Hampir Ketinggalan Pesawat di Bandara Sultan Hasanuddin – Saya kaget, keluar dari toilet di dekat ruang tunggu gate 3 bandara Sultan Hasanuddin, rombongan pesawat Batik menuju Jakarta sudah tidak ada. Sepi! Ke mana mereka? Saya bertanya kepada petugas di meja dekat pintu, jawabannya: saya disuruh berjalan ke arah pintu keluar gate 3, lalu turun tangga. “Nanti turun tangga hati-hati ya, Bu!” katanya. Waduh.
Mana Pesawatnya?
Sampai di bawah, saya celingak-celinguk.
“Pesawatnya mana, Pak?” tanya saya pada seorang petugas yang berdiri tidak jauh
dari posisi saya berdiri. Tidak menjawab pertanyaan saya, petugas itu malah balik bertanya, “Ibu sendiri?”
“Iya, Pak,” saya tidak
punya pilihan jawaban lain sebab saya tidak melihat ada orang lain yang sepertinya
ketinggalan pesawat kayak saya. “Sabar ya, Bu,” bapak itu menghubungi seseorang
dengan alat telekomunikasi yang dipegangnya. Saya jadi tegang, dong!
Tak lama kemudian, seorang
pemuda berdiri di dekat saya. Dia baru turun dari tangga di depan pintu gate
3 juga. Ekspresi wajahnya terlihat tegang. “Mau ke Jakarta, Dek?” tanya
saya. Dia mengangguk. Alhamdulillah, saya ada temannya. Setelah pemuda
tadi, ada 5 orang Korea yang berkumpul bersama kami. Saya makin lega.
Sebuah minibus mendekati
kami. Kami bertujuh dipersilakan naik ke atas bis untuk diantar ke tempat
pesawat Airbus Batik Air parkir. Rupanya kami penumpang terakhir yang belum
naik pesawat. Saya tidak menduga karena sebelumnya tidak ada peringatan sama
sekali yang menunjukkan kami harus segera boarding, juga tak ada panggilan
susulan.
Saya berani menunaikan
salat zuhur dan ashar secara jamak setelah bertanya kepada petugas untuk kedua
kalinya. Rencana boarding sudah bergeser puluhan menit dan tidak ada
pengumuman secara resmi dari pihak maskapai. “Masih bisa dih kalau saya shalat
dulu?” tanya saya pada perempuan berjilbab yang bertugas. Petugas itu
mengiyakan.
Rasanya sebentar saja
meninggalkan ruang tunggu. Saya langsung ke musala yang letaknya tidak sampai 50
meter dari gate 3. Wudhu masih terjaga, tanpa buang waktu, saya langsung
mendirikan shalat lalu keluar dari musala. Sambil memantau pengumuman
dari pengeras suara, saya ke toilet yang berdampingan dengan musala karena
merasa ingin pipis. Di toilet harus antre di belakang 4 atau 5 orang.
Announcement terdengar lebih jelas dari
dalam toilet. Terdengar berulang kali pengumuman memanggil penumpang tujuan
Gorontalo dan kota lain. Masih belum ada panggilan dari pengeras suara untuk
penumpang tujuan Jakarta.
Saya masih merasa aman
saat masuk ke dalam bilik toilet. Kepanikan dimulai saat masih menyelesaikan
hajat di dalam toilet. Terdengar panggilan terakhir dari pengeras suara untuk
nomor penerbangan yang saya tumpangi. Hah … kapan panggilan pertamanya? Setelah
menuntaskan hajat, setengah berlari saya menuju pintu keluar gate 3.
Terminal Baru
Dua tahun lalu pernah
merambah bandara Sultan Hasanuddin, saya pikir masih sama seperti waktu itu.
Ternyata saya mengabaikan informasi beroperasinya terminal baru karena pengembangan
tahap I sudah selesai dan terminal baru sudah difungsikan sejak 26 Juni 2024.
Sok-sokan pula saya memilih turun
di terminal keberangkatan saat naik taksi online dari rumah. Sampai di
sana bingung karena ternyata terminal keberangkatan letaknya di lantai 3 dan
harus bayar parkir Rp10.000. "Loh loh, di bagian mananya bandara ini?" batinku
kebingungan. 😵💫
Saat harus berangkat
tanggal 2 Juli itu, kondisi tubuh saya belum fit benar. Badan masih
merasa kedinginan sehingga harus mengenakan jaket selama berada di bandara.
Tanggal 29 Juni saya drop, berupaya untuk bisa berangkat ke Jakarta guna
menghadiri Pelatihan Peningkatan Kapasitas Penulisan yang
dilaksanakan oleh Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM)
Kemendikbudristek.
Kegiatan ini langka, para
pesertanya dipilih dari proses seleksi sebelumnya. Diikuti oleh anggota-anggota
sejumlah komunitas mitra Kemendikbudristek, saya mewakili Sidina Community
menjadi salah satu peserta terpilih yang lolos seleksi. Alhamdulillah akhirnya
bisa berangkat meskipun kondisi belum sepenuhnya fit.
Menemukan loket antre
bagasi tidak sulit. Langsung terlihat ketika memasuki bandara dari pintu
keberangkatan. Lumayan banyak juga loket antre bagasinya. Saya melewati semua
loket sampai menemukan loket Batik Air yang akan membawa saya terbang.
Berangkat dari rumah lebih
2 jam sebelum waktu yang ditentukan untuk take off. Sayangnya antre
bagasinya lama. Ada satu orang yang dilayani selama setengah jam. Mungkin ada
satu jam kali saya antre sampai urusan bagasi selesai.
