5 Cara Mengatasi Dampak Perubahan Iklim dan Kerusakan Lingkungan

5 Cara Mengatasi Dampak Perubahan Iklim dan KerusakanLingkungan – Asyik sekali putra bungsu saya bermain di halaman rumah kami. Di antara pepohonan yang menumbuhkan bebungaan aneka warna. Sering kali kupu-kupu, rama-rama, dan lebah mengunjungi bebungaan di halaman rumah kami.

Cara mengatasi dampak perubahan iklim
Gambar dari Pixabay.
 

Ancaman Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Terhadap Biodiversitas Hewan dan Tumbuhan 

Tahun 2017 saya pernah posting di Instagram mengenai kegelisahan saya ketika sekawanan lebah menyerbu jualan pedagang beras di pasar Pa’baeng-baeng dan beras dagangan warung tetangga selama kira-kira 2 bulan. Terbersit kekhawatiran, apakah lebah ini kekurangan makanan sehingga “terpaksa mengisap sari” karbohidrat dari beras?

Bersyukur rumah kami tak pernah sepi dari kunjungan lebah, kumbang, kupu-kupu, dan rama-rama. Bebungaan aneka warna yang tumbuh di pekarangan mengundang mereka. Sebuah hiburan tersendiri melihat mereka berkeliaran di taman mini di rumah kami.

Penelusuran saya di internet menguak fakta ini ...

Cara Mengatasi Perubahan Iklim
Anak-anak senang bermain di sela tetumbuhan
di pekarang rumah kami.

Tempo.co dan CNNIndonesia.com pernah melansir mengenai populasi lebah madu yang terus berkurang. Lebah madu banyak yang hilang dan mati dalam jumlah besar sejak 1990-an. Populasi lebah madu terus menurun dan itu berdampak pada jumlah produksi madu yang dikonsumsi manusia.

Selain itu keberadaan 2000-an spesies kupu-kupu di Indonesia menghadapai ancaman kepunahan. Mongabay.co.id menyebutkan bahwa ancaman itu disebabkan alih fungsi lahan, misalnya menjadi kawasan pertanian.

Imti Yazil Wafa – peneliti dan pengamat kupu-kupu dari Sahabat Alam Indonesia mengatakan ancaman lain terhadap kupu-kupu adalah perburuan, dan penggunaan pestisida yang berlebihan. Pendek kata, perubahan iklim dan tindakan-tindakan manusia di atas menyebabkan biodiversitas tumbuhan, kupu-kupu dan lebah mengalami penurunan.

Sebentar lagi akan menjadi bunga asoka
merah yang cantik.


Belumlah hilang hal ini dari ingatan saya ketika topik mengenai ancaman terhadap biodiversitas aneka tumbuhan dan satwa di Indonesia menjadi salah satu hal yang diperbincangkan pada hari Jumat 14 Agustus lalu. Tiga dari 5 orang nara sumber pada talkshow Suara Kita Tentang Perubahan Iklim menceritakan pengalaman mereka tentang biodiversitas di negara kita.

Davina Veronica – perempuan yang dulu dikenal sebagai model ini sekarang menjadi pegiat lingkungan dan perlindungan satwa. Davina menceritakan bagaimana orang utan di hutan-hutan Kalimantan terancam kehilangan habitat mereka karena secara perlahan areal hutan di sana berkurang luasannya.

Sebagai “penduduk asli hutan” sekarang hewan seperti orang utan jadi seperti pengungsi karena tempatnya diambil alih untuk kepentingan manusia. Padahal semua makhluk sejatinya menjalankan peran masing-masing. Hewan-hewan dan tetumbuhan pun punya peran dalam melestarikan menyeimbangkan, dan menjaga kesehatan alam.

“Kita manusia, bukanlah makhluk yang superior tetapi adalah fakta kalau manusia merasa superior dan menjadi akar dari semua permasalahan yang ada di muka bumi ini,” ujar Mbak Davina yang kemudian menyatakan bahwa semua makhluk memainkan perannya masing-masing, tidak ada yang mendominasi.

Suara Kita Tentang Perubahan Iklim


Melihat hutan yang terbakar, Mbak Davina mengaku sampai menangis. Padahal – tuturnya lagi, “Hutan yang sehat, hutan yang lestari, ujung penerima manfaatnya adalah manusia.”

“Kita merasa tidak bersentuhan langsung dengan alam, hutan, dan laut jadinya don’t have the feeling. Kita harus mencari informasi bagaimana bisa bertahan hidup di bumi karena alam. Semua di alam membuat kita bisa bertahan hidup karena hutan itu sumber udara bersih, sumber air bersih, sumber obat-obatan, sumber makanan. Jadi kita harus berpikir, jika terus-terusan dieksploitasi, bukankah kita akan hancur, ya ... itu yang ada dipikiran aku,” imbuhnya.

Pak Zul Karnedi – penyelamat penyu Alun Utara Bengkulu menceritakan bagaimana dalam kurun 1990 – 2000 dirinya menjadi pemburu penyu dan telurnya namun sejak 2015 dirinya sudah berbalik menjadi penyelamat penyu. Sekelompok orang di desanya yang dulunya pemburu penyu juga sudah bergabung dengannya.

