Membangkitkan Pendidikan yang Inklusif di Makassar

Masih soal pendidikan inklusif (setelah baru-baru ini membuat 4 tulisan), kali ini saya mengikuti sosialisasi lagi di SD Inpres Maccini Baru. Acara yang bertajuk Sosialisasi Pendidikan Inklusif bagi Kepala Sekolah dan Stake Holder Serta Peningkatan Kapasitas Guru di Sekolah Inklusif ini berlangsung pada tanggal 28 – 30 Agustus lalu. Saya hanya menghadiri kegiatan pada tanggal 28 Agustus karena selebihnya diperuntukkan khusus bagi para guru.

Pembacaan do'a oleh siswa SDI Maccini Baru

Acara berlangsung pada pukul 8 lewat. Ibu Risnawaty Majid – Kepala Sekolah SD Inpres Maccini Baru menyampaikan sambutannya sebagai tuan rumah perihal bantuan pemerintah pusat yang diterimanya terkait penyelenggaraan pendidikan inklusif di wilayah SD Inpres Maccini Baru. SD Inpres Maccini Baru baru-baru ini mendapatkan penghargaan dari Dinas Pendidikan Provinsi sebagai piloting penyelenggara pendidikan inklusi.

“Tujuan pemerintah memberikan bantuan adalah untuk meningkatkan akses, mutu, pelayanan pendidikan bagi semua anak termasuk ABK. Merupakan jembatan agar ABK mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan seperti anak-anak umum lainnya. Sasaran pelaksanaan bantuan ditujukan kepada sekolah penyelenggaara inklusi,” tutur Ibu Risna. Mengapa bantuan ini perlu, karena setiap sekolah mengalami hambatan entah itu pada peserta didiknya atau gurunya dalam memberikan layanan kepada anak-anak.

Sekolah yang menerima bantuan diharapkan bisa mendidik sekolah-sekolah lain disekitarnya (untuk SD Inpres Maccini Baru, ada 7 sekolah imbas yang terhubung dengannya). Istilah sekolah imbas, dalam tulisan ini juga disebut sebagai “sekolah partner, diharapkan bisa menjalankan program inklusi dengan sepenuh hati.

Ibu Risnawaty Majid - Kepsek SDI Maccini Baru

Ada 3 macam bentuk kegiatan program inklusi di SD Inpres Maccini Baru ini, yaitu:
  • Sosialisasi pendidikan inklusi yang saya hadiri ini. Para peserta berasal dari 7 sekolah imbas dan 1 sekolah inti. Diharapkan diikuti oleh kepala sekolah, komite/orang tua siswa, dan guru.
  • Peningkatan kapasitas guru, di mana setiap sekolah imbas mengirimkan 3 – 4 perwakilan dari sekolah masing-masing.
  • Identifikasi dan assessment. Diharapkan sekolah bekerja sama dengan tim ahli – bisa psikolog, dokter, atau terapis.

Saya senang sekali ketika mengetahui Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar yang baru menjabat sejak tanggal 11 Agustus lalu – Ahmad Hidayat Andi Patingarai yang akrab di sapa Pak Yayat turut hadir memberikan sambutannya. Bahkan beliau sudah ada di sekolah sebelum saya tiba.

Pak Yayat - Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar

Dalam sambutannya, Pak Yayat mengatakan masih sulit memetakan yang mana saja sekolah-sekolah yang sudah menjalankan program inklusi di Makassar. Pak Yayat mengharapkan Ibu Risna membuat grup khusus dengan kelompok sekolah partner-nya agar bisa mendorong dengan cepat sekolah-sekolah tersebut menjadi sekolah inklusi. “Harapannya, sesegera mungkin bisa mengetahui jumlah guru-guru yang sudah ‘tersentuh’ program inklusi,” tukas Pak Yayat.

Pak Yayat terlibat dalam Pokja (Kelompok Kerja) Inklusi mengatakan bahwa Makassar merupakan salah satu dari 30 kabupaten/kota yang terbanyak menerima bantuan inklusi. “Mudah-mudahan setidaknya dalam lima tahun ke depan Makassar menjadi kota inklusi yang sekolahnya tidak lagi menolak ABK,” ujar Pak Yayat.

Sesuai Pasal 31 UUD 1945 yang mengatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran – ini berarti bahwa bukan “setiap warga negara yang normal” saja yang berhak mendapatkan pengajaran. Berpegang pada pasal itu saja maka tidaklah sepatutnya menolak ABK (anak berkebutuhan khusus). Pak Yayat menyatakan keprihatinannya dengan orang tua yang menyembunyikan ABK-nya karena merasa malu. Kasihan kan padahal ABK ciptaan Tuhan juga. “Kau mau lawan ciptaan Tuhan?” Pak Yayat melemparkan pertanyaan retoris.


Salah satu usaha Pak Yayat dalam mengusahakan yang terbaik bagi pendidikan di Kota Makassar ini adalah, diambil alihnya kartu kontrol pengambilan dana bos oleh para kepala sekolah. Maksudnya supaya kepala sekolah bertemu dengannya. Pak Yayat menyarankan supaya sekolah-sekolah memasukkan program inklusi di dalam penganggaran dana bosnya dan mengadakan pelatihan inklusi sendiri. Guru-guru yang sudah pernah ikut supaya mengimbaskannya kepada guru-guru lain di sekolahnya.

Pak Yayat menyampaikan harapannya agar Kecamatan Tamalate menjadi kecamatan pertama yang seluruh gurunya paham akan program inklusi. “Gunakan sistem gugus,” ucap Pak Yayat.

