Ngobrol Cantik dengan IWITA

“Perempuan harus mengenal potensi dirinya dan berani tampil untuk saling menginspirasi” – quote inspiratif ini tertera di bawah nama dan foto Mbak Martha Simanjuntak, founder dan chairlady IWITA (Indonesia Women IT Awareness) di website IWITA. Saya bertemu dengan Mbak Martha pertama kali saat sosialisasi Serempak.id (website Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2016 di Hotel Four Points Makassar. Beruntung sekali saat Mbak Martha bersama IWITA datang ke Makassar pada tanggal 10 Mei lalu, saya kembali bisa bertemu dengannya.


Melalui Mbak Yulia Rahmawati, Mbak Martha mengundang Abby Onety, A. Bunga Tongeng, dan saya makan (menjelang siang) bersama. Selain Mbak Martha dan Mbak Yuli dari Jakarta, juga ada Mbak Winwin Faizah (pemenang kontes foto bercerita IWITA dari Bojonegoro yang ternyata sudah lama berteman di Facebook dengan saya) dan Pak Bagus (ketua IWITA Sulawesi Selatan), acara makan kami hari itu di restoran Lae Lae berlangsung hangat.

Kedatangan rombongan dari pulau Jawa itu berkaitan dengan sebuah seminar pendidikan untuk guru yang diselenggarakan di SMK Kehutanan (SMK Widya Nusantara) di Maros. Abby jadi salah satu peserta seminar yang diselenggarakan tanggal 11 Mei di Maros. Usai makan, obrolan kami berlanjut di Regus, di gedung Graha Pena Makassar.

Di R. M. Lae Lae, foto: dari akun Facebook Mbak Martha

Kebetulan ruang 530 yang biasa Abby dan saya tempati bisa menampung kami semua. Keadaan Regus yang ber-AC mampu meredakan kegerahan kami sesiangan itu. Melalui kaca jendela tembus pandang di ruang 530, terlihat suasana di sekitar Graha Pena. Hal ini menambah sejuk suasana kala Makassar sedang panas-panasnya. Di Regus sebenarnya ada 3 ruang meeting tapi ruang 530 sangat memadai untuk kami. Dengan view-nya yang istimewa, kami sungguh merasa nyaman.

IWITA adalah sebuah organisasi nirlaba yang berdiri pada tanggal 9 April 2009, berakta notaris, berkedudukan di Jakarta, dan mempunyai daerah operasional di seluruh Indonesia. Visinya semula adalah: terwujudnya perempuan Indonesia tanggap Teknologi Informasi melalui advancement, learning, implementation dan socialization sehingga perempuan dapat berperan dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Namun pada perjalanannya, perhatian IWITA tidak semata-mata fokus pada perempuan saja. Anak masuk dalam lingkup perhatiannya (sebagai bagian dari perempuan sebagai ibu) dan lelaki (atau suami, sebagai bagian dari perempuan sebagai istri).

"Dari ruang 530 Regus Makassar, Abby Onety melaporkan."
Foto: dari akun Facebook Mbak Martha

“Kita mulai di Facebook. IWITA ingin merangkul semua (elemen masyarakat) karena bekerja sendiri itu lelah,” kata Mbak Martha.

Topik pembicaraan lebih banyak kepada peran perempuan sebagai seorang ibu dalam membangun keluarga. Perempuan harus sadar akan posisinya yang membutuhkan keluarga.

Work life balance harus ada bagi perempuan yang sudah berumah tangga. Me time penting. Passion is energy but don’t forget that we are women. Harus sadari, kita – perempuan, butuh keluarga, butuh teman, dan orang lain,” tutur Mbak Martha.

Mbak Martha menyampaikan keprihatinannya dengan banyaknya perempuan yang menggugat cerai suaminya hanya karena alasan “ekonomi”. Hal ini seolah-oleh menunjukkan bahwa perempuan bisa mandiri. Padahal selanjutnya, setelah perceraian yang paling menderita adalah si perempuannya. “Memangnya kenapa kalau gaji istri lebih tinggi daripada suami?” Mbak Martha melemparkan tanya kepada semua yang hadir dalam ruangan.

Perempuan harus saling mendukung. Foto: Abby Onety

Saya senang menyimak diskusi ini karena Mbak Martha tidak berusaha mendominasi pembicaraan. Sesekali ia melempar tanya dan mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan oleh yang memberi tanggapan. Joke-joke segar juga terselip di sela-sela diskusi yang seius tapi santai ini.

Saya setuju dengan Mbak Martha. Kalau bisa dikomunikasikan, saling menghargai, dan saling berbagi peran dalam rumah tangga, alasan ekonomi karena penghasilan suami lebih rendah daripada penghasilan istri bukanlah alasan yang tepat untuk bercerai.

Komunikasi yang baik memang besar sekali pengaruhnya bagi keharmonisan rumah tangga. Mana ada, sih rumah tangga yang sama sekali tak ada masalah di dalamnya? Mbak Martha juga share mengenai bagaimana dirinya mengkomunikasikan mengenai pengasuhan anak dan berbagi pekerjaan rumah tangga dengan suaminya. Kini di rumahnya, semua anggota keluarga bisa berbagi pekerjaan rumah.