Pak Mubariq Ahmad – Direktur Eksekutif Yayasan Strategi Konservasi Indonesia memaparkan bagaimana harimau dan orang utan membutuhkan wilayah luas untuk hidup. Bukan sekadar hidup, melainkan untuk mepertahankan keberlangsungan hidupnya.

 

Manusia, Penyumbang Sekaligus Korban dari Perubahan Iklim dan Kerusakan Lingkungan


Pak Mubariq banyak menceritakan tentang perubahan iklim, “Kita merasakan dampak perubahan iklim tetapi sekaligus menyumbang terjadinya perubahan iklim. Dampak yang terasa adalah musim yang makin tidak teratur dan ekstrem.”

Memang terasa ya sekarang ini musim hujan sangat pendek tetapi ketika puncaknya hujan terjadi sangat intens. Musim kemarau bisa makin pendek, bisa juga panjang. Tetapi ketika pendek sangat ekstrem pula terjadinya. Saya pernah menceritakan pengalaman merasakan suhu 38,2oC pada tulisan berjudul Bijak Pakai Energi untuk Adaptasi Perubahan Iklim.

Davina Veronica Bicara Kerusakan Hutan
Davina Veronica.

Perilaku secara langsung yang merusak lingkungan dan membuang sampah menjadi ancaman tersendiri. Di samping itu perilaku koruptif juga menjadi ancaman di sisi lain, yaitu perilaku koruptif para pengusaha dan pengambil kebijakan terhadap perizinan usaha. Perilaku koruptif dalam pemanfaatan lahan dan perilaku koruptif terkait energy production.

Secara khusus 3 masalah kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang dibicarakan dalam talkshow yang berlangsung selama sekira 1,5 jam ini saya rangkum sebagai berikut:

 

1. Masalah Kerusakan Hutan

 

Ketika berbicara tentang perubahan iklim, ada hal lain yang kita hadapi selain pergeseran musim yang tak bisa diramalkan. Yaitu bencana alam yang terpicu karena masalah iklim. Pada saat cuaca ekstrem berlangsung, banyak terjadi banjir dan tanah longsor. Penyebab lainnya adalah kerusakan hutan.

“Jadi di daerah aliran sungai yang hulunya rusak atau dirusak biasanya tahun depannya di hilirnya terjadi banjir. Dan bisa dipetakan dari Sabang sampai Merauke pola seperti itu banyak sekali,” ucapan pak Mubariq ini mengingatkan saya kepada sejumlah banjir besar yang terjadi di Sulawesi Selatan akhir-akhir ini.

 

Mubariq Ahmad bicara perubahan iklim
Pak Mubariq Ahmad.

2. Masalah Krisis Air

 

Masalah krisis air tidak dibahas secara mendalam oleh para nara sumber namun hal ini sudah sering kita temui dalam berbagai berita di negeri ini. Secara khusus, mengenai krisis air bisa dibaca dalam tulisan saya yang berjudul Ketika Air Menjadi Musuh, Saatnya Introspeksi Diri.

Di dalam tulisan itu, salah satu nara sumber – ahli Manajemen Sumber Daya Air - Andang Suryana Soma, S.Hut., MP., Ph.D – dosen Prodi Kehutanan dan Magister Pertanian Universitas Hasanuddin memaparkan mengenai penurunan kuantitas dan kualitas air tanah.

Pak Andang mengatakan bahwa kuantitas air kini sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat sementara kualitas air untuk keperluan domestik makin menurun. Pak Andang juga menyebutkan bahwa di kota Makassar siklus air bersih menurun setiap tahunnya pada saat kemarau sedangkan pada saat musim hujan malah berlebihan sehingga terjadi banjir.

Forum Air Dunia memperkirakan krisis air di Indonesia akan mulai terasa pada tahun 2025. Tanda-tanda menuju krisis terasa paling banyak di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, dan NTT. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan sekira 102 kabupaten dari 16 provinsi di Indonesia saat ini mengalami kekeringan.

Don Brady Perubahan Iklim
Don Brady dari studio Kantor Berita Radio.
 

3. Masalah Emisi Gas Rumah Kaca

 

Emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi isu global karena mampu mempercepat perubahan iklim berikut global warming dan kenaikan permukaan air laut. Penyebabnya adalah kerusakan hutan akibat deforestasi dan konversi hutan dengan cara pembakaran hutan.

Terkait hal-hal dalam paragraf di atas, masalah yang timbul sudah kita rasakan sekarang dan kita rasakan pula dampaknya sekarang selama 30 tahun ini. Point lainnya adalah masalah dari bidang energi. “Dampaknya belum kita rasakan sekarang tapi persoalannya sedang kita buat sekarang untuk masa depan kita,” ucap Pak Mubariq.

Kebijakan kita saat ini tidak konsisten. Dari segi energi kita masih mengandalkan sumber energi dan masih membangun sumber-sumber energi yang berbasis fossil fuel yang menjadi penyebab emisi GRK.

Padahal di masa depan, jika energinya berbahan fosil maka karbon konten dalam nilai produk kita akan semakin tinggi. Sementara pada semua negara, karbon konten per mata uang per produksinya makin turun, eh di Indonesia malah makin naik.

Zul Karnedi - penyu Bengkulu mengatasi perubahan iklim
Pak Zul Karnedi - pelestari penyu, Bengkulu.


