#ObatiPikun: Tips Mencegah dan Mengobati Demensia dari Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia

#ObatiPikun: Tips Mencegah dan Mengobati Demensia dari Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia - “Ini daripada apa bahannya?” pertanyaan itu khas dilontarkan ibu saya ketika mempertanyakan terbuat dari apa sebuah penganan.

“Beras ketan. Kan sudah sering Mama tanya?” ucap saya. Sudah bertahun-tahun ini pertanyaan yang sama disampaikan olehnya. Padahal sering sekali songkolo’ – penganan khas Makassar itu ada di rumah.

“Mama lupa. Mama kan sudah tua!” seru ibu saya.

Tips Mencegah Mengobati demensia

Ibu saya menganggap ketan tak boleh dikonsumsinya. Selama sekian lama, beliau tak mau mengonsumsi makanan berbahan beras ketan karena akan berpengaruh pada sakit maag-nya tetapi berbulan-bulan terakhir ini, beliau kerap memakannya meskipun tahu songkolo’ itu terbuat dari beras ketan.

Saya tak tahu mengapa Ibu menganggap dirinya menderita sakit maag tetapi kenyataannya, selama makan songkolo’, lambungnya baik-baik saja. Ibu pernah mengatakan mengenai jenis-jenis makanan yang tak boleh dikonsumsinya karena berbahaya bagi lambung. Lama-kelamaan makin banyak dan makin tidak masuk akal.

Setelah memperhatikan hal ini, ditambah peristiwa-peristiwa lain yang terlihat seperti “karangan bebas” dari ibunda – seperti merasa yakin covid-19 sudah ada sejak dulu dan menceritakan peristiwa yang tak pernah terjadi, saya merasa menemukan fakta bahwa beliau sudah memasuki tahap pikun.


#ObatiPikun Festival DigitalBulan Alzheimer

Rasanya wajar, ya karena usia beliau 77 tahun. Saya banyak mendengar kisah orang sepuh yang mengalami kepikunan. Tapi rupanya dalam acara online bertajuk “Sering Lupa Bukan Hal Normal: Kenali Gejala dan Segera #ObatiPikun” baru saya sadari bahwa sebenarnya pikun bukan gejala normal dan bisa dicegah.

Dalam rangka memperinagati Bulan Alzheimer Sedunia yang jatuh pada bulan September, PT Eisai Indonesia (PTEI) dan (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) PERDOSSI mengadakan Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia.

Festival digital yang diselenggarakan pada tanggal 20 September ini merupakan bagian dari program kampanye edukatif #ObatiPikun. Ajang ini dihadiri oleh 500-an peserta, terdiri atas dokter spesialis saraf, dokter umum, dokter seminat, dan masyarakat awam.


Tips mencegah dan mengobati demensia
dr. Siti Khalimah, SpKJ, MARS

 

Demensia dan Alzheimer Itu Berbeda

 

Pikun yang dalam istilah medisnya disebut DEMENSIA adalah suatu sindrom gangguan penurunan fisik otak yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif, emosi, daya ingat, perilaku, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Terdapat >1 gangguan kognitif yang dapat menyebabkan seseorang mengalami demensia.

Demensia adalah istilah umum dalam menggambarkan kumpulan gejala penurunan fungsi kognitif seperti daya ingat, emosi, pengambilan keputusan, dan fungsi otak lainnya. Health.Kompas.Com menyebutkan bahwa demensia merupakan sindrom, bukan penyakit. Sindrom adalah kumpulan gejala yang tidak memiliki diagnosis pasti.

Tips Mencegah Demensia
Klasifikasi demensia. Sumber: presentasi 
Dr. dr. Junita Maja Pertiwi, SpS (K).

Sedangkan alzheimer adalah penyakit lain dan menjadi salah satu faktor penyebab seseorang mengalami gejala demensia. Alzheimer merupakan jenis paling umum dari demensia. Alzheimer merupakan penyakit fisik yang merusak otak dengan progresif, bertahap dari waktu ke waktu, dan menyebabkan lebih banyak bagian otak yang rusak. Karena itulah gejala yang muncul menjadi lebih parah.

Berdasarkan data dari Alzheimer’s Disease International dan WHO, terdapat lebih dari 50 juta orang di dunia mengalami demensia. Yang mana sekira hampir 10 juta kasus baru terjadi setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, Alzheimer menyumbang 60 – 70% kasus demensia.

