Anak-anak dan Access Bars

Anak-anak di Access Bars Class dengan dr. David Budi Wartono (Dokter Dave) sebagai fasilitatornya ini riuh. Keriuhan khas kanak-kanak yang senang bermain dan tertawa. Pada tanggal 27 April lalu, saya dan Athifah menjadi bagian kelas ini di House of Beauty. Selama kelas berlangsung hanya sesekali ruangan sepi dengan suara mereka.

Saya merasa agak panik. Rasa yang sering muncul di antara keriuhan seperti ini karena ibu saya tak suka keributan khas kanak-kanak bahkan oleh anak ataupun cucunya sendiri. Itu makanya saya tumbuh sebagai perempuan kalem padahal di dalam diri saya ada sisi aktif yang kadang-kadang bisa membuat saya tertawa ngakak dengan orang-orang yang saya sangat nyaman di dekat mereka.



Dokter Dave sama sekali tak terlihat terganggu dengan suara anak-anak. Ketika salah seorang ibu menegur anaknya, pak dokter berkata, “Tidak apa-apa, begitulah anak-anak.” Anak-anak belajar melalui cara bermain. Menurut Dokter Dave, nanti anak-anak lebih cepat selesai daripada orang tua. Mereka nge-bars sama efektifnya dengan orang dewasa meskipun cuma dua puluh menit.

Dan benar saja, hanya sebentar saja mereka sudah menyelesaikan 4 sesi bars. Dua kali giving dan dua kali receiving. Sementara kami, para orang tua membutuhkan waktu jauh lebih lama untuk 4 sesi itu. Mengapa? Karena mereka lebih tulus dan tanpa berprasangka.

Tak seperti orang dewasa yang sudah membawa judgment-nya dalam menghadapi atau berhadapan dengan sesuatu atau seseorang yang baru dihadapinya. Dengan cepat mereka bisa bermain dan cekikikan bersama sementara para orang tua butuh waktu yang tak sebentar untuk saling mencair.


Senang sekali saya bisa ikut kelas ini bareng Athifah. Setelah ini, kami bisa saling nge-bars. Bagi saya, hubungan antara ibu dan putrinya adalah hubungan yang istimewa. Saya melihat dengan bars, saya bisa membina hubungan yang istimewa dengan Athifah.

Ah ya, sebelum saya cerita pengalaman di-bars dan nge-bars putri kedua saya ini, bagi kalian yang belum ngeh dengan istilah BARS, bisa baca di tulisan saya yang berjudul Access Bars, Tools dari Access Consciousness untuk Menjadi Lebih Baik, ya ada penjelasannya di situ.

Pengalaman Di-bars oleh Anak


Sejak Kelas Access Bars hingga hari ini, sudah 3 kali Athifah nge-bars saya. Sejak kali pertama, saya menikmati semua yang dilakukannya meskipun terasa agak geli karena dia menyentuh sedikit saja kulit kepala saya dan berkali-kali tangannya tergelincir dari titik yang seharusnya dia sentuh. 😁

Kali pertama di-bars, inginnya saya menikmati sambil tertidur tapi tak bisa karena Athifah dan adiknya Afyad tak bisa diam di sekeliling saya. Ada-ada saja ocehan mereka. Athifah bilang, dia merasa ujung jarinya panas. Sesekali rasanya seperti kesetrum.


Kali kedua di-bars, gadis dua belas tahun ini mengatakan hal yang sama soal rasa yang terindera oleh ujung jemarinya. Saya menikmati sesi bars ini meskipun harus menunggui dia tertidur sekira 2 menitan.

Seperti pada sesi pertama, sesi kedua ini juga tak berlangsung lama, kira-kira 20-an menit. Pada satu titik yang berhubungan dengan kreativitas, saya merasakan sakit kepala ringan tapi hanya sebentar. Sementara proses bars itu saya baru menyadari efek bars yang lainnya kepada diri saya: emosi lebih terkendali. Beberapa hari ini saya lebih sabar menghadapi anak-anak. Alhamdulillah.

Ketika tiba-tiba menghadapi tantangan psikis
untuk yang kesekian kalinya sehingga
“pertahanan” saya terobrak-abrik, saya meminta
Athifah melakukan bars lagi kepada saya.

Kali ini tak ada rasa sakit kepala yang saya rasakan. Saya tertidur lelap selama beberapa saat, tak merasakan sama sekali apa yang terjadi di sekeliling saya.

“Duh, kenapa cuma sebentar, ya anak ini nge-bars saya?” saya membatin. Rasanya hanya sekira 5 menit saya tertidur. Saya ingin menikmati lebih lama lagi proses ini tapi kenapa sudah selesai saja?

Anak-anak ketika Access Bars Class

“Berapa menitkah Mama di-bars?” tanya saya.

“Tiga puluh menit,” jawab Athifah.

“Eh, Mama merasanya cuma lima menit lho, padahal 30 menit ya ternyata.”

“Mama ndak merasakah saya berhenti tadi?” Athifah lalu menjelaskan bahwa dia sempat keluar kamar sejenak. Saya mengamati, di dalam kamar ada benda-benda yang sudah berpindah letak dan saya tak menyadarinya.

“Tidak.”

"Mama ndak rasa tadi mengigau?"

"Tidak. Mama bilang apa tadi?" Athifah menceritakan ungkapan yang biasa saya lontarkan ketika sedang menggemasi si bongsor Afyad. Itulah yang saya katakan sewaktu mengigau. Kalau saya mengatakannya, perasaan saya sedang dangat rileks.