Pemerintah punya nationally determined commitment yang sudah di-register di UNFCCC untuk menurunkan emisi karbon 26% pada 2030 sampai 41% di 2040 kalau kita mendapat bantuan dari negara-negara sahabat tetapi kita belum benar-benar bertindak tegas terkait kebakaran hutan dan dan masih membangun sumber energi fosil.

Oya, penyebab GRK ini selain bahan bakar dari minyak bumi dan batu bara juga disebabkan oleh sampah yang makin menggunung, termasuk sampah plastik, serta penggunaan AC dan produk semprot.

 

5 Cara Mengatasi Dampak Perubahan Iklim dan Kerusakan Lingkungan

 

Mbak Davina mengatakan bahwa pengalihan fungsi lahan untuk tambang dan untuk kelapa sawit adalah untuk kepentingan manusia. Di awal pandemi covid-19, sepertinya alam beregenerasi karena aktivitas manusia berkurang. Kita telah mengeksploitasi alam dengan tingkatan yang luar biasa.

“Di sisi lain, kegiatan kita di rumah menimbulkan hal lain seperti sampah, banyak konsumsi barang-barang yang menggunakan plastik,” ujar perempuan yang aktif dalam NGO Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF).

Mbak Widyanti Yuliandari.

Saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Mbak Davina lagi:

Harus ada keterlibatan semua pihak, bukan hanya NGO/yayasan dalam melestarikan alam di Indonesia untuk konservasi. Semuanya itu harus ada keterlibatannya baik dari pemerintah, perusahaan, dan masyarakat karena semua di bumi ini saling terkoneksi. Apa yang kita konsumsi dan hasilkan semuanya punya dampak.

Dalam talkshow yang diselenggarakan oleh KBR (Kantor Berita Radio) dan dipandu oleh Don Brady ini, kita bisa mendapatkan inspirasi peran seperti apa yang bisa dijalankan oleh NGO dan individu melalui 5 cara mengatasi dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan berikut ini:

 

1. Peran NGO dan Komunitas dalam Pelestarian Hewan

 

Mbak Davina yang menjadi co-founder dan CEO Garda Satwa Indonesia menceritakan bagaimana lembaganya memelihara orang utan dari ancaman kepunahan. Masih saja terjadi alih fungsi hutan menjadi lahan untuk keperluan lain yang menyebabkan masih banyaknya orang utan pusat rehabilitasi orang utan di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. 

Menurut Davina, belum ada hutan yang aman untuk lepas liarkan orang utan. Banyak faktor dari hutan yang dipikirkan untuk lepas liarkan orang utan agar mereka bisa hidup dengan baik. Seperti apakah hutannya aman atau tidak, apakah ada pakan orang utan atau tidak, dan predator apa saja yang ada di sana.

Dari Bengkulu, Pak Zul menceritakan mengenai bagaimana sampah bisa menyebabkan penyu mati. Pernah ditemukan ada penyu yang mati di pantai dan ketika dibedah ditemukan sampah kaleng di dalam tubuhnya.

Sampah plastik menjadi salah satu point perhatian juga. Pak Zul dengan komuntasnya di Bengkulu menyosialisasikan kepada masyarakat mengenai bahaya sampah, terutama sampah plastik. Di kampung Pak Zul dulu sebagian besar lelakinya merupakan pemburu penyu. Kini 80% masyarakatnya sudah memiliki kesadaran untuk menyelamatkan penyu.

Cara Mengatasi Perubahan Iklim
Tayang live di channel YouTube KBR.

Butuh waktu untuk melakukannya. Pak Zul mengalami dikatai bodoh dan gila namun dirinya tetap melakukan sosialisasi bahwa penyu bisa menyelamatkan ekosistem laut, ikan, dan menambah penghasilan masyarakat nelayan di kampungnya. Jika penyu bisa dilestarikan maka laut bisa kembali seperti semula.

Sekarang banyak anggota masyarakat yang tertarik bergabung dalam usaha-usaha pelestarian penyu. Pak Zul menceritakan para mahasiswa dari berbagai jurusan di Universitas Bengkulu membantunya melakukan sosialisasi terkait pelestarian penyu.

 

2. Peran NGO dalam Mendorong Kebijakan yang Berpihak pada Pengembangan Sumber Energi Terbarukan

 

Harapan agar negara kita memproduksi sumber energi terbarukan yang lebih sehat untuk bumi dan lebih murah dalam jumlah besar di negara ini sebenarnya ada. Namun seperti dijelaskan di atas, ternyata praktiknya tak mudah.

Melalui chat room saat talkshow berlangsung, saya menanyakan peran lembaga yang bergerak dalam lingkungan hidup dalam mendorong kebijakan ini kepada Pak Mubariq. Oleh Pak Mubarik, pertanyaan saya dijawab di chat room sebagai berikut:

Ada beberapa model kegiatan yang dilakukan NGO, yaitu: (1) Riset dan advokasi kebijakan; (2) Membangunan kapasitas pembuat kebijakan dan perencana pembangunan; dan (3) Memfasilitasi dialog kebijakan antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan lembaga pendidikan.

Suara Kita Tentang Perubahan Iklim
Zoom CLoud Meeting Suara Kita Tentang 
Perubahan Iklim.

CSF Indonesia, di mana Pak Mubariq aktif berkegiatan berfokus pada nomor 1 dan 2, plus fasilitasi change process dalam kebijakan dan perencanaan.

