SEMAI 7 KAIH, Praktik Baik Penguatan Karakter di SIT Ar-Rahmah – Banyak sekolah yang sudah menjalankan program Penguatan Pendidikan Karakter namun jika menjadi narasumber pada hari pertama pelatihan Fasilitasi dan Advokasi Kebijakan Penguatan Karakter, Puspeka, Kemdikdasmen untuk wilayah Sulawesi Selatan kali ini, berarti ada yang ISTIMEWA.
Oleh karena itu, saya menyimak dengan
serius pemaparan Jusria
Kadir, S.Sos. – Kepala Sekolah Islam Terpadu (SIT) Ar-Rahmah Makassar. Di awal pemaparan, Ibu Jusria
menceritakan kisah tentang bagaimana kebiasaan baik anak yang dilakukan di
sekolah akan menjadi mentah ketika tidak didukung orang tua di rumah.
Menurut Ibu Jusria, di masa
perkembangan teknologi yang pesawat dewasa ini, yang paling penting adalah pendidikan karakter anak.
Karakter dikedepankan, sebelum prestasi. Karakter yang baik dan prestasi adalah
2 hal yang diharapkan orang tua ada pada anaknya.
“Kesuksesan seseorang itu 85 persen ditentukan oleh soft skill. Soft skill itu salah satunya adalah karakter dan hanya 15%-nya dipengaruhi oleh hard skill seperti pengetahuan dan keterampilan,” Ibu Jusria menyampaikan sebuah hasil penelitian.
Maka seperti apa seharusnya orang tua
berkolaborasi bersama sekolah dalam pembiasaan yang ujungnya adalah pembentukan
karakter – terkait hal tersebutlah presentasi dibawakan oleh Ibu Jusria.
Program yang dilakukan di SIT
Ar-Rahmah dinamakan SEMAI
7 KAIH (Sinergi Sekolah Bersama Orang Tua dalam Ikhtiar Tujuh Kebiasaan Anak
Indonesia Hebat).
Mengapa menggunakan kata SEMAI? Karena menyangkut KARAKTER – sesuatu yang harus
disemai. Bagaikan menanam pohon, perlu waktu bertahun-tahun baru berbuah.
Bertahun-tahun baru dilihat hasilnya, bisa jadi ketika anak masih di SD, atau
di SMP, atau di SMA, atau bahkan ketika sudah dewasa.
Pertama-tama dipastikan bahwa SEMAI
tidak bisa hanya dilakukan oleh sekolah semata-mata. Ada 3 pihak yang bekerja
sama dan bertanggung jawab: sekolah, siswa, dan orang tua. Ada 7 langkah yang
dilakukan di dalam lingkup SIT Ar-Rahmah.
1. Menyusun Indikator
Untuk SD, SMP, dan SMA berbeda
indikatornya. Misalnya, anak PAUD bangun sebelum pukul 06.00 pagi, anak SD bangun
sebelum pukul 05.30 WITA, siswa SMP bangun sebelum pukul 05.00 WITA, dan siswa SMA
bangun sebelum pukul 04.30 WITA. Ada indikator penjenjangan untuk setiap Kebiasaan
Anak Indonesia Hebat. Terdapat pula fase-fase yang berbeda karena kemampuan
anak yang berbeda-beda pada setiap fasenya, misalnya kelas 1 dan 2 SD sama
pembiasaannya, kelas 3 dan 4 SD sama pembiasaannya, dan seterusnya.
2. Diskusi
Setelah indikator disusun, pihak
sekolah berdiskusi dengan orang tua murid. Setiap awal tahun ajaran baru di
Ar-Rahmah diadakan Tudang Sipulung. Dalam ajang ini ditampilkan semua
indikator dan pendapat orang tua murid akan hal tersebut diminta – apakah bisa
anak melakukan semua indikator yang disusun lalu para orang tua merefleksikan
fakta di rumah mereka, bukan hanya berdasarkan idealita dari sekolah. Jika
orang tua menyatakan bisa maka indikator yang dibahas masuk ke dalam 7 KAIH.
3. Merancang Program
Program penguatan karakter di
Ar-Rahmah diberi nama CARADDE
(Cerdas dari Rumah dan Sekolah) yang merupakan jam buku jam belajar siswa Ar-Rahmah dari
PAUD hingga SMA. Dalam Caradde diatur durasi dan metodenya. Misalnya untuk PAUD
cukup 10 menit tetapi bukan anak yang belajar, melainkan orang tua yang
membacakan buku dan untuk siswa SD, selama 10 menit anak melakukan pembelajaran.
Untuk kelas atas, anak praktik coding di rumah bersama orang tua.
Ada lagi program yang diberi nama AR-RAHMAH FRESH (Fokus Rutin Edukasi
Selasa Hidup Sehat).
