Perjalanan Menuju Rumah Belajar Samsung

Lanjutan dari tulisan berjudul Undangan Meliput Rumah Belajar Samsung

Hari berganti hari, tiba juga tanggal 27 Januari. Usai mengerjakan rentetan pekerjaan rumah, saya menuju sebuah kafe di bilangan Panakkukang diantar suami dan si bungsu Afyad. Di situlah rombongan dari Makassar berkumpul untuk sama – sama menuju Maros, lokasi Peresmian Rumah Belajar Samsung di Sulawesi Selatan.

Di area parkir terlihat dua bis pariwisata. Sepertinya bis-bis itu yang akan membawa kami ke Maros. Saya bisa segera melihat meja tempat kawan-kawan blogger Anging Mammiri berkumpul. Di sudut yang lain, terlihat sekelompok orang – mereka adalah para jurnalis yang juga mendapat undangan meliput event Rumah Belajar Samsung.

Saya bergabung dengan kawan-kawan blogger. Ikut sarapan (lagi) sebuah kue nagasari – kue tradisional yang dibungkus daun pisang dan segelas air mineral. Saya mengisi daftar presensi yang diedarkan dan membaca-baca draft yang dibagikan panitia.


Mbak Ria dari Talk Link menyambut rombongan kami di gerbang
Rasa penasaran saya kian muncul saat membaca draft itu. Menarik sekali konsep Rumah Belajar Samsung ini karena merupakan kolaborasi antara 3 kekuatan: perusahaan besar melalui program CSR-nya, organisasi sosial, dan pemerintah provinsi. Tiga kekuatan ini mewujud dalam penyediaan  fasilitas belajar yang memadai dengan dukungan teknologi mutakhir untuk anak-anak kurang mampu dan mengalami ketakberfungsian sosial karena  beragam masalah kehidupan, yang terpilih dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan.

Anak-anak yang menjalani pelatihan di Rumah Belajar Samsung tidak hanya dibekali keterampilan hard skill, mereka juga mendapatkan pengetahuan soft skill berupa inter personal skill dan intra personal skill. Sungguh keren sekali. Inilah idealisme pendidikan yang kurang diperhatikan sistem pendidikan formal negara ini. Soft skill yang berhubungan dengan kecerdasan emosional biasanya hanya dapat dipelajari dalam “sekolah kehidupan” yang sesungguhnya. Kalau ada tiga kekuatan yang mampu memfasilitasinya, adalah hal yang luar biasa. Tinggal peserta didiknya saja, bagaimana memanfaatkan semua yang mereka peroleh di Rumah Belajar Samsung ini.

Kira-kira pukul 8.30 rombongan naik ke atas bis. Di atas bis, satu kotak camilan dan air mineral dibagikan. Saya menempati kursi kosong di sebelah Fitri – seorang jurnalis magang di Harian Radar. Kami langsung “klik” dalam obrolan sepanjang perjalanan. Minat yang sama terhadap menulis mampu membuat perjalanan terasa singkat dengan tema-tema menarik yang kami obrolkan. Kami mengobrol seperti kawan lama saja. Saya menceritakan tentang aktivitas saya sebagai seorang “emak blogger”. Fitri pun mengisahkan aktivitasnya sebagai jurnalis yang harus mampu bekerja di bawah tekanan dead line. “Sampai-sampai ada ungkapan demikian yang beredar di kalangan jurnalis: lebih baik dikejar setan daripada dikejar deadline,” ucapan Fitri itu membuat kami tertawa bersama.

Registrasi sebelum coffee break
Dunia jurnalisme, apalagi bagi mereka yang bekerja di media harian tentunya amat menegangkan. Kejadian yang diliput hari itu harus segera ditulis hari itu juga untuk bisa ditayangkan pada koran edisi keesokan harinya. Harus cepat karena koran harus sudah selesai dicetak sebelum subuh. Lepas senja, mereka harus rapat untuk materi-materi yang akan ditayangkan keesokan harinya.

Wuiih, beruntung benar saya. Sebagai seorang blogger, semua yang saya kerjakan seperti bersenang-senang. Kalau pun saya mengerjakan tulisan liputan atau job review, saya menulisnya dengan kesenangan, bukan ketegangan. Kalau pun saya mengejar dead line, tetap lebih besar kesenangan yang saya rasakan ketimbang ketegangan karena saya bekerja bebas, tanpa atasan yang mengontrol kerja saya. Hanya tanggung jawab pribadi dan nama baik saya sendiri yang saya pertaruhkan kalau saya mangkir (dan tentunya, saya tak mau mempertaruhkan keduanya).

Tak terasa penunjuk waktu di ponsel saya menunjukkan angka 10.51 ketika kami tiba di depan pagar Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Pelayanan Sosial Bina Remaja (PPSBR) Makkareso, Maros.

Rombongan kami di arahkan ke sebuah gedung kecil oleh Mbak Ria Ariyanie – seorang panitia dari Talk Link yang menyambut. Mbak Ria mengenakan baju kaus putih bertuliskan “Samsung Hope for Children”. Terlihat pula beberapa orang mengenakan baju kaus dengan disain yang sama.