Pertanyaan berikut saya lontarkan lagi dan dijawab dengan baik oleh Pak Mubariq melalui chat room, yaitu mengenai tantangan NGO dalam melakukan kegiatan riset dan advokasi kebijakan serta capacity building.

Pak Mubariq menjawab tantangannya adalah: (1) Membangun kerja sama dengan pemerintah dan akademi; (2) Menghadapi kepentingan bisnis yang cenderung berlawanan kepentingannya; dan (3) Untuk capacity building, NGO harus memiliki staf yang kredibel dalam bidang tersebut.

Cara NGO mengatasi perubahan iklim
Pak Mubariq menjawab pertanyaan saya
di chat room Cloud Zoom Meeting.


3. Peranan Bloger dalam Menyebarluaskan Pesan Kebaikan Melalui Tulisan

 

Mbak Widyanti Yuliandari Ketua Umum Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) mengatakan bahwa blogging itu intinya adalah untuk berbagi kebaikan termasuk dalam hal bagaimana menyuarakan ide pelestarian lingkungan.

“Semua sisi terancam dengan perubahan iklim. Mulai dari permasalahan sampah, air bersih, pembuangan limbah, kualitas air sungai, dan sebagainya. Semua komponen dari lingkungan menerima ancaman perubahan iklim,” ucap bloger yang memang sering menulis tema lingkungan sehubungan dengan bidang pekerjaannya dan gaya hidup sehat yang dijalaninya.

Bermula dari 10 tahun lalu, sehubungan dengan tugas di kantornya Mbak Wid memulai edukasi perubahan iklim. Waktu itu masih berat karena masyarakat belum melihat fakta. Berbeda dengan saat ini yang mana kondisinya sudah berbeda. Kita sudah melihat jelas dampak perubahan iklim dan kerusakan dan tahu bahwa ini “the real issue”, tidak main-main.

Suara Kita Tentang Perubahan Iklim


Saya setuju dengan apa yang dikatakan Mbak Wid mengenai para bloger perempuan yang sudah mulai banyak menyuarakan hal-hal sederhana yang mereka lakukan, contohnya membawa bekal, batasi konsumsi minuman kemasan, dan beralih membawa tumbler ketimbang membeli air minum kemasan. Hal-hal sederhana tersebut bisa ditiru oleh pembaca setia mereka.

Menurut Mbak Wid, tantangan blogger adalah harus jeli mengemas isu sehingga tidak seakan-akan dia menyuruh pembaca melakukan sesuatu tanpa menunjukkan manfaat nyatanya. “Makanya bloger harus rajin browsing dan mengikuti diskusi sehingga bisa mengemas isu lingkungan dengan menarik sehingga tidak garing,” ucap perempuan yang juga berstatus sebagai ASN ini.

Salah satu contoh bloger yang peduli pada isu sampah dan memutuskan untuk bertindak hadir sebagai nara sumber. Beliau adalah Mbak Siti Hairul Dayah yang biasa saya sapa Mak Irul. Mak Irul pernah menayangkan tulisan berjudul Pengalaman Pertama Menggunakan Menstrual Cup. Di dalam tulisan itu dirinya berbagi pengalaman menggunakan alat penampung haid.

Siti Hairul Dayah Menstrual cup

Mbak Siti Hairul Dayah.


Sebelumnya, Mak Irul memang sudah menggunakan pembalut kain karena bertekad untuk aktif mengurangi sampah bekas pembalut sekali pakai. Sebelumnya, para buah hatinya susah lebih dulu menggunakan popok kain, tidak lagi menggunakan popok sekali pakai.

Ibu dari 6 orang anak ini 4 tahun lalu pernah mewawancarai petugas sampah dan mendapatkan fakta bahwa sampah yang tidak bisa didaur ulang di TPA Piyungan (tempat pembuangan akhir) di dekat rumahnya adalah sampah pembalut. Sampah pembalut ini cukup meresahkan karena hanya menambah timbunan sampah.

 

4. Peran Keluarga dalam Pendidikan Lingkungan Hidup

 

Yang menarik dalam percakapan di chat room yang juga diucapkan oleh Pak Mubariq – sekurang-kurangnya sebanyak dua kali adalah mengenai pentingnya peran keluarga dalam memberi pendidikan lingkungan hidup.

Menjawab pertanyaan Mbak Lita – salah satu peserta talkshow via Zoom Cloud Meeting, Pak Mubariq mengatakan bahwa penting untuk memberikan konsep tarbiyah lingkungan. Hablumminallah dan hablumminannas penting tapi hablumminal ‘alam juga tak kalah pentingnya.

Cara Mengatasi Perubahan Iklim


Dalam hati saya membenarkan. Saya banyak melihat keluarga yang tampak luar terlihat alim tetapi dalam hal “pendidikan lingkungan” perhatiannya kurang. Hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya saja tidak diberlakukan.

Menurut Pak Mubariq, perlu mengusulkan dalam pengajian di tingkat RT atau majlis taklim setempat untuk membahas pentingnya pendidikan lingkungan hidup dari keluarga sendiri, membangun pengetahuan ibu rumah tangga untuk itu, dan melakukan kegiatan bersama di tingkat komunitas tetangga/RT.

