makassar:
- Menapaktilasi Sejarah Orang Tionghoa dan Pecinan di Makassar
- Merawat Ingatan Sejarah Kita
- Spirit Kartini Versi 3 Perempuan Pegiat Literasi
- Perempuan dan Museum Kota di Peringatan Hari Kartini
- Surat Kartini di Museum Kota Makassar
- TEDx – Menyebarkan Ide Untuk Kebaikan
- Yang Tersisih, Yang Mengharumkan Nama Bangsa
- TEDx – Makassar Backpacker, Lokal but Global
- TEDx – Dari Pasar Hingga Surga Pemulung
Share :
Belajar sejarah kota paling asik memang langsung turun ke lokasi ya mbak. Jadi ngerti kondisinya langsung, bahkan bisa foto-foto. Nantinya misal siswa sekolah diminta nulis juga hasil tulisannya pasti lebih terasa ruh nya
ReplyDeleteNah itu, andai zaman SMP dulu dilakukan yang seperti ini pasti menarik. Karena sekolah saya berada di kota tua. Termasuk salah satu bangunan tua di Makassar.
DeleteAku syukaaakk lihat bangunan bersejarah gini Mba
ReplyDeleteApalagi kalo ada guide yg paham ttg history, makin mantab djiwa!
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Jadi makin "membumi ya sejarah kalau demikian, Mbak
DeleteSmu-ku dulu juga pake gedung peninggalan belanda. Seru ya jalan2 liat bangunan vintage
ReplyDeleteseru nih kalo ikutan jalan-jalan kayak gini, apalagi yang ikutan orangnya random, jadi bisa kenal orang baru sekaligus jalan jalan
ReplyDeleteBelum sampai nih ke kota Makassar. Tapi memang beda ya apalagi jalan kaki gini dalam arti jadi dalem gitu pindah dari satu tempat ke tempat berikutnya kan
ReplyDeleteMenyenangkan banget bisa walking tour dengan tema sejarah gini...apalagi liat bangunan2 tua...kalau pasa kayak gini jadi membayangkan di zaman dulunya kayak apa ya suasananya
ReplyDeleteBangunan tua apapun di kota manapun axa ya Bund. Memang Indonesia ini luas banget dan jajahannya juga menyeluruh. Kisah sejarahnya pasti membuat kita makin mencintai Indonesia
ReplyDeleteDengan begitu banyak nya bangunan yg memiliki nilai sejarah, jadi opsi yg tepat sekali untuk menjelajahi heritage nya mempelajari berbagai hal dimasa lampau
ReplyDelete