Ramadan dalam Tahun Kedua Pandemi

Ramadan dalam Tahun Kedua Pandemi – Tak terasa sudah masuk bulan puasa lagi. Bulan di mana kaum muslim seharusnya menggembleng diri selama sebulan agar menjadi lebih baik dan menambah tabungan pahala. Alhamdulillah suasana Ramadan 1442 ini lebih baik dibandingkan tahun kemarin. Walaupun masih suasana pandemi covid-19, keadaan dan ekonomi sudah berjalan dengan lebih dinamis.

Ketakutan sudah perlahan mereda. Banyak yang aware tetapi banyak juga yang abai. Di sekitar rumah kami misalnya, sudah nyaris tak ada yang mengenakan masker kecuali jika mereka bepergian ke luar dari lingkungan kami.

Vaksinasi masih terus berlangsung. Orang-orang yang dulu saya lihat ragu, malah cenderung menolak, sekarang sudah menerima bahkan sudah divaksinasi. Hal ini anehnya, beriringan dengan berita hoax yang banyak menyebar. Mulai dari minum air kelapa sebelum  dan sesudah vaksinasi sampai memperbesar alat genital laki-laki.

Zaman sudah banyak berubah tapi tetap saja ya yang namanya hoax berkembang subur di mana-mana. Bukan hanya orang yang benar-benar awam, bahkan orang-orang berpendidikan tinggi pun ada yang termakan hoaks alias berita bohong.


Ramadan Tahun Kedua Pandemi

Tahun ini, pemerintah membolehkan salat tarawih di masjid dengan catatan tetap melakukan protokol kesehatan dan hal-hal lain yang secara fiqih sudah disepakati banyak ulama. Banyak masjid yang sejak dari tahun lalu memang sudah buka untuk berbagai kegiatan tapi untuk urusan protokol kesehatan, di kota saya masih banyak yang tidak peduli.

Ada masjid yang sudah menerapkannya tapi tetap saja, tak semua jamaah mematuhinya. Tetap saja masuk di dalam saf sesukanya, tak peduli seruan berjarak. Kalau di masjid yang taat protokol kesehatan, banyak yang pakai masker maka di dalam masjid dekat rumah kami tidak demikian. Yang memakai masker bisa dihitung jari saja berapa orang.

Kalau sekarang slogan yang diteriakkan bukan hanya 3M melainkan 5M, tambahannya adalah “menjauhi kerumunan” dan “menghindari mobilitas” maka ini petunjuk bahwa kita harus makin hati-hati. Yang banyak terlihat malah sebaliknya, makin banyak kegiatan offline. Baguslah jika semua orang tunduk pada seruan protokol kesehatan tapi pada kenyataannya kan tidak.

Saya sendiri masih mengurangi aktivitas di luar rumah, kecuali jika memang tak bisa dihindari. Tentunya takaran saya mengenai penting atau tidaknya ke luar rumah berbeda dengan orang lain. Saya masih tidak berminat untuk ajakan kumpul-kumpul atau ketemuan yang sebenarnya bisa dilakukan secara daring.

Yes, saya memang makhluk introver yang bahkan tidak masalah jika dilarang sekali pun keluar rumah. Saya mendapatkan kenyamanan di dalam rumah dibandingkan di luar rumah. Tak masalah bagi saya berhari-hari bahkan bertahun-tahun tak bepergian ke luar kota. Saya juga menikmati anak-anak melakukan pembelajaran daring bahkan jika itu harus berlangsung hingga tahun depan sekali pun!

Aktivitas saya juga kebanyakan di dalam rumah. Saya mengambil pekerjaan freelance yang bisa dilakukan dari rumah saja. Sesekali ada tawaran menulis dari luar kota atau luar negeri yang bisa dilakukan di dalam rumah.

Ramadan 2021

Sungguh pekerjaan idaman saya meskipun bukan pekerjaan tetap dengan gaji bulanan tapi membuat hati dan jiwa saya merasa tenang dan bahagia melakukannya. Sesulit apapun materi yang harus saya tuliskan, tetap saja menyenangkan karena saya menikmati setiap detik “pekerjaan menulis”, mulai dari mengumpulkan materi hingga melahirkan tulisan.