 

5. Peran Individu dalam Menyampaikan Pesan Kebaikan

 

Mbak Widyanti menyampaikan pesan mengenai pentingnya setiap dari kita memberdayakan media sosial dalam menyampaikan pesan kebaikan terkait lingkungan. Tidak perlu membuat tulisan panjang. Cukup dengan mengabarkan apa yang kita alami dan lakukan. Jika banyak orang melakukannya maka akan banyak orang pula yang bisa dipengaruhi.

Sekarang ini mudah sekali menyiarkan pesan kebaikan melaui media sosial, yang penting ada akses internet. Gunakan foto supaya lebih menarik. Jika sudah konsisten membawa tumbler ke mana-mana, jepret dan ceritakan manfaatnya apa terhadap diri dan lingkungan.

💚💛💙

Cara Mengatasi Kerusakan Lingkungan
Aktivitas di chat room.

Ya, apapun itu yang berdampak besar memang perlu dilakukan oleh banyak orang, dimulai dari kesadaran sendiri, termasuk mencegah perilaku koruptif. Seperti yang dikatakan oleh Mbak Widyanti, “Kita memerlukan aksi yang tidak sempurna tapi dari banyak orang. Bukan aksi sempurna dari segelintir orang.”

Edukasi mengenai bagaimana mengatasi dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan memang sangat penting, sebagaimana juga yang dilakukan oleh Mbak Irul, Mbak Wid, Pak, Zul, Mbak Davina, dan Pak Mubariq dalam peran mereka masing-masing. Namun saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan mengutip diskusi dengan Pak Mubariq di chat room:

Menjaga lingkungan hidup adalah bagian dari tugas menjadi khalifah Allah di bumi.

 

Rekaman Suara Kita Tentang Perubahan Iklim
bisa disimak di kanal YouTube KBR.

Pada Hari Kemerdekaan ini, ucapan Pak Mubariq perlu direnungkan bahwa topik lingkungan dan perubahan iklim perlu menjadi bahan diskusi bagi ibu-ibu - dengan para ayah tentunya, ya. Yaitu bahwa:

Menjadi khalifah itu bukan cuma untuk menjalankan fungsi leadership, melainkan juga sebagai sustainer (penopang) atau steward of the earth resources and ecosystem (pengurus sumber daya alam dan ekosistem). 

Makassar, 17 Agustus 2020

 

Referensi Tambahan:

  • https://koran.tempo.co/read/ilmu-dan-teknologi/443069/populasi-lebah-madu-terus-berkurang, diakses pada 15 Agustus 17:22.
  • https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200210161642-199-473323/populasi-lebah-terancam-punah-akibat-kenaikan-suhu-ekstrem, diakses pada 15 Agustus 17:24.
  • https://www.mongabay.co.id/2020/06/06/eksotisnya-kupu-kupu-si-penjaga-keseimbangan-alam/, diakses pada 15 Agustus 17:26.
  • https://www.industry.co.id/read/66862/forum-air-dunia-memprediksi-krisis-air-di-indonesia-akan-mulai-terasa-pada-2025, diakses pada 17 Agustus 10:10.

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini: https://bit.ly/LombaBlogPerubahanIklimKBRIxIIDN.





Share :

82 Komentar di "5 Cara Mengatasi Dampak Perubahan Iklim dan Kerusakan Lingkungan"

  1. Harus ada keterlibatan semua pihak, bukan hanya NGO/yayasan dalam melestarikan alam di Indonesia untuk konservasi. Semuanya itu harus ada keterlibatannya baik dari pemerintah, perusahaan, dan masyarakat karena semua di bumi ini saling terkoneksi. Apa yang kita konsumsi dan hasilkan semuanya punya dampak.

    SETUJUUUU banget dgn apa yg disampaikan Davina dan semua narasumber.
    Memang, sudah waktunya kita lebih concern lagi terhadap kondisi bumi!

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali mbak, harus semua mau berubah untuk melestarikan alam tapi yayasan sudah mau mensupport itu sudah oke banget ya

      Delete
    2. Iya setuju sekali kita gak bisa mengandalkan pemerintah aja tapi kita juga harus mulai dr diri sendiri dan community utk memulai usaha merawat lingkungan ya mbak :D

      Delete
    3. Setujuuu! Kita bisa mulai dari rumah masing-masing. Mulai belajar peduli dengan lingkungan di rumah sendiri

      Delete
    4. Siaap betul ya ... sebaiknya semua orangmengambil peran sesuai dengan kesanggupannya.

      Delete
  2. Perubahan iklim ini hal yg mau tak mau pasti terjadi,namun kita bisa berpartisipasi utk memperlambatnya atau mengurangi dampaknya ya.. Terima kasih sdh betbagi ttg isu penting ini, mba..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oya, semoga sukses di lomba blog ini ya mba..saya suka post ini karena runtut dan kumplit..

      Delete
    2. Kita perlu beradaptasi terhadap perubahan iklim ya.

      Delete
  3. Dulu tuh udara adem, gak bingung juga soal air. Sekarang ya ampun! Beda jauh banget. Kalau mau ngurangi dampak ini, semua pihak memang harus kerja sama jaga hutan dan bumi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Jiah. Seharusnya semua pihak mengambil peran.

