Pada
tanggal 24 April lalu, Museum Kota Makassar bekerja sama
dengan Lembaga
Lingkar dan International Oganization for Migration (IOM) wilayah Indonesia timur mengadakan
acara bertajuk Surat-surat
Kartini dan Perempuan Masa Kini di
Museum Kota Makassar, jalan Balaikota.
Kata
Anna, Nur Almarwah Asrul (Nunu) – salah satu founder Floating School, Harnita (direktur Kedai Buku Jenny), dan saya mewakili orang-orang biasa
yang kurang dieksplorasi pada saat Hari Kartini. Saya langsung “melihat” benang
merah antara kami bertiga, yaitu bergerak dalam bidang literasi.
Sambutan
dan pembukaan oleh Sekretaris
Dinas Kebudayaan Kota Makassar – Bapak Agus Jaya, beserta sambutan dari Ibu Irwani Rasyid (dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Sul Sel) menandakan acara ini didukung oleh Dinas Kebudayaan
kota/provinsi ini.
Ibu
Nurul Chamisany (Nunu) – Kepala Museum Kota Makassar memang patut mendapatkan dukungan
penuh karena selama menjabat, beliau menampilkan museum dengan wajah baru.
Pak Agus Jaya dan Ibu Nurul Chamisany |
Mungkin
ada yang masih ingat tulisan saya pada Hari Kartini tahun lalu? Nah, pada
tulisan yang berjudul Surat
Kartini di Museum Kota Makassar itu saya menceritakan pengalaman berhari Kartini di Museum
Kota. Pada tahun ini, serangkaian acara peringatan Hari Kartini kembali digelar
di museum.
Pada
tahun ini, surat-surat Kartini kembali dibacakan tetapi hanya beberapa, tidak
sebanyak tahun kemarin. Saya suka dengan cara ini. Dengan demikian kita bisa kembali
menelisik perjalanan pemikiran Ibu Kartini.
Kalau
boleh berharap, tahun depan acara seperti ini diselenggarakan lagi tapi dengan
tambahan surat-surat terakhir yang ditulis beliau. Yang ada di Museum Kota
Makassar adalah cuplikan surat-surat Kartini hingga tahun 1903 (hanya sedikit surat pada tahun 1902 - 1903) sementara seperti
yang kita ketahui, Kartini meninggal dunia pada 17 September 1904.
Museum
Kota Makassar kini nyaman bagi pengunjung. Di sini, kita bisa melihat 980
koleksi museum dalam berbagai jenisnya. Dalam presentasinya, Ibu Nunu
menyebutkan jenis-jenis koleksi museum berupa arkeologi, sejarah, keramologika,
numismatika, naskah, etnografika, teknologika, peta/geografi, lukisan, foto,
dan prasasti.
Selama
5 hari di bulan April ini, tanggal 23 – 27 April, Museum Kota Makassar
memfasilitasi event bertajuk Budaya Perempuan Inspiratif. Karya sejumlah perempuan kreatif dan inspiratif
dipamerkan. Karya mereka berbagai bentuknya seperti lukisan, buku, patung,
batik, karikatur, tas, taplak meja, sarung bantal, hingga desain ragam hias.
Concern
Museum Kota kali ini
pas banget dengan dicanangkannya tanggal 1 April sebagai Hari
Kebudayaan. Bulan ini pun juga sekaligus diperingati sebagai “bulan kebudayaan”,
dirangkaikan dengan Hari Kartini pada tanggal 21 April. Perempuan dan budaya menyatu
di sini.
Selain
para perempuan Sulawesi Selatan, ikut serta pula mereka yang mewakili
International Organization for Makassar. Mereka adalah Shagufta Naeem (asal
Pakistan), Fatima Naseri (asal Afganistan), dan Dunya Sajadi Afganistan).
Mereka bertiga merupakan pengajar yang mendampingi para perempuan dan anak-anak
migran di Makassar.
Mbak
Narulita Kusuma Ayu – Koordinator Psikososial IOM Indonesia timur mengatakan di Makassar ada lebih dari
1800 migran dengan 25% di antaranya berjenis kelamin perempuan. IOM membantu
pemerintah Indonesia memberikan bantuan dasar kepada para migran sembari menunggu
solusi jangka panjang, apakah itu kembali ke negaranya atau ditempatkan di
negara ketiga.
Ibu Nunu, Ibu Irwani, dan Mbak Narulita |
Tantangan
dalam hal psikis begitu besar dihadapi para migran perempuan. Beradaptasi di
tempat baru dalam keadaan terpaksa keluar dari tanah air sendiri bukanlah hal
yang mudah. Kekacauan di negara asal mudah sekali memicu stres. Perempuan,
dalam posisi ini rentan mengalami eksploitasi ataupun pelecehan.
Bersyukur
di Makassar khususnya dan di Indonesia pada umumnya, para migran diterima
dengan tangan terbuka atas dasar kemanusiaan. Menurut Mbak Narulita, tidak
semua negara memperlakukan para pengungsi dengan baik seperti Indonesia
menerima mereka.
IOM
memperhatikan kesehatan mental para migran dengan menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti pelatihan membuat kerajinan. Selain
itu diusahakan pula agar mereka bisa terhubung dengan orang lain termasuk
komunitas/warga lokal agar kepercayaan diri mereka meningkat.
Sampai
pada bagian ini saya merasa senang bisa menjadi bagian acara ini. Pengetahuan
baru saya dapatkan dan merasa bersyukur bisa terhubung dengan orang-orang yang hadir
di sini. Cerita mengenai pemaparan Harnita, saya, dan Nunu Asrul akan saya
tayangkan di tulisan berikutnya, ya.
Makassar, 30 April 2019
Bersambung
Share :
0 Response to "Perempuan dan Museum Kota di Peringatan Hari Kartini"
Post a Comment
Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^