President Director PT Eisai Indonesia (PTEI) – dr. Iskandar Linardi dalam sambutannya menyebutkan bahwa demensia alzheimer menduduki posisi ke-7 penyebab kematian di dunia maka penting sekali untuk mendeteksi dini gangguan ini dan memberikan penanganan yang tepat.

 

Beda Pikun dan Pelupa

 

dr. S.B. Rianawati, SpS (K) – Pokdi Neurobehaviour Cabang Malang dalam presentasinya yang berjudul OBATI PIKUN DENGAN MENGENAL GEJALANYA menyebutkan gejala pikun sebagai berikut:

  • Pikun karena fungsi kognitif menurun disertai gangguan aktivitas keseharian. Kalau pelupa, itu hanya karena gangguan pemusatan perhatian sementara.
  • Lupa nama orang yang sering ketemu. Kalau baru ketemu 1 – 2 kali lalu lama tak bertemu dan lupa nama itu bukan pikun.
  • Mengeluh lupa hanya bila ditanya, dan tidak bisa memberikan contoh apa yang dilupakan. Kalau “hanya” pelupa mengeluh sering lupa tapi dapat memberikan contoh hal yang dilupakan.
  • Sering kesulitan menemukan kata yang tepat saat berbicara, Yang pelupa hanya sesekali kesulitan menemukan kata yang tepat saat berbicara.
  • Sering lupa hal penting, kemampuan bicara sangat terganggu. Nah kalau yang “cuma pelupa”, dia ingat hal penting, pembicaraan tidak terganggu.
  • Kehilangan minat untuk aktifitas sosial.
  • Tersesat, bahkan di lingkungan sekitar rumahnya sendiri.

Beda ya yang sekadar pelupa dan pikun? Jadi jangan buru-buru cap seseorang atau diri sendiri menggunakan kata PIKUN. 😅


Tips Mencegah Mengobati Demensia
dr. S.B. Rianawati, SpS (K)

 

Gangguan-Gangguan pada Orang dengan Demensia

 

Dr. dr. Junita Maja Pertiwi, SpS (K) dalam presentasinya yang berjudul DEMENSIA DI MASA PANDEMI COVID-19 memaparkan mengenai gangguan-gangguan yang terjadi pada orang dengan demensia (ODD).

Gangguan-gangguan yang terjadi pada demensia adalah gangguan kognitif dan perilaku. Gangguandaya kenal yang terjadi misalnya: atensi, konsentrasi, memori, bahasa, orientasi, berpikir abstrak, menilai diri sendiri, berperilaku, dan dalam berwawasan/pengertian.

Sementara ganggua perilaku yang terjadi contohnya: melihat sesuatu tetapi tanpa realita/delusi, senang berlebihan tanpa alasan/eforia, perilaku yang menyimpang, gelisah, mudah marah, halunisasi, depresi, apatis, dan cemas.

 

Penyebab Demensia

 

Dokter Rien – nama sapaan dr. S.B. Rianawati, SpS (K) menyebabkan penyebab demensia antara lain adalah berbagai penyakit seperti diabetes melitus yang tak terkendali, hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner, kadar lemak yang tidak normal, obesitas, dan disfungsi tiroid.

Tips Mencegah mengobati demensia
Dr. dr. Dodik Tugasworo P., Sp.S(K),
memberi sambutan selaku Ketua Umum
PP PERDOSSI.

Selain itu demensia bisa disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan kondisi psikologis seperti depresi. Gaya hidup pun bisa menyumbang kepada gejala demensia, seperti kurang olahraga, rokok, dan alkohol. Selain itu pengaruh obat-obatan dan genetika bisa menjadi faktornya juga.

 

Mengobati Pikun dengan Mengenali Gejalanya

 

Mengobati pikun yang dimaksudkan Dokter Rien di sini adalah dengan meringankan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, membuat penderita dapat hidup semandiri mungkin, dan beberapa penanganan lain.

Beberapa penanganan lain yang dimaksud meliputi: mengatasi penyebab pikun, memberikan obat-obatan, terapi stimulasi kognitif, dan memberikan perawatan paliatif.

Dokter Rien menontohkan terapi stimulasi kognitif seperti berolahraga atau permainan fisik, bermain kata atau angka, membaca buku cerita, menggambar, mewarnai, membuat karya seni, memasak, dan berkreasi. Ngeblog atau menulis sepertinya perlu dimasukkan ke dalam terapi ini, ya? 😘

Perawatan paliatif adalah untuk mereka yang sudah parah kondisinya, masih bisa dibantu dengan meningkatkan kualitas hidup di sisa umurnya. Juga dengan mengurangi rasa sakit dan membina kondisi psikisnya. Konseling dan dukungan dari teman dan keluarga tentunya sangat dibutuhkan.