      Delete
  4. Mengatasi permasalahan lingkungan ini sangat penting dilakukan, dan sudah harus cepat tanggap, karena kita memiliki peran untuk itu

    ReplyDelete
  5. Semua dimulai dari diri sendiri dan anggota keluarga ya. Menatasi perubahan iklim bisa dengan yg mudah dulu seperti menanam tanaman di kebun atau taman rumah. Jangan lupa memilah sampa2 rumah tangga yg organik dan non organik agar lingkungan senantiasa bersih dan indah.

    ReplyDelete
  6. Bener juga, tuh. Karena merasa gak dekat hutan, jadi suka merasa gak perlu peduli dengan lingkungan. Padahal dampak kerusakan lingkungan bisa ke mana-mana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya kan ya. Karena merasa tidak memiliki.

      Delete
    2. Iyaya...
      tapi biasanya merasa memiliki jadi menjaganya dengan sungguh-sungguh.

      Delete
  7. Jangan dikira hidup udah serba kecukupan, buang sampah tinggal bayar iuran ke RT, lalu gak peduli juga dengan lingkungan ya. Saat hutan habis dan kehilangan udara bersih, baru deh kerasa sedihnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, butuh kesadaran sebenar-benarnya ya Teh.

      Delete
  8. aku mau pake menstrual cup masih agak takut gimana gtu, sama kalau anak2 juga kdang aku pakein clodi, tapi memang belom konsisten banget, doakan supaya lebih konsisten y mba, agar ramah lingkungan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, semoga kita semua berproses menjadi lebih baik ya Mbak.

      Delete
  9. Keren banget ini acaranya semakin Semarak ya untuk orang menjaga bumi ini termasuk membatasi pembalut sekali pakai

    ReplyDelete
  10. Sebenarnya bnyk bnget ya hadil hutan bukan kayu yg bisa dimanfaatkn jd gak perlu nebang hutan .. menjaga hutan hrs kerjasama

    ReplyDelete
  11. Yess, your right, the peope to reason this happen. So we must prevent from my self and tell our family to care about around the world too

    ReplyDelete
  12. Betul sekali mbak, emang butuh keterlibatan semua pihak. Kesadaran tentang pentingnya kelestarian alam.

    Kebayang di halaman rumah mbak Mugniar pastinya dipenuhi bunga2 yah sampai lebah & kupu2 betah. Baru nyadar kalau aku udah lama banget gak lihat kupu2 lho mbak huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju dengan Mba Ery. Butuh partisipasi aktif dari berbagai pihak untuk menyelamatkan kondisi bumi kita tercinta. Jadi jangan dieksploitasi melulu, harus dijaga sustainabilitynya.

      Delete
    2. Siap, Mbak Erry, Mbak Uniek.

      Delete
  13. menatrual cup tu udah banyak yg pake tapi saya pribadi masih gimana gitu :) nggak berani memasukan benda asing soalnya, apalagi kalau sampai ngambilnya susah :) bisa panik duluan aku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duh gimana dong kalau pani terus ndak bisa keluar.

      Delete
  14. Miris dan sedih ketika habitat para hewan terusik dan terkikis. Geram rasanya dengan keegoisan watak sebagian manusia yang merampas hak para hewan-hewan tersebut
    Betul perlu banget keterlibatan semua pihak untuk menyelamatkan alam dan lingkungan

    ReplyDelete
  15. Bener banget, mbak...
    Saya pun sudah memulai habit untuk membantu mengurangi dampak kerusakan alam dengan menanam pohon di sekitar rumah dan mengolah limbah organik dari dapur aga bisa jadi kompos.

    ReplyDelete
  16. Pas bagian lebah madu, jadi teringat dengan mata rantai makanan. Memang sesama makhluk hidup gak bisa sendiri. Semua saling terkait.

    Terutama catatan banget nih buat manusia. Makhluk hidup yang paling diberi akal dan pikiran justru yang paling harus menjaga lingkungan. Bukan malah merusak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar ya malah koq jadi kebalikannya kayak tidak pakai akal.

      Delete
  17. Emang ngeri ya akibatnya kalau sampai hutan-hutan kita punah. Dari mana kita memperoleh cadangan air, coba? Duh hidup di bumi tanpa air, sehari kita juga sudah tewas ya Niar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak ...itu dia yang tidak disadari banyak orang bahwa merusak hutan itu berarti merusak diri sendiri dan seterusnya, merusak hidup anak-cucu kita.

      Delete
  18. Perubahan iklim terasa banget ya Mbak akhir-akhir ini. Antara Musim hujan dan musim kemarau gak bisa dideteksi lagi terjadi pada bulan apa. Pemicunya banyak, tapi sebisa mungkin kita orang yang sadar lingkungan melalukan minimalisir. Misalnya dengan mengutangi dampak bahaya lingkungan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak ... pemicunya banyak dan banyak dari manusia.

      Delete
  19. Aku lihat kemarin berita di mana itu, kawanan kera mulai turun ke bawah karena stok makanan di atas berkurang jauh. Huhu sedih aja kalau hutan-hutan mulai rusak ekosistemnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh kasihan ya. Terus kalau keranya sampai ke pemukiman kan masyarakat jadi ketakutan ya.

      Delete
  20. Inspiratif banget mbak para narasumbernya. Memang lingkungan dan masalahnya sampai saat ini menjadi permasalahan yang belum terselesaikan. Salah satu sumber penyebabnya sebenarnya berasal dari manusia sendiri. Kadang mereka abai dan terkesan cuek terhadap alam sekitar, kadang pula mereka kurang mendapatkan informasi dan pemahaman akan pencemaran lingkungan juga kurang. Saya setuju sebagai blogger ikut menyerukan pelestarian lingkungan melalui media blog dan sosial media yang dimilikinya.

