Blogger 24 Juta Rupiah Sebulan

Blogger berpenghasilan 24 juta rupiah sebulan itu ada tapi bukan saya. Kami berada dalam satu berita di Harian Fajar yang terbit pada tanggal 10 Februari lalu. Sebelum itu, tepatnya pada tanggal 9 sore saya diwawancarai dan difoto wartawan terkait aktivitas sebagai bloger.

Saya membawa kesan kepada blogger yang menjalani kegiatan ngeblognya karena memang senang menulis dan membawa misi tertentu dalam hal menebar kebaikan. Bukan semata-mata mencari uang. Bagi bloger seperti saya, penghasilan itu bonus.

Karena saya dan teman-teman blogger seperti saya berangkat dari kesenangan dan kebahagiaan  semata-mata yang muncul ketika berbagi melalui tulisan. Bahagia rasanya bisa menebar manfaat. Memang ada sesekali kami menerima job tapi bukan menjadi prioritas.

Berbeda halnya dengan jenis bloger lainnya. Oya, saya menyebut diri saya (dan blogger yang seperti saya) sebagai blogger konten. Sementara blogger yang lainnya itu sebagai blogger adsense. Sama-sama bloger tapi “mainannya” beda.

Bloger konten murni berangkat dari tulisan. Banyak yang tidak mengerti SEO (Search Engine Optimization) dan teknis blogging. Berbeda halnya dengan bloger adsense yang memang memproyeksikan blog-blog mereka untuk mendapatkan uang. Bagi bloger adsense, konten lebih berupa konten marketing dengan prinsip-prinsip SEO. Yaitu ketika dicari menggunakan peramban, dia bisa naik di halaman pertama.

Sementara kami yang bloger konten, harus belajar keras hal teknis tersebut. Bagi yang senang mempelajarinya, menguasai SEO menjadi bonus tersendiri ketika bisa mengaplikasikannya.

Bagi para bloger konten lain, aturan-aturan SEO justru menjadi kekangan atas kreativitas menulisnya. Menulis bagi kami mirip-mirip seni. Tak ada yang bisa memaksakan bentuknya. Akan menjadi kaku dan menjadi beban jika terlalu banyak diatur penempatan keyword.

Blogger konten tidak memiliki banyak blog, banyak bloger yang hanya memiliki satu atau dua. Sementara blogger adsense bisa memiliki beternak banyak blog dan mempekerjakan orang-orang lain untuk mengisi blognya.

Bagi bloger konten murni, prioritasnya adalah bentuk, kedalaman, dan pesan konten – bagi yang peduli ejaan juga memprioritaskan pemakaian ejaan yang benar dan kosa kata yang baku. Sementara bagi bloger adsense tidak begitu memprioritaskan hal-hal tersebut.

Malah dari kacamata saya, secara tidak langsung bloger itu mendidik masyarakat berbahasa. Makanya bloger harus belajar menulis dengan teknik yang baik dan tentunya sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Alangkah sayangnya jika dalam menulis salah dan itu ditiru oleh pembaca blog kita. Saya kira tidak demikian halnya bagi bloger adsense.

Namun demikian, ada juga bloger konten yang menguasai SEO dan memperhatikan penulisan yang bisa menjadi content marketing. Sungguh menjadi sebuah keuntungan besar jika bisa seperti mereka karena lebih mudah menarik brand untuk bekerja sama.

Nah, saat wawancara dengan wartawan Harian Fajar, saya menyampaikan perbedaan kedua jenis bloger di atas. Selain itu, khusus tentang saya, saya menyampaikan mengenai misi saya ngeblog. Di antaranya adalah untuk menyumbang konten positif mengenai Makassar dan Indonesia timur.

Dan membuka mata orang-orang di luar sana tentang kami agar isu yang pernah mengemuka bertahun lalu sirna. Isu yang saya maksud adalah yang mengidentikkan orang Makassar dan orang Indonesia timur dengan kekasaran dan kekerasan. Saya berani mengatakan hal ini karena pernah mengalaminya juga.

Saya pun menyampaikan harapan saya agar kelak mendapatkan amal jariyah dari blog ini. Juga mengenai pentingnya menulis dari hati agar bisa diterima dengan baik oleh pembaca. Saya bahkan memperlihatkan kepada sang wartawan mengenai 20 manfaat menulis dan ngeblog yang saya rasakan pada sebuah file presentasi yang pernah saya buat.

Namun artikel yang terbit pada tanggal 10 Februari lalu menghubungkan saya dengan bloger yang berpenghasilan 24 juta rupiah sebulan. Tidak salah, sih tapi bisa jadi ada yang menganggap saya pun demikian padahal tidak.

“Orang yang baca fokusnya bisa ke dua puluh empat juta rupiah, Kak,” kata seorang teman.

Hm, bisa jadi, ya. Tapi mari bantu saya mengaminkannya, deh. Semoga saja bisa menyamai bloger 24 juta rupiah itu. Kalian mau kan mengaminkannya? 😊

Makassar, 28 Februari 2019

Baca juga tulisan yang lain tentang blogger konten yaa:

• Blog untuk Advokasi, Kenapa Tidak?
• Blogger Jaman Now (Seharusnya) Bukan Sekadar Rupiah
• Refleksi Ngeblog 2018 dan Tetap Menjadi Diri Sendiri
• Sebagai Tukang Kompor Bagi yang Ingin Belajar
• Bukan Sekadar Nara Sumber INSPIRASI di Fajar TV

Share :