Es Krim Tak Sampai

Saat mengajak dua anak terkecil belanja bulanan, mereka minta dibelikan es krim. Es krim menelisik ruang-ruang memori, menemukan ada Mama di situ. Dahulu - saat saya kecil hingga gadis. Mama bukan penggemar es krim, beliau menyukai es krim beberapa tahun terakhir ini. Sesekali beliau minta dibelikan es krim, di samping permen mint merek tertentu. Suami saya yang paling sering dimintai tolong membelikannya permen. Untuk es krim, kalau bukan anak-anak saya yang dimintai tolong, Mama menyuruh saya membelikannya.

Biasanya Mama menyodorkan uangnya, minta dibelikan es krim. Tanggal 27 kemarin, hari di mana seharusnya Mama berulang tahun, ingatan saya melompat ke setahun silam – 27 Januari 2021. Waktu itu, saya membelikan es krim dalam kontainer berukuran tidak terlalu besar sebanyak beberapa buah untuk dinikmati bersama, sekaligus menjadi peringatan ulang tahun yang sederhana, menikmati kesukaan Mama di hari istimewanya.

Hari Ahad dini hari pada 5 September 2021, Mama meninggal. Tanggal 4, di Sabtu siang beliau masih minta dibelikan es krim. “Makan nasi dulu, Ma. Nanti sore-sore baru makan es krim,” ujar saya. Membujuknya makan di hari-hari itu bukanlah hal yang mudah. Roti yang sangat enak pun ditolak dengan gelengan kepala berkali-kali. Hanya 1 – 2 gigit saja yang masuk ke dalam pencernaannya.

Es krim

Kalau kalian pernah membaca tulisan berjudul Nasi Kuning Terakhir Ibunda dan Harta yang Paling Berharga, itulah makanan terakhir yang dicecap ibu saya. Itu pun tak banyak, hanya beberapa suap. Nasi kuning gorontalo adalah makanan khas kampung halamannya. Sejak jelang sore di hari Sabtu itu, tubuhnya tak menerima makanan apapun hingga malaikat maut menjemputnya.

Bukan kami tak mau memberinya makanan tapi memang Mama sudah tak bisa makan lagi. Minum pun sudah tak sanggup. Yang masuk ke dalam tubuhnya mungkin hanya beberapa tetes. Beberapa kali meminta minum, saya sodorkan gelas beserta pipet, sayangnya Mama seperti tak tahu cara mengisap minuman. Air dan Colpro (suplemen susu kaya nutrisi) malah ditiup olehnya, bukannya disedot.

“Ma, diisap, bukan ditiup. Ayo, Ma .. diisap,” setiap kali saya mengatakan itu sembari menatapnya penuh harap, Mama menatap saya balik. Dalam sorot matanya tersirat tanda tanya dan kelemahan fisiknya. Saat itu saya bingung, mengapa Mama seperti anak kecil yang baru belajar minum menggunakan pipet? Setelah masa itu terlewati baru saya sadari, memang batas "hitungan" rezekinya di dunia ini sudah tercapai, tubuhnya sudah tak menerima asupan lagi.

Sebagaimana pohon kelor di halaman rumah kami yang selalu melekatkan ingatan saya tentang Papa karena kesukaannya akan sayur kelor, es krim mengabadikan kenangan saya tentang Mama, kapan pun, di mana pun.


Es Krim enak

Es krim sering dijadikannya alat untuk membujuk cucu-cucunya, “Siapa yang mau es krim? Janji ya tidak akan begini/begitu sama Oma!” Satu cup es krim rasa stroberi atau rasa apa saja selain coklat, memang bisa membuat matanya berbinar.

Kadang-kadang terpikir, Mama jadi seperti anak-anak, suka es krim. Bersyukur hasil pemeriksaan laboratorium kesehatannya baik-baik saja. Gula normal, kolesterol masih normal hingga virus corona menghinggapinya dan membuat beberapa poin pemeriksaan laboratorium tidak dalam batas normal.

Ya, covid itu nyata, Kawan. Kalau ada yang masih mengingkarinya, mari sini kita ngobrol. Akan saya ceritakan apa yang pernah kami alami terkait virus corona dan bagaimana kedua orang tua saya melalui ujian sakit covid-19 hingga ajal menjemput. Jadi, jangan main-main dengan covid, ya. Semoga Allah selalu menjaga kita semua sehat.

Makassar, 31 Januari 2022



Share :

6 Komentar di "Es Krim Tak Sampai"

  1. Jangankan cucu-cucu, aku aja masih suka jadiin es krim sebagai moodboster. Memang satu makanan yang dingin tapi lembut dan manis ini candu banget walaupun pilek gas aja beli, hehe.

    ReplyDelete
  2. Ikut terharu baca kenangan es kirim dan ibu, Niar. Tergambar jelas cinta anak perempuannya di sana. Semoga almarhum ibu dapat tempat mulia di sisi Allah. Al fatihah..Ibu saya pun sudah tiada. Makanan kesukaannya buah mangga :)

    ReplyDelete
  3. I feel you mba Niar. Mama mertuaku pun meninggal Krn COVID. Kalo es krim ingetin mba Niar Ama mama, aku selaku sedih tiap wiskul. Krn dulu temen paling asyik buat nyobain semua makanan baru, itu mama mertuaku. Kami cocok, sama2 suka nyobain makanan, atau melihat tempat baru.

    Makanya aku ga ngerti kalo ada orang yg masih ga percaya, msh ga mau vaksin, masih anggap sepele. Mungkin mereka blm ngerasain orang tersayangnya meninggal karena itu :(

    Sehat2 ya mba .. selagi penyakit ini blm dianggab endemi, aku ga bakal mau ngelepas masker

    ReplyDelete
  4. Mak aku mewek bacanya asliiii semoga Mama dilapangkan kuburnya yaa...Al - Fatihah.

    ReplyDelete
  5. Covid memang banyak memberikan kesedihan, pasti kehilangan yang sangat besar. Banyak kenangan yang terus diputar berulang. Kovid memang jahat, kita harus tetep ketat dengan prokes dan ngga bisa ditawar lagi

    ReplyDelete
  6. Al-fatiha untuk Ibunda tercinta, kak Niar.
    Harus sering-sering mengingat kebaikan beliau dan meneruskan kebaikan Ibunda agar menjadi jariyyah yang membuat Ibunda tersenyum di akhirat kelak.

    Makan es krim memang nikmat sekali yaa, kak..
    Adakah toko es krim legendaris di Makassar?

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^