Efek
Tawuran
“Tawuran”.
Satu
kata ini sudah lama tak ingin saya dengar lagi. Banyak efek negatif yang
ditimbulkannya secara psikologis.
Mengapa?
Hm
... karena kata ini sudah nyaris identik dengan orang yang pernah kuliah dan
berasal dari Makassar. Tambahan lagi pengaruh media yang suka gegap-gempita
memberitakan tawuran dari Indonesia timur – Makassar khususnya. Maka mau tak
mau, dampaknya terasa secara psikologis.
Suami
saya misalnya, pernah “dikunjungi” seorang kawannya dari daerah lain di wall facebooknya ketika ada tawuran
antar-mahasiswa beberapa tahun lalu. Sang kawan ini mencetuskan serangkaian
kata-kata dan di ujung kata-kata itu ia melontarkan pertanyaan yang menikam,
“Apa kalian tidak malu??”