Saya
mengistilahkan dunia fotografi sekarang ini dengan “irressistible”, saking menariknya bagi banyak orang. Banyak sekali
orang di zaman sekarang menggemari dunia fotografi. Begitu banyak orang senang
berfoto, bahkan tak jarang diantaranya bisa menghasilkan puluhan sampai ribuan jepretan tiap
harinya.
Beranda / Blogilis
Showing posts with label Blogilis. Show all posts
Showing posts with label Blogilis. Show all posts
Menebar Kebaikan Melalui Blog, I’ll Go For It!
Menebar kebaikan melalui blog dan media sosial rupanya tak selalu bisa diterima oleh
semua orang. Setidaknya, ini pengalaman saya sewaktu nge-share tulisan Yuwina,
Bocah Ini Perlu Mata[1]. Saat upload dan posting, niat
saya adalah supaya efek viral sesegera mungkin terjadi dan di antara puluhan
orang dan grup yang saya share, ada
yang tergerak membantu Yuwina yang membutuhkan dana ratusan juta rupiah untuk
biaya operasinya ini.
Apa
lagi yang bisa saya andalkan selain foto-foto balita itu? Tak tega dan sedih,
itu pasti. Saya bisa menangis ketika memperhatikan wajahnya. Tapi foto-fotonya
menurut saya masih layak disebarkan karena bukanlah merupakan foto yang sejenis
dengan foto-foto jenazah korban pesawat jatuh, misalnya. Di samping itu,
keluarga Yuwina
pun mengizinkan, bahkan mengharapkan informasi mengenai Yuwina bisa tersebar karena ia harus segera dioperasi dan mereka kesulitan mengatasi biayanya.
Blogger: Berproses Dulu Kalau Mau Menghasilkan
Tulisan ketiga dari Pelatihan Blogger dan Menulis Reportase di Media Sosial yang diselenggarakan oleh BRId (Blogger Reporter Indonesia) bekerja sama dengan PWI (Persatuan Wartawan) Sulawesi Selatan. Baca juga tulisan sebelumnya: Blogger Bisa Menjadi Profesi yang Menjanjikan dan Antara Blogger & Wartawan: Bagaimana Menulis Reportase yang Baik.
Sudah
setahun saya bergabung dengan Blogger Reporter Indonesia (BRId) tapi saya belum
terlalu mengenal komunitas blogger yang usianya sudah 2 tahun ini. Mas Hasmi
memperkenalkan dirinya sebagai founder BRId.
Mbak Ani Berta, bisa disebut sebagai co
founder-nya. BRId didirikan saat Mas Hasmi dan Mbak Ani mendapat banyak
sekali tawaran job review. Lalu
terbetiklah ide untuk mendirikan komunitas blogger lintas platform yang bisa pula menjadi tempat mengalirkan tawaran yang tak
bisa mereka penuhi.
Antara Blogger & Wartawan: Bagaimana Menulis Reportase yang Baik
Tulisan kedua dari Pelatihan Blogger dan Menulis Reportase di Media Sosial yang diselenggarakan oleh BRId (Blogger Reporter Indonesia) bekerja sama dengan PWI (Persatuan Wartawan) Sulawesi Selatan. Baca juga tulisan sebelumnya: Blogger Bisa Menjadi Profesi yangMenjanjikan.
“Kemampuan
teman-teman blogger membuat konten marketing
menjadikan posisinya layak di mata perusahaan,” ujar Mas Hasmi. Kemampuan
blogger yang seperti apa yang disukai oleh perusahaan sehingga ia sering di-hire oleh perusahaan? Mas Hasmi kemudian
memaparkan hasil analisanya:
Blogger Bisa Menjadi Profesi yang Menjanjikan
Tulisan pertama dari Pelatihan Blogger danMenulis Reportase di Media Sosial yang diselenggarakan oleh BRId (Blogger Reporter Indonesia) yang jauh-jauh datang dari Jakarta, bekerja sama dengan PWI (Persatuan Wartawan) Sulawesi Selatan.
Jarang-jarang
saya mau datang terlambat ke sebuah acara pelatihan tapi kali ini saya “harus” terlambat karena
ada urusan keluarga yang harus saya selesaikan terlebih dulu pada pagi hari
Sabtu, 5 September 2015 itu.
Belajar dari Filosofi Seno Gumira Ajidarma
Saya
tak jadi mengikuti sesi Maman Suherman di Makassar International Writers
Festival (MIWF) pada tanggal 5 Juni lalu padahal saya sangat ingin
menghadirinya. Saya sedang menyukai tema jurnalisme, media, dan jurnalisme
warga. Saya hadir pada sesi Maman Suherman di MIWF 2 tahun lalu dan saya suka
sekali mendengarkan pengalamannya dalam dunia media sampai-sampai ia
menerbitkan buku.
Saya
tak dapat mengikuti sesinya kali ini karena lokasi acara di kampus UIN.
Sementara Athifah ingin sekali menyaksikan dongeng di MIWF yang diselenggarakan
di Fort Rotterdam. Dongeng MIWF hanya sekali setahun dan bisa jadi pengalaman seumur hidup yang tak terlupakan bagi Athifah
dan adiknya – Afyad. Saya menghargai ini makanya saya membatalkan ikut sesi
Maman Suherman meskipun saya sangat ingin menghadirinya. Jauh lebih penting dan
berharga menyaksikan anak-anak saya berbahagia ketimbang memperturutkan
keinginan saya (ceritanya bisa dibaca di sini).
Perempuan Menulis, untuk Perempuan
Pelatihan Menulis Lanjutan untuk Komunitas Perempuan, namanya. Saya menghadiri pelatihan
yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar ini pada
tanggal 30 dan 31 Mei lalu, mewakili KEB (Kumpulan Emak Blogger). Ini pelatihan
ketiga yang saya ikuti yang diselenggarakan AJI Makassar. Pelatihan pertama
berlangsung pada bulan November 2013 dan pelatihan kedua berlangsung pada bulan
Januari 2014.
Pada
TOR (term of reference) pelatihan
yang dibagikan kepada peserta, salah satu latar belakangnya adalah:
Pre Event MIWF 2015: Diskusi Kepenulisan dan Aktivisme
Tanggal
3 Mei lalu saya menghadiri Pre Event MIWF bertajuk Writing and Activism. Ada 3
aktivis perbukuan yang hadir, yaitu: Anwar Jimpe Rahman (Jimpe, dari Kampung
Buku), Zulkhaer Burhan (Bobby, dari Kedai Buku Jenny), dan M. Ilham (dari Rumah
Baca Philosophia). Ketiga tempat baca yang digawangi ketiga orang ini aktif
dalam “pergerakan aktivisme” di Makassar.
Abdi,
sang moderator mengatakan, yang disebut aktivisme (activism) adalah gerakan mengajak orang-orang untuk mengubah
perilaku terhadap sesuatu. Kalau demonstrasi di jalan merupakan suatu bentuk
aktivisme yang bisa berakibat fatal maka kepenulisan adalah aktivisme damai.
Dan, semua aktivisme adalah politik.
Setelah
moderator membuka acara, ketiga nara sumber menceritakan kegiatan mereka.
Subscribe to:
Posts (Atom)