Bukan berarti saya tak peduli pandemi akan berakhir atau tidak ya. Tentunya saya tetap menginginkan pandemi segera berakhir atau setidaknya tak banyak lagi orang yang terjangkiti virus corona. Tapi menikmati hari tetap harus diupayakan kan.

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan bagi saudara-saudari seiman. Semoga bulan suci kali ini membawa berkah bagi kita semua. Batasan untuk mobile sekaligus merupakan cara membatasi diri untuk konsumtif. Semoga dalam bulan suci kali ini kita bisa kembali kepada esensi menahan dan menggembleng diri untuk menjadi manusia yang lebih baik hingga Ramadan berlalu.

Makassar, 15 April 2021

Catatan: gambar-gambar berasal dari Pixabay.com



Share :

10 Komentar di "Ramadan dalam Tahun Kedua Pandemi"

  1. Iya ya mbak, sudah 2x ramadan kita berpuasa di pandemi ini. Sedih, bingung tapi ada bahagianya juga. Bisa selalu bersama suami dan anak2 di rumah melulu, siapin menu sahur, berbuka, lebih banyak bercerita satu sama lain, tetpa alhamdulillaah.

    ReplyDelete
  2. Gak terasa ya mbak sudah tahun kedua kita menjalankan Ramadan ..namun apapun situasinya semoga kita tetap tawakal menjalankan Ramadan karena Lilahi Ta,ala.

    ReplyDelete
  3. tos mbak! sebelum pandemi pun aku lebih suka di rumah drpd kelayapan di luar. tapi semoga pandemi cepat berlalu ya, sdh kelewat byk yg jd korban

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah alaa kulli haal
    Apapun itu, tetap kudu bersyukur ya mbaa
    semangaatt buat kita semua
    semoga bs optimal beribadah ramadan ya mba

    ReplyDelete
  5. haloo kak.selamat puasa yaaa
    iya nih, udah ramadhan kedua di masa pandemi
    jujur, sedih dengan yang abai. apalagi aku yang baru aja kena covid padahal perasaan si pakai masker selalu, dan prokes bgt..dan gak tau ketularan dimana haha
    tapi its oke, itulah takdir-Nya. stay safe ya...sama nih kita, orang rumahan banget
    jadikerja dari rumah kayaknya dah senang banget hahaha

    ReplyDelete
  6. Iya ga terasa 2 ramadan kita di masa pandemi. Saat yg tepat untuk muhasabah introspeksi diri dan tetap optimis kedepannya

    ReplyDelete
  7. Sama nih mba ..ditempatku protokol kesehatan dalam ibadah belum dijalani jadi kami terlihat aneh sendiri sholat pakai masker. Sejauh ini hanya suami dan anak yang tarawih di luar.aku dan Faiz di rumah

    ReplyDelete
  8. Ramadhan sekarang sebenarnya sudah lebih bebas, sebab kita sudah masuk ke dalam era new normal. Pemerintah pun sudah mengizinkan tarawih di masjid dengan protokol kesehatan

    ReplyDelete
  9. Tak terduga ya Mbak Niar, kita akan mengalami Ramadan dua kali masih dalam masa pandemi. Kami sekeluarga masih belum beraktivitas di masjid, seperti tarawih masih di rumah saja. Ini karena kami pernah kena Covid19 dan khawatir reinfeksi. Belum lagi perilaku jemaah di masjid sini mirip di tempat Mbak Niar, udah jarang banget yang pake masker, malah yang pakai terlihat aneh. Cek suhu juga ditiadakan. Cuci tangan atau semprot HS tak ada lagi. Orang udah bebas aja sih di sini. Kami makin asing dan diomongin tetangga, biarlah. Kami mungkin mirip Mbak Niar, lebih menikmati momen bersama keluarga di rumah mungil kami. Ya menulis dan belajar apa pun secara daring ternyata mengasyikkan. Semoga pandemi segera usai, sambil nunggu vaksinasi selesai, selamat berpuasa, Kak!

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^