Ar-Rahmah FRESH merupakan program makan sehat setiap hari Selasa yang diatur
jenisnya. Ana-anak setiap Selasa membawa jenis makanan yang sudah ditentukan,
seperti pada pekan 1 membawa buah, pekan ke-2 sayur, pekan ke-3 ikan, dan pekan
ke-4 makanan tradisional. Begitu pun untuk kebiasaan-kebiasaan baik lainnya, disusun program untuk tiap jenjang.
4. Peran Komite Sekolah
Komite sekolah berperan aktif.
Misalnya di Ar-Rahmah, untuk program Caradde, orang tua berinisiatif posting
kegiatan selama sebulan – hal ini juga termasuk pembiasaan, lalu memberikan
hadiah.
5. SAVA
Menggunakan aplikasi untuk memudahkan
monitoring pembiasaan 7KAIH. Aplikasi ini dinamakan SAVA – Sistem Aplikasi Virtual Ar-Rahmah. Orang tua mengisi pembiasan yang
dilakukan anak SETIAP HARI di aplikasi.
Ar-Rahmah menggunakan aplikasi karena
dulu pernah menggunakan buku catatan namun terkendala catatan tidak dibawa orang
tua ke mana-mana sementara data harusnya di-input setiap hari. Jadinya ada
saja alasan untuk tidak melakukan pembiasaan sehingga diputuskan untuk
berinovasi menggunakan aplikasi yang bisa diisi di mana saja dai gadget.
Di aplikasi, ada sederet pertanyaan
yang harus dijawab orang tua dengan 3 pilihan jawaban yam sebagian, dan tidak.
Contoh pertanyaan yang harus dijawab:
- Apakah ananda bangun pagi dengan ceria hari ini?
- Apakah ananda sudah membaca doa sebelum makan atau belajar hari ini?
- Apakah ananda mengikuti gerak lagu, senam, atau bermain di luar hari ini?
Aplikasi ini harus diisi setiap hari,
bukan per bulan. Akan terdeteksi jika diisi dengan cara merapel. Mengapa harus
setiap hari? Karena pembiasaan seharusnya dilakukan setiap hari.
7. Evaluasi dan Refleksi
Di SIT Ar-Rahmah ada LAPORAN BULANAN. “Bukan rapor ya. Laporan ini hanya
menyampaikan 7 pembiasaan yang dilakukan anak sudah seperti apa. Contohnya,
guru bisa melihat untuk seluruh kelas di Ar-Rahmah – murid di kelas mana, siswa
yang mana yang paling banyak melakukan K7AIH,” ujar Ibu Jusria. Dengan demikian
kepala sekolah bisa melakukan evaluasi dan refleksi. Untuk anak sendiri ada
laporan bulanan untuk masing-masing anak.
Kendala, Solusi, daan
Dampak
Rupanya dengan penggunaan aplikasi
pun tetap saja ada kendala berupa:
- Orang tua belum konsisten mengisi instrumen pembiasaan di SAVA.
- Guru kurang konsisten mengulang-ulang atau memotivasi siswa melaksanakan 7KAIH.
Solusi yang dilakukan untuk mengatas
kendala adalah:
- Dilaksanakan pekan pembiasaan mengisi intrumen pembiasaan di SAVA, dibuat list di grup orang tua, hal ini dilakukan bekerja sama dengan komite sekolah.
- Pimpinan sekolah mengingatkan agar guru memotivasi siswa dalam melakukan 7KAIH.
Dengan adanya instrumen SAVA dan
pembiasaan mengisinya maka terjadi sejumlah dampak baik, di antaranya orang tua
bisa mengecek kebiasaan baik mana yang kurang dilakukan oleh anaknya. Guru pun
melihat adanya perkembangan dalam diri anak didik, di antaranya semakin
semangat beribadah, menghafal, dan nilai anak semakin baik.
Ibu Jusria mengakhiri presentasinya
dengan quote:
Karakter hebat itu bukan bawaan lahir, melainkan hasil dari kebiasaan yang dilatih secara konsisten.
Penyampaian dari Ibu Jusria
inspiratif, beliau mempersilakan jika ada satuan pendidikan yang tertarik untuk
menduplikasinya. Dalam sesi tanya-jawab, ada yang mempertanyakan bagaimana
mengaplikasikan cara ini sementara sekolahnya terletak di pelosok kabupaten.
Ibu Jusria menjawab perlunya menyesuaikan dengan kondisi masing-masing. Jika bisa
menggunakan buku catatan saja, tidak mengapa. Saya setuju, Bu, yang penting
dilakukan, ya.
Makassar, 10
Oktober 2025
Tulisan ke-4
B E R S A M B U N G
Bapak, Ibu yang satuan pendidikannya masih termasuk dalam daftar residu (tercatat belum mengimplementasikan/belum pernah lapor), jika sudah mengimplementasikan program penguatan karakter diharapkan mengisi tautan https://bit.ly/tinjut7kaih.
Share :
0 Response to "SEMAI 7 KAIH: Praktik Baik Penguatan Karakter di SIT Ar-Rahmah"
Post a Comment
Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^