Hal lain yang tidak saya
sangka adalah letak ruang tunggunya jauh dari loket antre bagasi. Dari lantai 3
turun dulu satu kali, melalui jalan berliku ke ruang tunggu gate yang
ditentukan. Saya lihat-lihat, sudah mulai agak mirip bandara Soekarno-Hatta. Lumayan
jauh juga menjangkau gate 3, sampai perlu naik di atas conveyor dua
kali.
Musala dekat Gate 3. |
Sampai di sana, menunggu sampai 12.30 belum juga ada instruksi naik pesawat sebagaimana rencana sebelumnya. Saat saya tanya kepada petugas, katanya pesawat yang akan menerbangkan saya itu terlambat datang. Saya menyempatkan diri untuk buang air kecil di toilet yang tak jauh dari gate 3. Keluar dari toilet, melongok ke tempat wudu lalu memutuskan untuk berwudu dulu karena terpisah dari tempat wudu laki-laki. Aman wudu di sini!
Ini kali pertama saya
tinggalkan tempat duduk di ruang tunggu. Masih aman. Saya duduk lagi menunggu,
masih tetap mengenakan jaket. Tidak ada pemberitahuan resmi terkait nomor
penerbangan pesawat yang akan membawa saya ke Jakarta hingga akhirnya saya
memutuskan untuk shalat zuhur sebab waktu shalat sudah masuk sejak
tadi.
Waktu sudah menunjukkan
pukul 12.40 ketika saya tinggalkan kursi tunggu, menuju musala yang nyaman.
Saya sempat mengintip musala, saat ke toilet sebelumnya. Rasanya pengen menunaikan
salat zuhur di sana. Musalanya cukup luas, dingin, dan bersih. Terpisah tempat wudhu dan tempat salat laki-laki dan perempuan pula. Nyaman deh pokoknya.
Akhirnya terpenuhi juga salat
di musala karena belum ada informasi resmi tentang keterlambatan penerbangan.
Pengumuman demi pengumuman terdengar tetapi tidak ada yang menyebutkan nomor dan
tujuan penerbangan pesawat yang akan saya tumpangi. Saya pikir akan sama dengan
penerbangan lain yang berkali-kali dipanggil.
Entah ada yang terlewat
atau memang pengumuman resmi tidak ada, announcement panggilan terakhir
justru terdengar ketika saya masih “sibuk” di dalam bilik toilet. Hua, panik
gak … panik gak? Paniklah. 😱
Makassar, 16 Juli 2024
Berhubung terminal baru bandara Sultan Hasanuddin sudah berfungsi, sebaiknya di bandara 3-4 jam sebelum boarding ya.
Share :
Kalau udah momen seperti ini, deg deg serrr pasti dibuatnya ya Kak. Dulu pernah juga sekali seperti ini, rasanya ga tenang sampai benar2 udah duduk didalam pesawat. Hahahaha...
ReplyDeleteYah ... begitulah hahaha
DeleteMungkin ada tapi terlewat ki, kita nda dengar 😅
ReplyDeleteSoal mushallah, bandara baru SHIA memang paling top mushallahnya, bahkan kalau dibandingkan dengan bandara lain di Indonesia termasuk Soekarno-Hatta. Luas, bersih, nyaman.
Bisa jadi, Daeng ... saya tonji yang ndak dengar. Cuma saya heran saja, para penumpang tujuan Gorontalo dan kota lain saya dengar berulang kali dipanggil. Kenapa pas nomor penerbanganku satu kali ji saya dengar dan langsung panggilan terakhir wkwkwk.
DeleteWah, kebayang ya pastinya adrenalinnya me ingkat. Apalagi aku bisa panik banget
ReplyDeleteIya Mbaak ... duh, tegang sekali rasanya ... mana stamina belum fit ... ngos2an sekali rasanya wkwkwk.
DeleteYa allah untuk msh kekejar ya mbaaa 😄. Amit2 jgn sampe ketinggalan pesawat. Aku alhamdulillah belum pernah, jangaaan.. Apalagi kalo sampe destinasi LN yg lbh mahal 🤣🤣. Pingsan yg ada hahahahha.
ReplyDeletePernah sekali di Uzbekistan mau ke Azerbaijan, bandara uzbek itu walo ga gede tp ribeeet. Dan tipe bandara silent. Jd kita yg hrs aktif lihat papan. Krn g akan ada pengumuman apapun 🤣🤣🤣.. Paliiing benci aku kalo bandara tipe silent gini.
Trus ternyata tempat nunggu kami itu pindah.. Mana ada yg tahu. Untungnya staff maskapai inisiatif cari semua penumpang yg mau ke Azerbaijan. Selamaaaat jadinya, ga ketinggalan pesawat hanya krn salah tempat nunggu 😄
Panik sudah pasti. Apalagi tidak ada teman jalan yg sama tujuanya.
ReplyDeleteaku kalau ketinggalan kereta pernah, kalau pesawat belum, jadi memang ketar ketir juga kalau aku datang mepet ke bandara.
ReplyDeleteselama ini malah pernah aku nunggu 8 jam di bandara hahaha, karena aku tinggal di Jember dan bandaranya di surabaya, jadi naik travel nyampenya subuh, sedangkan flight masih jam 10 pagi.
dulu pernah sampe lari-lari ketika denger pengumuman, mana penerbangan internasional juga, lewat imigrasi dan jarak gatenya jauh pula, yampunn ngos-ngosan