 

Mencegah mengobati demensia
Dr. dr. Junita Maja Pertiwi, SpS (K)


Tips Mencegah Demensia

 

dr. S.B. Rianawati, SpS (K) memaparkan mengenai cara mencegah demensia sebagai berikut:

  • Menjaga kesehatan jantung
  • Bergerak, berolahraga, produktif.
  • Mengonsumsi sayur dan buah, gizi seimbang.
  • Menstimulasi otak, fisik, mental, dan spiritual.
  • Bersosialisasi dan beraktivitas positif.

Ada satu lagi, produk teknologi yang bisa kita gunakan untuk menegah demensia. Hal ini bukan alat diagnosa namun sudah didesain sedemikian rupa untuk bisa memantau kondisi umum dan mampu memberikan saran lebih lanjut.

 

Mencegah dan Deteksi Awal Demensia dengan Aplikasi E-Memory Screening

 

dr. Pukovisa Prawiroharjo, SP.S (K) dalam presentasi yang berjudul Aplikasi E-Memory Screening untuk Indonesia memaparkan mengenai aplikasi yang bisa di-download via Google Play maupun Appstore.

Tips Mencegah dan mengobati demensia
dr. Pukovisa Prawiroharjo, SP.S (K)

Aplikasi ini bernama EMS – Sahabat Kesehatan Otak Keluarga yang bisa diunduh secara gratis. Di dalamnya ada pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab untuk mendeteksi kemampuan otak kita. Juga ada arahan rumah sakit dan dokter spesialis saraf di sekitar kita yang bisa ditempati untuk berkonsultasi jika menemukan hal-hal yang mengejutkan.

Di dalam aplikasi ini juga ada artikel-artikel yang terpercaya karena menurut Dokter Pukovisa informasi yang dikelola baik melalui IT dapat mengubah paradigma masyarakat. Terdapat paradigma masyarakat yang menganggap enteng pikun, dijadikan bahan bercanda, bahkan menganggapnya normal terjadi.

Dokter Pukovisa menyatakan bahwa masyarakat butuh edukasi terpercaya dari ahli, deteksi dini berbasis aplikasi gadget, dan direktori rujukan tepercaya. Untuk memenuhi ketiga kebutuhan ini, aplikasi EMS – Sahabat Kesehatan Otak Keluarga diharapkan mampu menjadi solusinya.

Tips mencegah dan mengobati demensia

Tips mencegah mengobati demensia

 Kedua gambar tentang EMS di atas, berasal dari presentasi

Dokter Pukovisa.


Mengamati  dan Menyelesaikan Permasalahan dengan Orang dengan Demensia pada Masa Pandemi Covid-19

 

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Orang dengan Demensia

 

Dokter Junita Maja Pertiwi dalam presentasinya yang berjudul Demensia di Masa Pandemi Covid-19 menekankan pentingnya memperhatikan aspek psikologis dalam mengatasi masalah dengan orang dengan demensia (ODD).

Perubahan yang terjadi sekarang ini menjadikan kehidupan normal, seperti berjalan-jalan di taman dan bersosialisasi tak seperti dulu lagi. Belum lagi orang yang mendampingi (caregiver), juga mengalami masalahnya sendiri.

Pandemi covid-19 ini bisa saja berdampak (secara eksternal) kepada ODD. Selain risiko terpapar virus corona, juga bisa berdampak mendatangkan depresi, perburukan kognitif, dan perburukan perilaku.

Faktor internal dampak pandemi bisa berupa komunikasi verbal berkurang, relasi keluarga berkurang, proses berpikir terganggu, perawatan diri terganggu, higiene diri terganggu, imbalans nutrient, risiko cedera, risiko infeksi, inkontinensia, dan konstipasi.

Di sisi lain, pada caregivers (orang yang menjaga/merawat) ODD, bisa timbul dampak sebagai berikut: adaptasi, menjaga diri, menjaga kebersihan, menjaga jarak, menjaga hati, menghindari kelelahan, menghindari stres, dan menyadari keadaan.

 

Mengatasi Masalah dengan Penyandang Demensia

 

Dokter Maja mengimbau untuk menerima kenyataan baru. Ketika penyandang demensia menjadi seseorang yang lain maka buatlah situasi yang menunjang, jika perlu masuk ke dalam “dunianya”.

