Surat Kartini di Museum Kota Makassar

Tanggal 30 April lalu, saya dan kawan saya – Abby Onety menghadiri undangan puncak kegiatan Museum dan Perempuan dalam Inspirasi di Museum Kota Makassar, jalan Balaikota. Pada hari itu diselenggarakan Pembacaan Surat-Surat Kartini oleh para perempuan yang diundang.


Saat tiba di lokasi, lantai satu museum – dari bagian depan hingga dekat tangga menjadi ruang pamer karya para perupa perempuan dari komunitas perupa perempuan. Aneka karya dipajang di sana, hasil dari merangkai bunga, membatik, cetak logam, melukis, makrame, dan sebagainya. Di Ruang Audio Visual sedang menayangkan film Kartini yang dibintangi oleh Dian Sastro Wardoyo. Penontonnya adalah anak-anak TK dan guru mereka. Anak-anak TK ini – pada hari yang sama mengikuti lomba mewarnai yang juga diselenggarakan di museum.

Ada yang berbeda dengan museum kota saat itu, dibandingkan dengan saat terakhir saya ke sana. Sekarang sudah lebih bersih dan adem karena adanya pendingin ruangan. Suasanya museum terasa lebih bersahabat sekarang ini, ditambah dengan aneka rupa karya yang dipamerkan khusus untuk memperingati Hari Kartini.

Pembacaan surat-surat Kartini berlangsung di Ruang Sidang di lantai 3. Saat saya dan Abby tiba di ruangan itu, ruangan masih gelap dan terlihat seram. Namun saat sudah masuk ke dalamnya, lampu dinyalakan, dan sudah mulai banyak hadirin di sana, suasana seram tidak terasa lagi. Berganti dengan perasaan nyaman dan adem.

Ruang Audio Visual di Museum Kota Makassar
Pameran di lantai 1 Museum Kota Makassar pada 30 April 2018

Kegiatan ini merupakan kegiatan komunitas perempuan yang ingin mengangkat potensi perempuan agar bisa menginspirasi masyarakat. Dengan adanya kegiatan ini pula masyarakat bisa melihat museum kota yang sudah mengalami revitalisasi beserta ruang-ruang pertemuan yang bisa digunakan.

Semua meja dan kursi di dalam Ruang Sidang yang merupakan cikal-bakal ruang DPR pada tahun 1950-an itu besar dan berat. Untuk menggeser-geser kursi yang saya duduki saja, butuh segenap kekuatan jiwa dan raga (lebay mode on 😆). Di sebelah ruang sidang ada sebuah ruangan yang dulu menjadi ruang kerja wali kota. Di sebelah kirinya ada ruangan yang dulu menjadi Ruang Pola. Ruang Pola ini, fungsinya sekarang sudah berubah. Saat peringatan Hari Kartini berlangsung, ruangan itu menjadi ruang pamer temporer yang menyajikan karya-karya para perempuan perupa di Sulawesi Selatan. Di mata saya semuanya keren. Eksotis. Saya menikmatinya.

Beberapa karya seni yang dipamerkan di Ruang Pamer Temporer, lantai 2
Museum Kota Makassar pada 30 April 2018

Panitia meminta kami memilih surat yang ingin kami baca. Surat-surat Kartini telah diketik, di-print rapi, dan ditempelkan di atas karton tebal. Saya memilih surat yang ditujukan Kartini kepada Estelle Zeehandelar, tertanggal 11 Oktober 1901. Saya menyukai surat itu karena berisi perasaan Kartini mengenai nilai sebuah tulisan baginya. “Cocok, nih buat saya,” pikir saya.

Usai Sekretaris Dinas Kebudayaan memberikan kata sambutan, disusul Dra. Nurul Chamisany (Ibu Nunu) – Kepala Museum Kota Makassar,  satu per satu perempuan naik ke podium membacakan surat-surat yang sudah disiapkan oleh panitia. Dimulai dari Dr. Nani Iriani Jufri – salah seorang tokoh perempuan di bidang medis, lalu Ibu Nunu, MC memanggil satu per satu nama yang ada di daftarnya.


Para pembaca surat-surat Kartini ketika itu berasal dari berbagai kalangan. Kebanyakan berlatar belakang pegawai pemerintah dari berbagai instansi – terlihat dari baju seragam yang mereka kenakan. Ada guru, staf di Dinas Pariwisata, staf Perpustakaan Kota, dan staf Museum Kota. Ada yang berasal dari Enrekang, Takalar, Gowa, dan kebanyakan dari Makassar.

Usai pembacaan surat-surat Kartini, Ibu Nunu mengajak kami berbincang santai sembari menikmati teh hangat yang nikmat. Beliau menceritakan mengenai revitalisasi gedung Museum Kota dan harapannya agar masyarakat bisa “bercerita dengan masa lalu” di sini karena museum yang sekarang sudah lebih terbuka dan dikondisikan lebih bersahabat.

Museum Kota Makassar, dari lantai 3 ke lantai 2
Sebagian peserta

Hari itu adalah hari yang menyenangkan bagi saya karena jejaring pertemanan baru terbentuk lagi. Menyenangkan bisa mengenal banyak orang kreatif dan open minded di Museum  Kota. Semoga bisa bertemu mereka di kegiatan lain lagi.

Makassar, 26 Mei 2018

Special thank to dearest Anna Asriani yang sudah mengusulkan saya untuk terlibat dalam kegiatan ini sebagai salah seorang pembaca surat.



Share :

5 Komentar di "Surat Kartini di Museum Kota Makassar"

  1. Semua peserta khusus kartini kah? wah saya yang jadi lelaki merasa gimana gitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gimana gitu? Ndak jadi kepengen operasi ganti kelamin, kan?

      Delete
  2. Semua tentang kaum Kartini ini...bagus bagus...hehehe

    ReplyDelete
  3. Jadi pengen ikutan, tapi ya sudahlah hehe

    ReplyDelete
  4. Keren ya, museum juga dijadikan tempat berkegiatan yang positif begini sehingga nggak jadi ruang yang hanya tempat menyimpan benda-benda. Trus anak-anak juga bagus klo diajak ke museum, biar mengenal sejarah bangsa dan jadi cinta sama negaranya.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^