Menyenangkan
sekali menyimak Kang Asep bertutur tentang sejarah. Mulai dari bahwa “anak
Sejarah” seharusnya bangga, bahwa dirinya mencoba mendobrak stigma “tak ada orang
Sejarah yang bisa kaya” dengan mendirikan perusahaan jasa yang bergerak dalam
bidang sejarah, dan pentingnya mempelajari sejarah.
Kang
Asep Kambali menjadi nara sumber pertama pada Seminar Nasional Merawat Cagar Budaya Kita yang berlangsung di Hotel Dinasti pada tanggal 13 April lalu. Pada
seminar yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan bekerja sama dengan Lembaga Lingkar ini, dia mengesankan sejarah merupakan sesuatu yang sangat bermakna.
Ibu Irwani Rasyid memberikan sambutan. (beliau menjabat sebagai Kepala Unit Dokumentasi & Publikasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Sul Sel) |
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulsel (Bapak Laode Muhammad Aksa) memberi sambutan. |
Orang
Indonesia banyak yang malu mengakui dirinya kuliah/alumni bidang Sejarah.
Penerimaan pegawai di berbagai perusahaan bahkan sebagai aparatur sipil negara juga
tidak memperhitungkan lulusan Ilmu Sejarah. Beda halnya di luar negeri, banyak
bidang pekerjaan yang mempersyaratkan pengetahuan sejarah.
“Untuk menghancurkan suatu bangsa,
musnahkan ingatan sejarah generasi mudanya”
adalah quote dari Kang Asep Kambali.
Ingatan
masa lalu – sejarah itu penting karena merupakan jati diri. Kalau sampai lupa sejarah maka kita
tak punya jati diri. Ilustrasinya adalah jika tiba-tiba, karena suatu hal
seseorang melupakan asal-usulnya, dia tidak bisa pulang kembali ke rumahnya.
Atau seseorang yang terdampar di negara lain, tidak bisa pulang ke negaranya
jika mengalami amnesia.
Kang Asep Kambali |
Kang Asep
mencontohkan beberapa film tentang ingatan masa lalu yang dihapus/terhapus,
seperti Maze Runner dan Divergent (keduanya rilis tahun 2014). Hilangnya
ingatan sejarah akan memudahkan perpecahan terjadi. Kita bisa lupa kalau para pejuang
kemerdekaan kita terdiri atas beragam suku, agama, juga ada ras lain.
Sebaliknya,
dengan mengingat sejarah bahwa yang memperjuangkan bangsa ini terdiri atas beragam
manusia, kita tak akan mudah dipecah belah. Nyatalah bahwa sejarah juga bisa
menjadi alat pemersatu bangsa.
Kita
butuh mengenali diri dengan mengenali cita-cita dan harapan, juga cita-cita
bangsa. Mengenali siapa yang melahirkan kita, merawat dan menyekolahkan dengan
penuh cinta sehingga rela mengorbankan apa saja. Juga mengenali bendera dan
hal-hal penting tentang Indonesia.
“Makanya
sejarah, memori kolektif harus dirawat, bukan hanya dalam konteks Indonesia
tapi juga dalam konteks keluarga,” Kang Asep menekankan pentingnya merawat ingatan tentang
sejarah.
Saya
setuju karena dalam “pencarian” saya akan makna menjadi ibu, saya sampai kepada
kesimpulan bahwa mengenali akar atau asal-usul kita termasuk sejarahnya akan
membuat kita bukan hanya mencintai keluarga dan daerah namun juga mencintai
INDONESIA.
“Untuk mengenali diri kita, kita harus
mengenali Indonesia. Pengetahuan
yang menjadikan kita, itulah kita,” ucap
lelaki yang juga pendiri
Paguyuban Asep Dunia ini.
Sekali
lagi, mengenali Indonesia itu termasuk juga mengenali keberagamannya, bahwa di
Indonesia ada beragam suku. Ada pula orang-orang Tionghoa dan Arab yang sudah
lama berasimilasi dengan penduduk asli Indonesia. Sejak abad ke-5, orang
Tionghoa sudah ada di Sunda Kelapa.
