Yakinilah Bisa, Maka Pasti Bisa!


“ASI Saya tidak keluar.”
Atau
“ASI saya tidak cukup.”

Kalimat-kalimat itu sering sekali terdengar dari mereka yang baru melahirkan.
Kalau maksudnya “langsung keluar” itu begitu habis melahirkan cairan putih susu itu langsung keluar, ya tak mungkinlah. Tubuh ibu akan memproduksi cairan bening atau kekuningan terlebih dahulu. Cairan bernama “Kolostrum” itumengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit.

Kolostrum amat dibutuhkan tubuh bayi yang baru lahir. Volumenya yang keluar sangat memadai bagi kapasitas lambung bayi usia 1 – 2 hari. Di dalam kolostrum terkandung pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tak tepakai dalam usus bayi dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.

Sumber: buku Mengenal ASI Eksklusif
Kolostrum mengandung protein lebih banyak dibandingkan dengan ASI matang (ASI yang sudah berupa susu). Mengandung zat anti-infeksi 10-17 kali lebih banyak pula dibanding ASI matang. Volume kolostrum 150 – 300 mL/24 jam. Zat yang keluar pada hari pertama sampai hari ke-4/ke-7 pasca melahirkan ini mutlak diberikan pada bayi karena merupakan pelindung kolosal bagi bayi baru lahir.

Komposisi ASI ternyata berbeda dari waktu ke waktu, dari menit ke menit, dari bulan ke bulan. Juga berbeda pada setiap ibu. Allah Yang Maha Agung menciptakannya sesuai dengan kebutuhan bayi setiap saatnya. Khas, unik bagi setiap bayi.

Meski pada dasarnya semua manusia bisa menyusui dengan baik bayinya, selanjutnya ada banyak hal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI, salah satunya adalah: pikiran dan perasaan

Jangan sekali-kali berpikir dan merasa, “ASI Saya sedikit.” Karena walau sebenarnya ASI kita memadai bagi bayi, pikiran dan perasaan demikian akan membuat produksi ASI berkurang hingga benar-benar sedikit dan tak memadai bagi si bayi. Rugi kan?

Kekuatan pikiran dan kekuatan keyakinan sangat perlu dimiliki seorang ibu dalam hal ini. Sugesti diri sendiri mutlak diperlukan. Tidak mungkin ibu bisa menyusui bayinya bila yang berkeras ayah sang bayi sementara si ibu dalam kondisi “percaya tak percaya”, lha pabriknya susunya ada pada ibu, kan?

Sumber: buku Mengenal ASI Eksklusif
Yakinlah, Allah Maha Adil. Tak mungkin kucing bisa dengan santai memenuhi nutrisi anak-anaknya dengan menyusuinya sekaligus sementara manusia tidak? Kambing, kuda, harimau, dan hewan-hewan lainnya bisa sementara manusia tidak? Jangan berlemah keyakinan!  Kurang yakin atau tak yakin berarti berburuk sangka kepada Sang Maha Pencipta. Positive thinking-lah. Kalau memang ingin memberikan yang terbaik kepada sang buah hati, bulatkan tekad. Insya Allah bisa!

Sebuah artikel berjudul CUKUP ATAU TIDAK ASI-NYA? menekankan: Jangan khawatir jika sewaktu-waktu payudara terasa kosong. Produksi ASI ini sangat individual, sesuai kebutuhan bayi masing-masing. Jadi walaupun terasa ‘kosong’ namun pabrik ASI akan terus bekerja sesuai sifatnya: supply and demand. Dan produksi ASI yang gila-gilaan sehingga payudara terasa penuh bahkan bengkak di bulan-bulan awal setelah melahirkan akan perlahan menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi. Tidak ada lagi payudara bengkak bukan berarti ASI berhenti diproduksi.

Saya bisa menulis tentang ini karena saya sudah selesai menyusui ketiga buah hati saya. Waktu menyusui Affiq (sekarang usianya 11 tahun), orangtua saya dan juga ibu mertua sempat menyangsikan ASI saya karena mereka dulunya tak menyusui anak-anaknya secara penuh. Mereka percaya ASI saja tak cukup. Maka saya harus tahan banting mendengar usulan mereka mengenai pemberian susu formula.