    ReplyDelete
  21. Semoga makin banyak yang sadar ya melindungi lingkunga. Saya sendiri lagi nyicil nih menanam tanaman dengan pot-pot kecil. Semoga semua pihak bersama-sama melindungi lingkungan, bukan merusaknya.

    ReplyDelete
  22. Di Bandar Lampung ada penangkaran kupu kupu. Namanya taman kupu kupu gita persada. Dari situ saya tau kalau di suatu daerah sudah jarang bahkan nggak ada kupu kupu, artinya lingkungan sudah rusak.

    ReplyDelete
  23. Kehidupan itu memang ibarat mata rantai yaa, kak Niar.
    Sambung menyambung. Semoga dengan adanya edukasi begini, minimal, kita dan keluarga terdekat merubah kebiasaan yang merugikan lingkungan dikurangi dan dirubah ke arah yang lebih baik.

    Karena inilah warisan kita pada anak-cucu-cicit kelak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. AKu jadi ingat dengan Davina. Ini model Gadsam bukan yaa..?
      Suka banget sama kampanye untuk lingkungan begini.
      Mengingatkan kita akan berbagai hal yang seharusnya kita lakukan untuk mewujudkan lingkungan bersih.

      Delete
  24. Setuju dengan mbak Davina, kita semua harus gotong-royong menjaga bumi agar tidak rusak karena kita punya tanggung jawab juga

    ReplyDelete
  25. peran keluarga dalam memberi pendidikan lingkungan hidup sangatlah penting ya buat menjaga kelestarian lingkungan

    ReplyDelete
  26. Edukasi tentang kebiasaan baik pada lingkungan memang harus dimulai dari diri sendiri ya mba. Contoh perilaku baik yang kita tularkan pada anak-anak akan membuat mereka mengingatnya hingga kapan pun juga. Memang mengkhawatirkan kondisi saat ini. Alam yang sebegitu kayanya bisa mengalami kepunahan ya karena ulah manusia sendiri.

    ReplyDelete
  27. Penting untuk memberikan konsep tarbiyah lingkungan. Hablumminallah dan hablumminannas penting tapi hablumminal ‘alam juga tak kalah pentingnya.

    Ini setujuuuu banget. Saya suka miris juga karena kondisi di sekitar saya masih banyak yg seperti ini. Habis ngaji tapi sampah bekas makanan gak diberesi. Kadang sedih juga, karena dalam Islam juga bukankah kebersihan itu sebagian dari iman.

    ReplyDelete
  28. betul sih,,karena manusia yg merupakan pelaku tapi sekaligus korban perubahan iklim....semoga kita selalu tersadarkan akan pelestarian lingkungan

    ReplyDelete
  29. Dulu anak pertama pakai clodi, tapi anak kedua terpaksa pakai popok sekali pakai karena nyuci clodi itu boros air banget, enggak kaya popok kain tradisional, huhuhu...

    ReplyDelete
  30. Seru banget materi yang diangkat ya mak, bener bener ngingetin kita buat lebih peduli sama lingkungan lagi. Memang sudah tugas kita sebagai manusia untuk turut serta ikut menjaga bumi ini yaaa

    ReplyDelete
  31. Waaah aku baru tahu kalau populasi kupu-kupu ternyata menurun, sedih ya.

    ReplyDelete
  32. bener banget nih dampak iklim ini memang sangat berpengaruh sekali sama kehidupan kita sehari-hari dan kita juga harus memikirkan nanti kedepannya seperti apa

    ReplyDelete
  33. Problemnya emang banyak ya, bumi semain menua, tapi tentu aja kita gak bisa berdiam krn khawatirnya gmn nasib anak cucu kelak kalau bumi ini makin rusak. Tugas kita bersama melakukan perubahan, walau itu langkah kecil sekalipun yang penting bisa berarti buat lingkungan ya mbak TFS

    ReplyDelete
  34. Rumahku yang sekarang tuh gak ada sisa tanah, mbak Niar. Jadi untuk memuaskan hobi nanam tanaman, aku pakai pot. Meski lahannya sempit gak masalah, aku masih bisa panen jeruk nipis, jeruk limau, sayuran, cabe yang aku tanam di pot. Puas banget bisa memetik hasil tanaman sendiri

    ReplyDelete
  35. Perubahan iklim karena ulah manusia udah kerasa banget di wilayah Pantai Utara Mbak, ditempatku aja, eksploitasi air jadi bikin tanah turun dan gampang krna Rob. Ngeri banget beneran.