Karena
perbedaan maka ada kekuatan. Perbedaan pulalah yang menjadi kekuatan pariwisata
di mana-mana. Orang mendatangi tempat-tempat lain karena berbeda dengan yang
ada di sekitarnya. Perbedaan
adalah kekuatan kita.
Lelaki
yang pernah berprofesi sebagai dosen di London School of Public Relation Jakarta
ini mengajak untuk memaknai kemerdekaan dengan cara-cara yang bermartabat yang
bisa membangun karakter kita. Sudah waktunya meninggalkan lomba-lomba yang
kurang mendidik dan melecehkan seperti lomba panjat pinang, makan kerupuk,
bapak-bapak berdaster, dan orang dewasa mengisap dot.
Ah,
jadi ingat kalau sebentar lagi Hari Kartini sementara bagaimana Kartini
memperjuangkan agar perempuan bisa lebih berpendidikan dalam kodratnya menjadi
terabaikan dalam banyak perayaan. Bagaimana pula teladan yang diberikan Kartini dalam menyuarakan
pikiran dan isi hatinya menjadi terlupakan.
R. A.
Kartini mencontohkan bagaimana caranya berpendapat dan menuangkan pikiran
dengan cara elegan. Yaitu dengan menulis. Tulisannya dan kisah hidupnya yang
dibukukan membuat pesona dirinya mampu menembus hingga ke zaman kita. Mengingat
esensi perjuangan Kartini pada Hari Kartini yang saya maksud, kira-kira sama
dengan yang dimaksud dengan Kang Asep.
Kembali
kepada konteks Indonesia. Pertanyaan ini dilontarkan Kang Asep: “Siapa
Indonesia?” Jawabannya: dia dilahirkan dengan perjuangan, dibesarkan dengan
pembangunan, dikuatkan dengan persatuan!
Kang
Asep mengajak untuk menggali apa arti nama Indonesia, siapa yang memberi nama
Indonesia pertama kali, siapa yang melahirkan Indonesia, dan apa cita-cita
Indonesia. By the way, masih ingat kan kalau cita-cita Indonesia ada
pada Pembukaan UUD 1945? Merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur!
Trailer film Divergent
“Makassar
mau diapakan? Apakah sejarah mau dijadikan sebagai alat untuk membangun ataukah
melupakannya dan menjadikan kita tak bekarakter karena tak mengenali sejarah?” tandas lelaki pendiri dan CEO Indonesia Heritage Trails ini,
membawa sejarah pada konteks Makassar.
Menurut
Kang Asep, pembangunan karakter kita sebagai “orang Makassar” yang berbeda
dengan orang Jawa, Sunda, dan Batak misalnya harus menjadi perhatian karena
itulah yang menjadi kekuatan kita.
Pertanyaan-pertanyaan
Kang Asep itu bikin saya tercenung dan sedih. Karena sejak saya sekolah (SD mulai
tahun 1980) hingga di masa anak-anak saya bersekolah saat ini, warga Makassar tak
pernah mempelajari sejarah Makassar, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi.
Buku-buku
sejarah yang harus dipelajari di sini lebih banyak membahas sejarah Jawa. Lantas,
apakah masih ada harapan generasi muda bisa mengenal sejarah lokal dan
mencintai Makassar dengan sewajarnya? Ah, siapa yang bisa menjawab
pertanyaan ini?
Makassar, 18 April 2019
Share :
Komikz kartuz KPOP korea lebih di kenal oleh generasi sekarang drp sejarah bangsa. .Jika ingin di lestarikan ke generasi selanjutnya pentingnya sejarah ini di kemas ke bentuk yang lebih kreatif tapi pesannya sampai..salah satu Mahasiswa yang saya utus ke acara ini mengaku bosan. mengantuk sekali. .kerna saya ngak ada di lokasi jadi ngak tau juga apa dalam benaknya.. Hehe, just masukan..not underestimate kegiatan ini. .