Pak Yayat juga menyampaikan kembali harapan yang pernah dilontarkannya agar kiranya Direktorat Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PK-PLK) mendorong pengangkatan besar-besaran para lulusan PLB (Pendidikan Luar Biasa) menjadi ASN di seluruh Indonesia, “Masih terlalu banyak alumni PLB di Indonesia, terutama di Makassar yang belum menjadi PNS.”


Dengan melaksanakan pendidikan inklusif secara bertahap mulai dari 8 sekolah, Pak Yayat berniat dan optimis dapat mendorong puluhan sekolah di Makassar menjadi inklusif. Pada langkah awal ini, hanya 8 sekolah yang mendapatkan bantuan karena hanya ada 8 sekolah ini (termasuk SD Inpres Maccini Baru) yang meng-input data siswa inklusinya. Sekolah-sekolah lain tidak memasukkan data siswa inklusinya sehingga tidak masuk di Dapodik (Data Pokok Pendidikan). Karenanya tidak menjadi perhatian.

Motivasi mengenai pentingnya menguasai materi inklusi juga diberikan oleh Pak Yayat kepada para guru PLB yang hadir dengan harapan akan banyak yang bisa menularkan pengetahuannya kepada guru-guru lain. Bisa jadi mereka yang menguasai akan diutus menjadi pembicara seperti halnya seorang guru yang baru saja pulang dari Papua guna memberikan materi inklusi di sana.

“Inklusi ini harus kita dorong sama-sama dan masing-masing sekolah nantinya mengimbaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Anggarkan, berapa kira-kira biayanya nara sumber, masukkan ke dana BOS,” pungkas Pak Yayat.

Foto bersama Kadisdik, Kepsek SDI MB, nara sumber,
dan pengawas.

Sekalipun demikian, tantangan pasti ada. Yang baik tidak selalu ditanggapi baik tetapi POKJA Inklusi ini harus di-back up sama-sama. Perwali (Peraturan Wali Kota) Makassar tentang inklusi sudah dicontoh oleh Mamuju, Maluku, dan Gorontalo. Nara sumber dari Makassarlah yang ke daerah-daerah tersebut untuk memberikan pelatihan. Oleh karenanya diharapkan guru-guru PLB mempelajari baik-baik materi inklusi yang diberikan supaya menjadi kader masa depan dalam menyampaikan perihal pendidikan inklusi.

Tak lupa Pak Yayat mengingatkan agar laporan dana BOS triwulan ketiga segera dimasukkan oleh sekolah-sekolah. Dia juga menyampaikan kepada para pengawas untuk menjalankan fungsinya sebaik mungkin dalam mengawasi kinerja guru.

“Saya berharap kegiatan inklusi ini menjadi awal dari kebangkitan inklusi di Makassar menjadi awal dari kegiatan kita berikutnya,” Pak Yayat menutup uraiannya.

Makassar, 7 September 2018

Bersambung ke tulisan berikutnya

Silakan dibaca tulisan-tulisan saya sebelumnya, tentang pendidikan inklusif:




Share :

15 Komentar di "Membangkitkan Pendidikan yang Inklusif di Makassar"

  1. semoga kegiatan seperti ini rutin dilakukan juga

    ReplyDelete
  2. Mantap mi tawwa dinas pendidikan makassar karena perwali nya keren , kota mamuju dll sudah terapkan di. Semoga Makassar bs jadi contoh pendidikan yg baik untuk daerah2 lain y kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. In syaa Allah mantap. Semoga seterusnya amanah Pak Kadis.

      Delete
  3. Semoga program inklusi di sekolah-sekolah di Makassar berlangsung dengan sukses

    ReplyDelete
  4. Suka pingin nangis kalau lihat anak-anak inklusi.
    Karena seringnya saya kurang bersyukur dengan anak-anak sendiri yang kadang masiiih suka membandingkan dengan anak orang lain.

    Semoga sekolah inklusi ini benar-benar menjadi wadah bagi anak dan orangtua yang membutuhkan pendampingan khusus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Salah satu pelajaran besar ya itu, Mbak Len, bersyukur dengan keadaan anak-anak kita.

      Delete
  5. Alhmdulillah ya semakin banyak sekolah inklusi.. ini penting bukan hanya untuk ABK nya.. tp juga buat anak lain yg bukan ABK agar mereka juga ngerti bagaimana bersikap terhadap ABK

    ReplyDelete
  6. Semoga pendidikan di indonesia semakin merata dan tenaga pendidik juga bisa semakin bijak

    ReplyDelete
  7. Saya teringat ketika waktu datang ke taman dan menemukan anak-anak inklusi dan zaf bertanya tentang keheranan dia, sumpah saat itu saya gak tau mau ngomong apa. Cuman singkat saya berkata ‘bahwa gak membedakan kita didepan Allah hanya iman sayang’

    Betul jika memang harus banyak sekolah-sekolah inklusi ditempatkan di lingkungan biasa, bukan untuk mereka tapi lebih ke pengajaran anak bagaimna kita bersikap. PR lagi buat saya kak... makasihh kak niar...

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah pemerintah sudah semakin memperhatikan pendidikan inklusi. Semoga keberpihakan pemerintah bisa sampai ke guru-guru di sekolah

    ReplyDelete
  9. bagus programnya, selama ini sekolah inklusi sekolah swasta yg mahal dan utuh guru pendmping buat ABK

    ReplyDelete
  10. Seneng bacanya, di Makasar sudah mulai bergerak juga ya untuk sekolah inklusi. Semoga pemerataan pendidikan makin bisa dirasakan ya.

    ReplyDelete
  11. pak yayat keren banget ya...
    semoga bisa ditiru oleh bapak guru lainnya...

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^