    ReplyDelete
  36. Tidak mudah menjaga kelestarian hutan dan lingkungan. Namun bukan berarti tidak bisa kita lakukan ya. Sejak dini jika dibiasakan pasti bisa

    ReplyDelete
  37. Aku senang bisa ikutan ini
    Walaupun layarku jadi menghitam beberapa saat karena Zoom
    Cobalah ya saya menulis juga soal Perubahan Iklim ini

    ReplyDelete
  38. Ternyata setiap diri punya peran ya dalam perubahan iklim, maka itu sekecil apapun yang kita lakukan untuk lingkungan, jangan anggap remeh justru sebaliknya ya mba.. hal besar bisa terjadi dimulai dari hal kecil

    ReplyDelete
  39. Aku mba yang termasuk gitu masih pake popok pospak soale ga kuat nyucinyaaaa hahaha. Tapi pling tidak udah mulai back to nature dikit2 karena alam mau g mau kita yang jaga

    ReplyDelete
  40. hmmm, several day, i have problem with my water. i didnt thinks how is if be crisiss. I am afraid to think about this. should will we take care about this since now and from self

    ReplyDelete
  41. Jangan tanya soal perubahan iklim, Bandung yang dulu adem sekarang udah berbalik puanas pwool. Lahan2 ijo sudah berganti dengan perumahan, pohon2 bisa keitung jari di setiap rumah. Aku dah setahun ini menanam pohon jambu sama apa namany lupa tuh, agak2 fresh lah.

    Ada pernyataan yang nendang banget dari Davina bahwa Kita manusia, bukanlah makhluk yang superior tetapi adalah fakta kalau manusia merasa superior dan menjadi akar dari semua permasalahan yang ada di muka bumi ini.
    Huhuu..

    ReplyDelete
  42. Wahh jadi tersentil kalo blogger juga bisa ikut berperan dalam membantu pelestarian lingkungan lewat tulisan yg kita buat. Dan emang bener sih kalo kita harus banyak browsing dan ikut diskusi biar bisa bikin tulisan yg sesuai fakta dan komprehensif

    ReplyDelete
  43. Suka banget dengan tips yang mengatakan bahwa menjaga lingkungan bukan hanya dengan menanam pohon saja,tetapi dengan cara menulis, mengedukasi pembaca akan berdampak besar juga untuk kelestaran lingkungan kita :)

    ReplyDelete
  44. mulai aja dulu dari perubahan di diri sendiri dulu, mulai penghijauan di sekitar kita lagi, mulai naik kendaraaan umum buat ngurangin polusi, tertib buang sampah ke tempatnya dan kurangin sampah plastik

    ReplyDelete
  45. Huaa pembalut sekali pakai tidak bisa di daur ulang lagi ya ternyata huhu, aku juga pengen yang ramah lingkungan seperti pakai mens cup tapi belum berani nih.

    ReplyDelete
  46. Perubahan iklim memang berasa banget nggak kayak zaman kecil dulu kalau lagi musim hujan ya hujan terus beberapa bulan dan gitu juga kalau lagi panas. Semoga kita semua peduli dengan kelestarian bumi.

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah Tita udah gak pakai popok sekali pakai. Awalnya sih beralih ke cloth diaper, terus sekarang udah benarbenar gak pakai popok lagi.

    Yang masih jadi PR nih yaa mamanya, masih pakai pembalut sekali pakai. Belum beralih ke pembalut kain apalagi menstrual cup :(

    ReplyDelete
  48. Maa syaa Allah Mbak Davinaa, aku tahuny beliau model papan atas, ternyata sekarang jd aktivis lingkungan
    Bangga ada yg mengikuti jejak Mbak Nadine
    Ngomong2 soal kerusakan lingkungan nih bikin sedih y, Mba
    Terutama kalau inget kebakaran hutan dna semacamny
    Padahal seperti kata Mbak Devina, ujung2ny hutan tuh memberi manfaat luarr biasa buat manusia
    Jadi inget pernah baca juga prediksi ilmuwan mengenai penampakan bumi berapa puluh tahun kemudian
    Serem :(

    ReplyDelete
  49. Yang paling terasa dari dampak kerusakan alam yaitu menurunnya kualitas air, sekarang cari air sumur yang bersih dan bebas polutan memang nggak mudah, mesti disaring berkali-kali, semoga kita semua semakin sadar atas dampak kerusakan lingkungan dan lebih menjaga lingkungan mulai dari diri sendiri dan keluarga

    ReplyDelete
  50. Duh aku suka madu mbak tapi ternyata bisa menghilangkan lebah madu ya hiks. Waktu Alvin aku pakai clodi mbak effort dikit tapi hemat selain itu bantu jaga bumi juga ya

    ReplyDelete
  51. memang kita harus berusaha bersama untuk menjaga bumi kita tercinta yaaa mba. Semangaat selaluuuu

    ReplyDelete
  52. salfok ama bunganya, mbaak. cantik banget dan ngingetin aku ama tanaman almarhumah eyangku waktu kecil. beliau juga rajin banget merawat tanaman di halaman rumahnya

    ReplyDelete
  53. Allhamdulillah bisa ikut serta dalam kelasnya ya Bund, aku lagi riweh jadi nggak ikutan acaranya. PR buat kita smeua ini mengatasi kerusakan lingkungan ya bun. Semoga kia semua diberikan kekuatan untuk menjaga

    ReplyDelete
  54. Kita bisa membantu lingkungan sekitar dengan dimulai dari kita sendiri ya, contoh kecilnya dengan berkebun dan merawat tanaman.

    ReplyDelete
  55. banyak hal yang harus kita lakukan untuk Indonesia, untyuk lingkungan yang sehat dan bersih

    ReplyDelete
  56. Quot Pak Mubariq terakhir makjelb bgt deg, Mbak... Aku jd merenung apa yg sudah aku lakukan buat alam? hihi^^

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^