Budaya Belajar Nyaman untuk Semua Anak

Budaya Belajar Nyaman untuk Semua Anak - “Budaya belajar yang aman, nyaman, dan gembira menjadi budaya ideal untuk proses tumbuh kembang murid secara optimal” – kalimat ini tertera dalam pendalaman materi presentasi Budaya Belajar Aman Nyaman dan Gembira pada pelatihan Fasilitasi dan Advokasi Kebijakan Penguatan Karakter dalam sesi pendalaman materi di Kelas Cerdas. Adapun definisi dari budaya belajar ini bisa dibaca dalam tulisan berjudul Skor 5 untuk Sekolah Aman?

 

Budaya Belajar Nyaman

Tujuan Budaya Aman Nyaman dan Gembira

 

Adapun tujuan dari Budaya Aman Nyaman dan Gembira adalah:

  • Mewujudkan budaya belajar yang aman dari kekerasan, serta menghormati dan menghargai keragaman (diversity).
  • Mewujudkan budaya belajar yang sehat secara fisik, mental, sosial, dan spiritual.
  • Mewujudkan budaya belajar yang inklusif, mendukung tumbuh kembang murid secara utuh dan optimal, mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial, serta menguatkan karakter positif.

Ah, jadi ingat video lagu kebangsaan Indonesia Raya yang diputar sebelum pelatihan dimulai. Videonya menggambarkan bentuk budaya aman nyaman dan gembira ini dalam keberagaman. Mata saya sampai berembun saat menyanyikan lagu kebangsaan sembari memperhatikan video di layar besar di seberang para peserta.

Keberagaman yang ditampilkan bukan hanya suku bangsa yang beragam di negara kita, melainkan juga anak-anak dengan kemampuan berbeda (difabel), misalnya ditunjukkan dengan anak berkursi roda yang menjadi bagian dari sebuah satuan pendidikan.

Salah satu perhatian saya dalam menulis topik pendidikan adalah inklusivitas – bahwa pendidikan yang diupayakan di negara ini adalah pendidikan untuk semua. Terlebih putra bungsu saya masuk sekolah dasar dan SMP-nya menggunakan jalur inklusi. Beberapa tulisan tentang pendidikan inklusif bisa dibaca di blog ini, di antaranya: Menaruh Asa pada Pergub untuk Sekolah Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus,  Tanggung Jawab Kita dalam Mewujudkan Sekolah Inklusi, dan Membangkitkan Pendidikan yang Inklusif di Makassar.

Bukanlah hal mudah untuk membuat sebuah sekolah NYAMAN untuk semua anak dengan kemampuan yang berbeda-beda. Saya tahu, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah untuk mewujudkannya. Menerima anak berkebutuhan khusus atau berkemampuan berbeda sering kali menjadikan sekolah berada pada dilema: menerima atau menolak.

 

Budaya Belajar Nyaman

 

Apa itu budaya belajar nyaman? Definisinya adalah Budaya belajar yang nyaman menyediakan suasana sosial yang ramah anak, bebas tekanan, dan memfasilitasi keterlibatan semua murid tanpa kecemasan atau diskriminasi. Kenyamanan dalam belajar juga didukung oleh interaksi guru yang empatik, infrastruktur sekolah yang layak, serta lingkungan fisik dan sosial yang harmonis.

BBANG

Ada 4 aspek KENYAMANAN, yaitu:

1. Kenyamanan relasi sosial.

Budaya belajar yang nyaman tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga menjamin kenyamanan relasi sosial sebagai bagian dari ekosistem pembelajaran yang sehat.

2. Kenyamanan sarana dan prasarana.

Fasilitas fisik yang memadai, bersih, dan ramah anak menjadi bagian tak terpisahkan dari kualitas pembelajaran dan kesejahteraan murid. Sekolah harus dirancang agar menjadi tempat yang menyenangkan, sehat, aman, dan inklusif bagi seluruh warga sekolah.

3. Kenyamanan lingkungan.

Lingkungan fisik dan sosial sekolah yang nyaman, bersih, tenang, dan mendukung relaksasi, berkontribusi langsung terhadap peningkatan konsentrasi, keterlibatan murid, serta penurunan tingkat stres dalam pembelajaran.

Dalam sesi belajar tentang BUDAYA BELAJAR NYAMAN di Kelas Cerdas, fasilitator menceritakan kepada kami kisah seorang anak baru di sekolah, tentang bagaimana dia melihat dan merasakan sarana, prasarana, lingkungan, dan penerimaan relasi sosial pada hari pertama dia bersekolah.

Salah satu pelajaran penting dari diskusi yang berlangsung pada hari kedua, tanggal 25 September 2025 adalah bahwa soal kenyamanan terkadang bisa diupayakan seiring berjalannya waktu.

Awalnya mungkin merasa kurang atau bahkan tidak nyaman tetapi sebagai manusia yang terus belajar, kita bisa merespon rasa kurang nyaman itu dengan terus beradaptasi, membiasakan diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Tentunya ini untuk hal yang bisa ditolerir ya, untuk hal yang tak bisa ditolerir seperti perundungan, butuh penanganan lain.

Saya pun mengupayakan untuk diri saya dan berusaha mengajarkan kepada anak-anak untuk menerima dan membuka diri dengan situasi dan kondisi dengan bahasa yang bisa mereka pahami.

Ada kalanya perlu struggling dan berdebat juga dengan mereka. Tetapi jika menghadapi masalah serius, seperti kekerasan atau perundungan, saya dan suami tak segan turun langsung, menghadap pihak sekolah untuk menyelesaikannya. Begitulah, bukan hanya anak yang belajar, orang tua pun dituntut untuk menjadi pembelajar seumur hidup.

Makassar, 13 Oktober 2025

Tulisan ke-7 di blog ini

B E R S A M B U N G

                                                                                                   

Bapak, Ibu yang satuan pendidikannya masih termasuk dalam daftar residu (tercatat belum mengimplementasikan/belum pernah lapor), jika sudah mengimplementasikan program penguatan karakter diharapkan mengisi tautan https://bit.ly/tinjut7kaih.

 

 

*Catatan saya dari pelatihan Fasilitasi dan Advokasi Kebijakan Penguatan Karakter yang diselenggarakan oleh Puspeka, Kemdikdasmen untuk Sulawesi Selatan pada tanggal 24-26 September 2025. Saat itu saya mewakili KEB (Kumpulan Emak-emak Blogger).



Share :

0 Response to "Budaya Belajar Nyaman untuk Semua Anak"

Post a Comment

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^