“Saya setuju, Mbak. Komunikasi memang besar sekali pengaruhnya dalam berumah tangga,” ujar saya.

“Satu lagi, kompromi,” tambah Mbak Martha.

Di depan Graha Pena. Foto: dari akun Facebook Mbak Martha

Iya, saya setuju. Dalam perjalanan rumah tangga yang baru 18 tahun (saya menikah tahun 1999. Ralat, ya Mbak Martha dan teman-teman, tempo hari saya bilang kalau saya nikah tahun 2001. Salah haha, tahun 2001 itu tahun kelahiran putra sulung saya. Duh, sampai lupa 😅).

Di awal pernikahan, saya melihat teman-teman waktu itu mirip dengan saya. Ketika ada masalah, langsung jutek sama suami tanpa membicarakannya sama sekali. Harapannya suami bisa langsung mengerti ada yang mengganggu perasaan dan pikiran istrinya. Nyatanya: TETOT. Itu reaksi yang salah! Lelaki itu makhluk yang tidak akan menduga-duga kalau tidak kau beri tahu apa masalahmu. Tak kau katakan berarti bahwa kau tak punya masalah, begitu yang di pikirannya. Kecuali 1 di antara 1.000 (atau bahkan sejuta) lelaki, ada yang bisa membaca isi hati dan pikiran istrinya sebelum istrinya berbicara.

Saya jadinya belajar mengkomunikasikan dengan suami bila ada masalah. Saya katakan apa masalahnya, apa solusinya menurut saya, dan saya katakan apa kemauan saya. Kalau perlu, saya tanyakan apa kemauannya. Saya berusaha menjaga kalau ada masalah, orang tua saya tidak pernah tahu apa yang terjadi meski kami tinggal satu rumah. Saya berlatih untuk mengungkapkan kemarahan dengan cara yang tepat kepada suami.

Selain itu, Mbak Martha juga menuturkan perlunya melakukan hal spesial yang menunjukkan penghargaan kepada suami atau “wilayah privat istri bersama suami”. Misalnya saja, Mbak Martha tidak akan membiarkan orang lain yang bukan kerabat terdekatnya untuk masuk ke kamar tidur, termasuk kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur pribadinya. Bahkan sampai urusan kebersihan pada kedua ruang itu, Mbak Martha mengerjakannya dengan tangannya sendiri.

Dapat merchandise dari IWITA (baju kaos, handuk, dan bantal)
Yeayy. Terima kasih Mbak Martha. Foto: A. Bunga.

Seru sekali diskusi kami hari itu. Topik pembicaraan bukan hanya pada peran perempuan. Kami juga berbincang tentang anak-anak dan tentang lelaki namun topik yang paling dominan adalah tentang perempuan. Semua yang sudah berumah tangga/memiliki anak ikut sharing. Seperti Pak Bagus yang di rumahnya tak segan mengurusi ketiga putrinya dan Bunga berbagi mengenai kreativitas putra sulungnya dalam mengeluarkan pendapat yang ditujukan kepada ibunya di media sosial. Sayangnya saya tak bisa menuliskan semuanya.

Ah, senang sekali bisa saling berbagi seperti ini. Sesama perempuannya harusnya bisa saling menguatkan. Sama seperti Mbak Martha, saya juga menyayangkan sesama perempuan yang suka memberikan komentar menjatuhkan kepada perempuan lain yang sedang menghadapi masalah. Bahkan kalau dia tak begitu kenal sosok yang bermasalah, ada saja dari makhluk yang bernama perempuan yang tega memberikan komentar menyakitkan. Kenapa, ya? Apa karena perempuan merupakan makhluk yang harus menghabiskan 20.000 kata dalam sehari (sementara lelaki hanya 7.000 kata – ralat, tempo hari sepertinya saya salah menyebut angka) sehingga kalau tidak habis dia akan mengatakan apa saja bahkan yang tak ia pahami? Entahlah, mari kita cari tahu bersama.

Makassar, 26 Mei 2017

Untuk informasi lebih lanjut tentang Regus, silakan langsung ke:

Baca juga:



Share :

8 Komentar di "Ngobrol Cantik dengan IWITA"

  1. Asyik baca artikelnya, terutama mengenai sharing dari Martha. Beliau paham bagaimana kondrat seorang istri terhadap suaminya dan orang lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar Bang Dwi, makanya saya senang sekali bisa ngobrol dengan Mbak Martha ini. Punya visi agar perempuan maju tetapi tidak melupakan kodratnya sebagai istri, ibu, dan sebagai anggota masyarakat.

      Delete
  2. Asikk bangeeet mbaaak acara bincang"nyaa. . makasih sharingnyaa ya mbak, sangat bermanfaaat bagi saya untuk kehidupan kedepannya hhehe jd pengen cepat ketemu jodoh hehhehe #kokjadisalfok wkwkkw

    ReplyDelete
  3. Wah, IWita skrg sudah mulai melebarkan sayapnya, semoga perempuan tahu mengenai kodratnya. Pelajaran buat yang belum nikah hehe

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^