Sebelum masuk ke dalam gedung, kami mengisi form registrasi terlebih dulu dan menerima goodie bag berisi baju kaus dan topi putih. Baju kausnya persis seperti yang dikenakan oleh Mbak Ria.

Ipul (paling kanan), salah seorang lulusan Rumah Belajar Samsung Jakarta
Di dalam gedung itu, ada ... wow ... coffee break lagi!? Ini sajian sarapan keempat di pagi ini! Yang pertama waktu masih dirumah, sebelum berangkat. Yang kedua di kafe tempat ngumpul. Yang ketiga di atas bis. Lalu yang keempat, di gedung kecil ini. Luar biasa panitianya!

Di ambang pintu gedung, saya melihat Anazkia (simak cerita tentang Anaz di tulisan sebelumnya yang berjudul Undangan Meliput Rumah Belajar Samsung). Kami langsung saling mengenali satu sama lain pada pandangan pertama. Anaz, Om Jay – blogger Bekasi, dan para jurnalis dari Jakarta sedang duduk melingkar. Di antara mereka ada satu orang yang aktif berbicara sementara yang lain-lainnya sesekali menyelanya dengan mengajukan pertanyaan kepadanya.

Saya menyeduh secangkir teh dan mengambil tempat duduk tak jauh dari lingkaran itu sembari menyimak percakapan. Seseorang yang aktif menjawab pertanyaan bernama Ipul itu ternyata salah seorang lulusan Rumah Belajar Samsung di Jakarta.

Saya mendengar Ipul bercerita tentang keadaan keluarganya yang dulu amat sederhana. Kini ia telah bekerja sebagai teknisi, bisa menghidupi dirinya sendiri, bisa membeli sepeda motor dari hasil keringat sendiri, dan bisa membantu orang tuanya. Bahkan saat ini, lelaki yang berasal dari Tegal itu bahkan bisa menginjakkan kakinya di bumi Maros, Sulawesi Selatan dengan gratis.

Seseorang menyela pembicaraan orang-orang di ligkaran itu, “Bagaima wifi-nya, Pul?”

“Sudah di-set kemarin,” jawab Ipul.

Wuiih ... kereeeen. Jawaban itu terdengar mantap. Untuk mengimplementasikan fasilitas wifi tentu butuh keterampilan khusus. Tim yang datang untuk menyiapkannya, termasuk Ipul pastilah sudah terampil mengerjakannya. Dan Ipul memperolehnya setelah sempat belajar di Rumah Belajar Samsung!

Dan saya pun makin penasaran, ingin segera menyaksikan dari dekat acara peresmian Rumah Belajar Samsung, Rumah Belajar Samsung-nya sendiri, dan anak-anak yang belajar di dalamnya. Pasti akan lebih menarik!

Makassar, 28 Januari 2015

Bersambung





Share :

16 Komentar di "Perjalanan Menuju Rumah Belajar Samsung"

  1. Tuh kan, sebenarnya masih banyak hal yang positif yang seharusnya disajikan oleh media kita....bukannya carut marutnya politik yang tidak ada habisnya.....
    Di negeri ini masih banyak orang baik dan kebaikan koq...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang ini undangan semua, Pak Edi :)
      Alhamdulillah masih ada koq yang meliput yang seperti ini

      Delete
  2. Wow SAMSUNg memang keren,. Sampai sekarang saya masih setia dengan SAMSUNG S5 saya. Opsssssssssssss. Promosi

    ReplyDelete
  3. asyik banget perjalanannya mbak, enak ya sering di undang begitu :)

    ReplyDelete
  4. andai semua perusahaan besar punya program untuk pendidikan atau setidaknya prasarana pendidikan misalnya jembatan untuk sekolah yang terpencil gadget bagi anak-anak yang belajar jarak jauh, pelatihan anak-anak putus sekolah, jangan anak-anak saja, ibu-ibu juga biar ibu-ibupunya penghasilan tambahan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya, benar juga ... mudah2an kelak akan ada untuk ibu2 juga ya :)

      Delete
  5. Asyik banget acaranya mbak.
    Pengen banget ikut acara seperti ini. membuaka wawasan dan menambah kenalan. Sukses selalu ya mbak.

    ReplyDelete
  6. asik ya yang belajar di sini jadi punya keahlian :)

    ReplyDelete
  7. saya juga jadi penasaran, seperti apa Rumah Belajar Samsung ini :)

    ReplyDelete
  8. Dehhh kak 4x???
    *Gagal fokus, kita sih bicara makanan hehehe..

    Infonya menarik sekali kak, salah satu informasi yg pantas direkomendasikan ke anak-anak muda.

    Sehat selalu kak Niar, diberkahi kekuatan dan kejernihan pikiran untuk terus berbagi Aamiin

    ReplyDelete
  9. Senengnya mbak, mau ikutan dong saya ... :)

    Rumah Samsung ini adanya dimana ja sih?

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^