Dan ketika caregivers tak bisa mengubah keadaan (biasanya memang tak mampu, ya) maka nikmati keadaan dan tetaplah baik meskipun ODD tidak mengenali lagi. Namun ingatlah bahwa mereka masih mengerti akan kebaikan hati (bahasa hati).

 

Tips mencegah dan mengobati demensia

Tips Hidup Dengan Orang dengan Demensia pada Masa Pandemi Covid-19

 

Dokter Maja memberikan tips hidup dengan ODD pada masa pandemi covid-19 sebagai berikut:

  • Jika kita dianggapnya pengganggu maka sabar dan mengalahlah.
  • Jika drama dianggapnya menjadi nyata maka bantulah untuk menyelesaikan drama itu.
  • Jika dia takut akan malam hari maka berikan bantuan.
  • Jika dia merasa melihat wajah asing di cermin setiap melihat wajahnya sendiri di cermin maka hindarilah pemasangan cermin.
  • Jika dia mudah berubah pikiran maka jangan memaksanya.
  • Jika dia punya “momen normal” sendiri maka masuklah ke dalam dunianya.

 

Menjaga Kualitas Hidup Orang Lanjut Usia

 

Secara singkat, maksud dari ajang ini adalahbagaimana agar kualitas hidup orang lanjut usia di negara kita terjaga dengan baik, bahkan meningkat.

Direktur P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan – dr. Siti Khalimah, SpKJ, MARS pada pidato pembukaannya menyebutkan bahwa:

Di Indonesia, prevalensi demensia pada tahun 2016 mencapai 1,2 juta jiwa, yang akan terus meningkat menjadi 1,9 juta jiwa di tahun 2030 dan hampir 4 juta jiwa di tahun 2050.

Lebih lanjut, Dokter Siti Khalimah menjelaskan bahwa keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dan kesejahteraan di Indonesia ditandai dengan penurunan angka kesakitan, penurunan angka kematian, dan peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia.

TIps mencegah dan mengobati pikun
EMS Sahabat Kesehatan Otak Keluarga.
Aplikasi deteksi awal demensia.

Adalah tantangan tersendiri bagaimana agar para lansia mampu menjalani kehidupan dengan berkualitas, mandiri, dan berbahagia.

Dokter Siti Khalimah juga menyebutkan:

Melalui RAN (Rencana Aksi Nasional) Kesehatan Lanjut Usia 2020 - 2024 ini pembinaan kesehatan Lanjut Usia diharapkan dapat lebih terarah, sinergis, dan komprehensif serta memuat langkah-langkah konkrit yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan oleh berbagai tingkat pelaksana untuk dapat mewujudkan lanjut usia sehat, mandiri, aktif dan produktif (SMART).

Sungguh pembelajaran yang bermanfaat bagi kita yang masih memiliki orang tua. Selain itu, bagi saya, Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini juga menjadi pelajaran penting bagi diri sendiri agar terhindar dari kepikunan. Berharap kelak saya tak membebani anak-anak saya.

Makassar, 22 September 2020


 

Tambahan referensi:

  • Dari press release Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia, dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia.
  • https://alzi.or.id/demensia-vs-alzheimer/
  • https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/perbedaan-alzheimer-dan-demensia-pikun/#gref
  • https://health.kompas.com/read/2020/02/19/090500268/beda-gejala-demensia-dan-alzheimer-serupa-tapi-tak-sama?page=all



Share :

20 Komentar di "#ObatiPikun: Tips Mencegah dan Mengobati Demensia dari Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia"

  1. Setuju, mbak. Ngeblog bisa menjadi langkah pencegahan demensia. Saya pernah nulis soal Menua Dengan Senang dan Tenang pas saya memasuki kepala empat.

    Menulis termasuk bisa mengurangi risiko demensia. Alhamdulillaah, semoga kita para bloger ini bisa sehat hingga ajal menjenput

    ReplyDelete
  2. Wah saya baru tahu kalau demensia dan alzheimer itu berbeda lho mba.

    Ternyata gejala2 pikun itu sudah terlihat sedikit2 dan bisa diatasi ya mba. Bagus banget ini edukasinya mba

    ReplyDelete
  3. Punya effort lebih untuk mengurus ODD harus punya kesabaran ekstra, rasa sayang dan kerap memberikan penghormatan, karena mereka butuh disayangi sebagai bentuk dukungan.

