Dengan maraknya persaingan kafe saat ini, bukan hanya makanan yang “berkompetisi” menarik minat pengunjung, melainkan juga suasana nyaman yang ditawarkan kafe sehingga pengunjung betah berlama-lama di dalam kafe.
“Apakah
tempatnya nyaman?” dan “Apakah makanannya enak?” adalah dua pertanyaan yang
berkelebat di benak saya ketika berjalan memasuki Black Canyon Coffee di jalan Monginsidi nomor 40 ini.
Daan, begitu memasuki lorong sangat pendek yang dibatas dinding berstruktur batu-bata yang disusun tak penuh, saya terkesiap sesaat. Di sini saya sudah merasa nyaman. Kebanyakan tempat makan atau tempat umum itu, dengan mudah yang datang dilihat dari arah dalam. Kalau ada orang yang wajahnya sedang mengarah ke luar, saya merasa sedang ditatap saat sedang berjalan menuju pintu masuk. Rasa ge er yang belum tentu benar dan merusak haha. Merusak suasana hati karena itu membuat saya menjadi tidak merasa nyaman sendiri (padahal perasaannya diada-adakan sendiri, yak 😜). Makanya saya suka kejutan setelah pintu masuk kafe ini.
Kejutan setelah pintu masuk |
Salah
seorang berbicara kepada saya. Saya mengira dia bertanya apa maksud dan tujuan
saya padahal dia mungkin mengatakan sawadee
kha – sapaan khas Thailand yang berarti ”selamat datang” tapi saya tidak mendengarnya
karena mata saya sibuk mencari-cari sosok-sosok yang saya kenal di sekitar
situ.
Mbak Chika - Branch Manager Black Canyon Coffee Monginsidi ngobrol dengan bloggers. |
“Saya mau ketemu teman,” saya menjelaskan maksud saya.
Si
Mbak menunjuk ke arah dalam, ke sebuah ruangan yang dibatasi dengan pintu dan sebagian
besar pembatasnya berdinding kaca.
“Blogger, ya?” tanya saya lagi.
Si
Mbak mengangguk.
Suasana di Black Canyon Coffee jalan Monginsidi |
Ah iya, benar. Tampak di dalam sana, di sebuah meja panjang beberapa kawan blogger. Saya langsung bergabung bersama mereka. Suasana siang itu adem. Hanya ada satu-dua pengunjung saat saya baru tiba. Obrolan kami pun mengalir ringan dan hangat. Sementara kami ngobrol, kafe mendapat tambahan pengunjung. Kami tidak merasa terganggu dengan kehadiran serombongan orang di meja sebelah. Mudah-mudahan mereka pun tak terganggu dengan suara kami ketika bercakap-cakap. Kelihatannya, sih tidak. Walau tak ada sekat, interior ruangan berupa rak atau lemari yang memisahkan sepertinya cukup ampuh membuat suara kami tidak saling mengganggu.
Saya beranjak
sejenak, hendak melihat-lihat dekorasi interior kafe yang bagian dalamnya
didominasi warna coklat ini. Pajangan dan hiasan dindingnya unik-unik. Di
sebuah bagian kafe – tepatnya di sisi baratnya, ada wastafel, toilet, dan
mushola. Wih, makin senang saya di sini.
Saya suka tempat umum yang memberikan fasilitas mushola.
Fried Chicken with Garlic Tauco Sauce |
Kwetiauw ini namanya Pad Thai, salah satu menu andalan Black Canyon Coffee |
Nasi Goreng Sate |
Nah, berarti yang ada didaftar menu
sekarang ini memang menu asli dari Black Canyon Coffee sono, dong ya – saya menyimpulkan dalam hati
perbincangan antara Mbak Chika dan kawan-kawan blogger. Saya memperhatikan menu dan apa yang dipesan kawan-kawan.
Menunya modern yang mudah diterima
lidah orang Indonesia. Misalnya Fried
Chicken with Garlic Tauco Sauce, French
Fries, Beef Steak, dan Nasi Goreng Sate Special yang dipesan beberapa
kawan. Selain itu, tentunya ada Tom Yum – sup asli Thailand. Di Black Canyon
Cofee ada Tom Yum Goong dan Thai Tom Yum Soup with Chicken. Selain
itu juga ada Thai Spaghetti Bolognaise
dan Mini Spaghetti Bolognaise yang
ala-ala Eropa.
Hot Chocolate |
Fruit Salad with Honey Yogurt Dressing |
“Buah
yang lain saja yang dibanyakin ya,
Bu?” tanya si Mbak. Saya mengiyakan maka pesanan saya pun diproses. Bagus ya,
ditanyakan dulu apakah pemesan rela ada yang kurang dari pesanannya. Kan masih
banyak usaha resto yang tidak peduli. Yang penting sebagian besar bahan masih
lengkap, pesanan diproses saja padahal bisa jadi yang kurang itu justru favorit
si pemesan. Eh ternyata saat pesanan saya datang, star fruit-nya ada, manis pula. Saladnya enak, segar!
Mbak yang berdiri itu sedang input pesanan pengunjung ke komputer |
Dekorasinya unik |
"Khawp khun kha,” sapaan khas Thailand yang berarti "terima kasih" itu mengantar saya menuju pintu keluar dari Black Canyon Coffee.
Makassar, 30 September 2017
Update 20 Desember 2019
Black Canyon Coffe di jalan Monginsidi ini tutup sejak 2018
Share :
Disain interiornya simple tapi tetep instagramable ya kak 😍
ReplyDeleteSetuju, Alfu. Keren buat jadi latar foto.
DeleteJalur masuknya unik. Kayaknya saya bakal foto sebentar kalau di san a:D
ReplyDeleteIya Mbak Chi, unik. Keren buat tempat foto.
DeleteLorong-lorong itu emang jadi sesuatu yang beda dibanding cafe-cafe lainnya yang lagi menjamur di Makassar
ReplyDeleteIya ya .. jadi spot foto keren juga
DeleteLorong bata eksposenya bakalan hits banget ya, habis cantik sih. Oo BCC punya resep andalan yang di mixed dari kopi arabica dan robusta ya, jadi penasaran kayak apa rasanya.
ReplyDeleteHaduhhh saya ngences lihat gambar pad Thai nya, biasanya rasa pad Thai itu gurih dan menyegarkan ya. Suwerr saya jadi ngencess beneran 🤤🤤😄.
Interiornya unik-unik kak berasa seperti di museum barang antik. gemes pengen bawa pulang satu hehhe
ReplyDeleteSaya suka gaya arsitekturnya kak. Instagramable banget yaaak. Udah makanan enak, tempatnya juga cakeeeep :D
ReplyDeleteiya sama ki kak Niar, ada suprise gitu pas masuk ke dalam cafenya hihi di lorongnya kerennn!, beda memang.
ReplyDeleteSuka banget suasana homeynya dan yang paling pentin itu wifi dan mushollah ya hehehe
Tempat yang nyaman dan makanan yang enak memang selalu jadi magnet kuat untuk pecinta kuliner di Makassar. Apalagi segmen kafe ini kan orang-orang yang tidak terlalu sensitif dengan harga selama tempatnya asyik. Cuma pelayan yang ke meja kita mukanya agak jutek ya tatapannya lebih cocok jadi pengawas di parkiran. mungkin masih perlu di training cara senyum yang ramah. Biar mami ekting ji.
ReplyDelete