ReplyDeleteWell, kalau sampai bosan, saya kira dia ndak tertarik. Kalau tertarik, mestinya ndak bosan. Kalau mahasiswa saya kira sebaiknya bisa memperhatikan sajian dalam bentuk seminar.
Deleteaduh.. saya terlewat lagi kegiatan ini padahal sudah menandainya di kalender. menyesal saya.
ReplyDeleteSayangnya, Oppaaa.
DeleteBanyak yang perlu anak-anak kita pelajari sehubungan dengan sejarah Makassar. Saya sendiri, karena lahir dan besar di sini meskipun bapak dan ibu bukan asli Makassar, merasa cinta sama Makassar tapi minim sekali pengetahuan sejarahku tentang kota ini.
ReplyDeleteJujur saja pemuda sekarang memang kurang begitu dekat dengan sejarah. Dulu saya seringkali dengarkan cerita sejarah dari nenek, tapi beliau sudah dipanggil Tuhan. Memang sejarah yang didengar langsung dari orang2 yang bersentuhan langsung tentu lebih kuat daripada yang dibaca dibuku. Seperti kegiatan2 ini tentu menguatkan sejarah.
ReplyDeleteSejarah yang diceritakan orang tua jaman sekarang berbeda dengan cerita jaman dulu mungkin ya :)
Deletememang sejarah tidak pernah lepas dari kehidupan kita, SD, SMP SMA bahkan mahasiswa saja masih bahas tentang sejarah.
ReplyDeleteIya
DeleteMenurut saya, salah satu cara kreatif memelihara ingatan bangsa terhadap sejarah adalah dengan adanya film-film sejarah yang diciptakan oleh pada sineas Indonesia. Ini lebih efektif menarik minat anak muda untuk belajar sejarah. Memang sebuah film kadang tidak 100% sama dengan kisah sebenarnya walaupun sudah diberi label "based on true story". Tapi setidaknya, setelah nonton film sejarah, saya jadi penasaran dengan sosok asli dari tokoh yg diceritakan di dalam film, secara tidak langsung ini memicu saya untuk membaca lebih banyak dan belajar sejarah.
ReplyDeleteBetul banget kak..Saya suka sedih melihat buku sejarah yang dipelajari anak sekolah . Sejarahnya terpusat seputaran Jawa saja. Kerajaan pun hanya membahas Gowa/ Tallo itu pun hanya separagraf paling banyak. Harusnya pelajaran sejarah daerah di perdalam di pelajaran muatan lokal, sayangnya....
ReplyDeleteKarena hidup kita tidak lepas dari sejarah makanya merawat ingatan terkait sejarah itu penting banget yah kak. Apalagi khususnya mengenal sejarah lokal daerah kita.
ReplyDeleteSetuju bahwa kisah-kisah sejarah itu sgt penting, hal itu bisa jadi cermin atau banyak hikmah yg bisa dipetik nantinya baik U/ masa kini ataupun masa yg akan datang, sayangx kisah sejarah dlm buku pelajaran anak sekolah seringkali tdk membuat anak2 tertarik,
ReplyDeleteUntungnya saat ini situs2 sejarah Indonesia msh ada, semoga stakeholder yg terkait dapat terus melestarikan dan merawatnya
Cara terbaik untuk memelihara sejarah adalah dengan menjadikan sejarah sebagai bagian dari hidup kita. Saya hampir setiap minggu selalu nonton acara sejarah di tv cable, sayangnya bukan sejarah bangsa Indonesia tapi sejarah bangsa dan negara lain. Kareba memang film sejarah kita masih sangat minim dan sepertinya tidak banyak yang berminat untuk memproduksi. Sayang sekali hiks.
ReplyDeleteSaya suka sekali penuturan dari Kang Asep. Walopun yang dibahas soal sejarah tapi tetap dalam gaya dan bahasa yang santai, gak berat, jadi gampang dicerna.
ReplyDeleteAnak muda sekarang mestinya lebih cocok bergabung di komunitas sepeeri yang Kang Asep dirikan, biar jadi lebih pinter, melek sejarah.
Senang sekali di event ini bisa jumpa dengan Kang Asep
ReplyDelete