    ReplyDelete
  4. Terus terang daku juga masuk golongan yg gampang pelupa pake banget, Mba.
    Tertohok dah, ketika ikutan acara ini.
    Bismillah, semogaaaaa daku dan kita semua bisa #ObatiPikun 😀

    ReplyDelete
  5. Almarhumah nenek suami saya sempat kena pikun. Bagusnya gak mudah marah-marah. Tapi, sejak pikun setiap kali melihat saya disangkanya saya masih pacaran ma suami. Kami berdua suka disuruh cepat menikah melulu. Padahal anak-anak aja udah remaja :D

    ReplyDelete
  6. Ibu kami saat ini 84 th, Alhamdulillah hingga tahun lalu masih aktif bergerak dan berkomunikasi dengan baik dan baru menampakkan gejala kepikunan akhir2 ini. Sebelumnya rutin mengisi buku TTS bahkan hobinya bermain game di komputer, Tetris, Zumba dll..

    ReplyDelete
  7. aku ngasih mama aku TTS dan game tetris mbak, buat hiburan sekalian melatih biar mama aku nggak cepat pikun, semoga sih ngaruh ya :(

    ReplyDelete
  8. Aku sebenarnya masuk golongan pelupa hehe tapi semoga bukan tanda tanda alzheimer ya nauzubillah min dzalik. Semoga kt semua sehat selalu

    ReplyDelete
  9. Iya ya gejala awal bisa karena depresi. Lebih baik memang tidak memendam sesuatu ya. Jadi tidak mudah depresi dan akhirnya terkena pikun.
    Tulisan ini sangat bermanfaat sekali nih mbak. Terima kasih ya

    ReplyDelete
  10. Ternyata pikun bisa diobati ya Mak, asalkan kita mengenali gejala2nya dengan baik agar bisa diatasi.
    Hahhaaa, semogaaa aku ga pikun kelaak, pengen tetep ngeblog sampe nnati tuwaa.

    ReplyDelete
  11. Dulu aku ga paham apa itu alzeimer mba. Pas sering diangkat di drakor dan film baru mulai paham deh. Ternyata ga boleh disepelekan ya

    ReplyDelete
  12. Semoga Kak Niar bisa terus diberikan kesabaran dan kelapangan hati dalam menemani ibu yang sepertinya sudah masuk tahap pikun. Selama ini ya kita tahunya itu wajar, seandainya sudah ada edukasi begini sejak dulu, mungkin yang demikian bisa dicegah.

    ReplyDelete
  13. Aku jadi tau nih beda pikun dan pelupa. Duh, jauh-jauhin depresi deh kalau gitu biar nggak gampang pikun

    ReplyDelete
  14. Kadang orang pelupa sering dikatain pikun padahal beda ya antara pelupa dan pikun, memang olahraga itu banyak manfaatnya ya bisa mencegah sakit demensia juga

    ReplyDelete
  15. Penasaran sama aplikasinEMS ini , pengen tahu cara kerjanya seperti apa. Ehh tapi ga hanya buat ngecek ya , disana ada fitur edukasi juga yes mengenai demensia ini.

    ReplyDelete
  16. Aku juga berdoa hal yg sama mbak, siapa sih yang mau bergantung dengan orang lain ya kan. Mudah-mudahan kita dijauhkan dari pikun dan bisa deteksi dini kalo muncul gejala awalnya

    ReplyDelete
  17. Aku selama seminar ini banyak berpikir, kak Niar...
    Kalau tua dan pikun ternyata bukan penyakit berarti selama ini aku salah mengartikan yaa...Aku pikir wajar, kalau sudah tua mah...pasti lupaan.

    Bagus sekali seminar ini, menyadarkan kita akan kualitas kehidupan yang lebih baik untuk para orangtua melalui perhatian dan stimulasi yang diberikan anak-anaknya.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah bisa ikut webinar ini jadi banyak belajar dan diingatkan masa yang akan datang nih ya Mba...supaya jangan sampai pikun :D

    ReplyDelete
  19. Saat ini ibuku sudah sadar untuk menjaga kesehatan tubuh dan ingatan beliau mba. Meskipun sembari duduk, beliau masih melakukan senam lansia. Trus masih rajin terus menjahit kain perca agar ingatan dan kemampuan motorik terus terasah. Untuk urusan makan, beliau sudah mulai banyak pilah-pilih makanan. Menghindari yang goreng-goreng semaksimal mungkin.

    Semoga ibu kita selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan di masa tuanya ya mba.

    ReplyDelete
  20. Ya Allah semoga kelak jika kita tua, diberikan kekuatan dan tidak gampang pikunan biar nggak nyusahin anak eheheh. Alhamdulillah ya Bun, bisa mendpatkan ilmu langsung dari webinarnya

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^