Untungnya suami saya seorang “ayah ASI” yang baik. Ia segigih saya meyakini ASI adalah nutrisi terbaik, terutama saat bayi kami belum berusia 6 bulan. Saat usia 0 – 6 bulan, pemberian ASI eksklusif pada Affiq sukses, berat badannya naik rata-rata 1 kilogram/bulan. Suami saya tak segan bangun malam, membantu menyendawakan dan menenangkan bayi kami, mengganti popok bayi, menyuapi saya, membelikan makanan yang saya pinta, juga memijat punggung saya. Pun ketika berkali-kali saya sakit saat menyusui ketiga buah hati kami, ia selalu ada merawat dan mendampingi saya.

Sumber: buku Mengenal ASI Eksklusif
Karena sudah mantap dengan ASI, anak kedua (6 tahun) dan anak ketiga saya (3 tahun)  tentunya mendapatkan ASI juga. Orangtua kami tak segencar dulu mempertanyakan ASI, hanya sesekali saja. Tapi tetap saja, ujian yang cukup berat. Saat ayah saya perlihatkan buku yang ditulis oleh Dr. Utami Roesli – dokter “pejuang” pemberian ASI (breastfeeding), ayah saya keukeuh berkata, “Itu kan hanya teori.” Ibu saya pun demikian, sering mengatakan, “ASI-mu tidak bagus!” tanpa alasan.

Begitu pun ketika payudara seolah terkuras setelah dihisap buah hati, saya menolak pikiran “ASI tak cukup” jauh-jauh. Saya sugesti diri sendiri dengan satu kata “CUKUP”. Saya meyakini, insya Allah ASI saya cukup untuk bayi saya. Dan pengalaman saya membuktikan: ASI memang cukup, sangat memadai malah, untuk ketiga anak saya.

Ketika orangtua tidak sepaham, di sinilah amat diperlukan dukungan suami. Segala lelah terbayar dengan dukungannya. Saya bersyukur sudah memberikan nutrisi yang terbaik karunia langsung dari  Sang Mahapencipta bagi ketiga buah hati saya. Saya senantiasa takjub, cairan ajaib bernama ASI itu bisa mendukung banyak pembelahan sel yang terjadi di dalam tubuh mereka, membentuk mereka menjadi individu unik yang mengagumkan. Segala puji bagi Dia – Sang Pemilik Hidup.

Namun demikian, modal kegigihan saja tak cukup. Proses menyusui tentu saja harus didukung dengan hal-hal berikut:
  • Pengkonsumsian makanan/minuman yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan ibu menyusui.
  • Proses pembelajaran terus-menerus. Bisa dilakukan dengan banyak membaca, mencari tahu, dan bergabung dengan komunitas pro ASI yang sekarang banyak di dunia nyata maupun di dunia maya.
  • Senantiasa memperhatikan keadaan bayi, benar-benar kenyang atau tidak.
  • Memperhatikan posisi bayi saat menyusui. Jangan sampai ia hanya ngempeng dan mengisap banyak udara.
  • Pengertian dari orang-orang terkasih.


Pastikan setiap harinya pikiran dan perasaan selalu positif mengenai kecukupan ASI bagi bayi. Yakinilah: ibu pasti mampu menyusui!

Makassar, 3 September 2012

Tulisan ini diikutkan pada Blog Competition Breastfeeding Worth Fighting For  



Referensi:

  • Buku Mengenal ASI Eksklusif, Dr. Utami Roesli, SpA., MBA., CIMI. (Trubus Agriwidya, 2000)
  • Tulisan-tulisan di http://mommiesdaily.com  tentang breastfeeding.


Silakan dibaca juga:




Share :

30 Komentar di "Yakinilah Bisa, Maka Pasti Bisa!"

  1. Pengen ikutan tapi belum ada pengalaman :D
    Sempet ngiri sama temen-temen yang ngalamin ngasiin anaknya.. semoga aku nanti seperti kalian:D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin .. aamiin. Insya Allah. Semoga Allah mengabulkan ya mbak Nunu ^__^

      Delete
  2. anak saya yang nomer 2 dan 3 semua ASi sejak lahir sampai lebih dari 3 tahun. Padahal lazimnya 2 tahun di sapih. Subhanalloh hasilnya beda banget dengan yang sulung yang hanya ASI sekitar 3 bulan sejak kelahiran. Beda dari kesehatan, maupun yang lainnya. Jadi, ASI diciptakan untuk bayi sungguh luar biasa dilihat dari kandungannya, serta proses mendidik bayi dalam menciptakan hubungan yang indah antara Ibu dan anak dan banyak kelebihan lainnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar Pak, ASI itu karunia yang agung dari Yang Maha Agung. Tak ada duanya deh. Penciptaan susu formula tak mungkin menyamai kualitas ASI :)

      Delete
  3. pasti bisa, harus bisa Insya Allah keluar ASInya. wah boleh juga nih mbak GAnya

    ReplyDelete
  4. Selain saya telah mendapat masukan dari Mbak tentang mendidik anak pada komen di blog saya, rupanya saya juga mendapat ilmu tambahan tentang ASI. dan saya baru mengetahui jika kualitas ASI itu dipengaruhi juga oleh Perasaan dan pikiran sang Ibu. Penjelasan yang gamblang Mbak. Makasi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Rudy mencerna dengan amat baik tulisan saya. Semoga kelak berguna setelah menikah :)
      Makasih juga sudah berkenan membacanya.

      Delete
  5. Ilmu yang bermanfaat untuk saya jika sudah berkeluarga nanti :) maksih ya mbae

    ReplyDelete
  6. betul mak, dulu saya kasih tambahan sufor ke anak samapi 2,5 bulan krn merasa ASI kurang. Trus tmnku bilang harus Pede, ASI itu pasti cukup. Setelah itu bneran lo, tanpa sufor bisa, sampe skrg anakku udah 19 bulan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya .. benar kan mbak Rahmi? kalau kita bisa membuktikannya, bahagia sekali kan? :)

      Delete
  7. yes, pro-ASI... Yakin, maka ada jalan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, kalau pikiran dan perasaan positif, pasti ada jalan :)

      Delete
  8. mmm begitu ya bu, kemarin mau pakek asi calon bayinya berhubung belum diijinkan tuhan sekarang bapaknya yang asi hehehe...

    ASI pastinya lebih baik, tapi kalau di campur giman bu saat bepergian menggunakan susu lain, terkadang ada ibu yang baru lahir tidak keluar susu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mengenai "tidak keluar susu" ada di tulisan saya di atas mas Agus. Kemungkinan besar terkait dengan pikiran dan perasaan :)

      Delete
  9. Siip Mbak tidak ada ASI yang tidak keluar ya Mbak :)

    Moga menang ya Mbak :)

    Mau intip infonya dulu, hehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Yunda, pikiran dan perasaan ibunya yang kemungkinan besar mempengaruhi.
      Waktu event ini tidak banyak, ayo ikutan :)

      Delete
  10. pasti bisa calon ibu harus bisa.. cemumuth hehe...
    bunda memang top deh.

    selalu bisa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cemumuth juga *Eh, bukannya cemunguth?* :D
      Yee... top apanya Annur, ini cuma cerita pengalaman koq, alhamdulillah pengalaman menyusuinya berhasil setelah melalui banyak ujian :)

      Delete
  11. ibue sih asinya subur makmur ga pernah kekurangan
    sayang citra 8 bulan udah stop asi karena kesundul adiknya
    kadang kasian juga kalo inget cita cita ekslusif 2 tahun sampe gagal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow memang subur ibue Citra. Citra 8 bulan sudah isi lagi ya :) Tapi kan Cipta dapat full kan ..
      *Asal nggak kesundul lagi :D*

      Delete
  12. Hebat ya mbak

    Semoga senang ya mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, saya tak hebat mbak. Allah yang Maha Hebat. Saya hanya cerita pengalaman menyusui saja. Saya suka sekali cerita ttg ini :)

      Delete
  13. waduh, kalo tentang asi, saya sudah lupa pengalaman saya 22 tahun yg lalu ketika masih bayi

    kalo sekarang masih bingung kudu nulis apa tentang asi, hehe

    semoga menang mbak ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwkwk .. ini kan buat ibu2 lombanya :D
      Calon bapak (insya Allah) seperti dirimu menyimak saja dulu. Ntar kalo sudah nikah, bisa sama2 istri memperjuangkan hak anak mendapatkan ASI :D

      Delete
  14. Terkadang masalahnya di anak Bun, saya ingat anak pertama dulu nggak mau minum Asi,...saya pikir karena saya belum pinter ambil posisi menyusui. T
    Lalu asi di masukkan ke botol, tetep aja dianya nggak mau. Usut punya usut ternyata kebanyakan jamu..(kalau di jawa kan ada jamu2 khusus pesalinan. sejak itu kapok! Gak pernah lagi minum jamu macam2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo begitu berarti di ibu dong masalahnya mbak :)
      ASI-nya jadi aneh kali rasanya ... :D

      Delete
  15. sukses kontesnya mbak.. sprt biasa tulisan mbak niar cocok dgn deskripsi blognya.. dua kata pertama.. sebuah renungan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Terimakasih mbak sudah berkenan mampir :)

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^