Begini bunyi igauan saya

“Apa yang Mama rasakan sekarang?”

“Tidak tahu. Mama belum bisa bilang apa-apa.”

Efeknya baru saya bisa deteksi keesokan harinya. Rasanya lebih ringan. Beban berat yang sebelumnya menggelayut telah sirna. What else is possible?

Pengalaman Melakukan Bars pada Anak


Hingga saat ini, sudah 4 kali saya melakukan bars pada Athifah. Efeknya langsung terlihat. Kebetulan saya melakukannya di malam hari menjelang tidur. Baru tahap awal, putri saya sudah menguap lebar. Tak lama kemudian dia tidur lelap, sampai subuh.

Padahal biasanya monkey mind-nya bekerja menjelang tidur. Berkali-kali saya harus memanggilnya masuk ke dalam kamar karena menjelang tidur dia masih keluar-masuk kamar dengan berbagai alasan. Sering kali malah dengan alasan yang tak jelas. Alhamdulillah, setiap usai di-bars, dia terlelapp dengan pulasnya.

Ada yang pengalaman uniknya ketika pertama kali saya bars. Athifah terus merasakan jemari saya di kepalanya sampai prosesnya selesai padahal di mata saya dia terlihat terlelap. “Saya rasa tangannya Mama tapi tidak dengar apa-apa,” ujarnya.

Para orang tua di Access Bars Class

Rupanya Athifah hanya merasakan jemari saya tetapi tidak mendengarkan suara apapun lagi padahal saya beberapa kali berbicara dan memberi instruksi kepada adiknya. Hal seperti ini juga dialami suami saya ketika saya bars.

Katanya dia tidak mendengarkan semua yang terjadi selain merasakan jemari saya berpindah-pindah titik di kepalanya tetapi di mata saya dia tertidur pulas. Ditandai dengan dengkuran halus yang biasanya terdengar darinya, khas pada kondisi deep sleep-nya.

Lain lagi efek yang terlihat pada Afyad, bungsu saya. Si bungsu yang spesial dengan speech delay-nya ini makin ceriwis saja usai 4 kali sesi bars yang kami lakukan. Dia di-bars oleh Athifah sebanyak 3 kali. Sementara saya nge-bars si bungsu baru satu kali.

Tiga kali di-bars dilakukan pada malam hari menjelang tidur. Bukannya tertidur pulas, si bungsu malah makin aktif. Terakhir kali di-bars, dilakukan pagi hari, Senin kemarin. Eh, dia malah terlelap dengan pulasnya padahal harus segera bersiap ke sekolah. Hari Senin kemarin itu hari pertama dia bersekolah di bulan Ramadan ini. Butuh usaha keras membangunkan dan menyiapkannya pagi itu.

Bars ini unik. Reaksi pada
setiap orang berbeda-beda,
bahkan pada orang yang sama,
setiap sesi bisa berbeda-beda reaksinya.

Bukan hanya bereaksi kepada anak-anak atau saya dan suami sebagai individu. Suami saya mengakui emosinya merasa lebih terkontrol dan lebih fit usai sesi bars kedua. Selain itu, hubungan saya dan suami menjadi makin manis – lebih dari pengantin baru. 😏

Makassar, 15 Mei 2019

Selesai (tulisan ke-3 dari 3 tulisan tentang Access Bars Class).

Baca juga tulisan-tulisan sebelumnya:

Apabila Anda berminat mengubah hidup menjadi lebih baik, lebih bahagia, dan lebih menghasilkan, silakan klik link “Info Group for Sulawesi” berikut ini untuk mendapatkan informasi mengenai jadwal terdekathttps://chat.whatsapp.com/Et4BdVRiGGPLYKeg6i38WY


Share :

8 Komentar di "Anak-anak dan Access Bars"

  1. Athifaaaah..Mama Olive mau dibars sama kamu juga donk, ntr kalo ke Makassar yaaa.
    Seruu dan seneng banget cerita barsnyaa, emang amazing, unik. Aku aja masih selalu menemukan hal2 yang baru the journey of bars, ahh syukaaaa..
    Alhamdulilaaah manfaatnya buat sehari hari, semoga menjadi pribadi yang lebih baik

    Jadi kapan kita ngabuburit swap nih Mak Niar, eeaaa..

    ReplyDelete
  2. Asyik banget ya kalo bisa saling giving and receiving bars di rumah. Sayangnya Intan belum ikutan kelas Bars, jadi bisanya giving Bars to her tanpa receiving darinya.

    Athifah sudah dua belas tahun? Aih... waktu seakan berlari ya, Niar? Perasaan baru banget baca tulisan2 Niar ttg Athifah dan adiknya dlm tag ‘celoteh anak2’ di blog Niar. Hehe.

    Bars memang menakjubkan, ya?

    ReplyDelete
  3. sepertinya ini metode menarik ya dilakukan sekarang, untuk mengurangi beban kerja atau beban hidup keseharian.. makasih sharingnya kk bunda Mugniar.

    ReplyDelete
  4. keliatannya seru dan banyak manfaatnya ya..?
    jadi gimana cara ikutan acces bar class ini mba?

    ReplyDelete
  5. Asiekk juga nge bar ini..Bisa buat orang sampai terlelap,,kayak dipijat-pijat..daripada mahal-mahal pergi pijat di luar sana..m3nding ngebar bareng keluarga..giving and receiving.. :)

    ReplyDelete
  6. "orang tua butuh waktu yang cukup lama untuk lebih cair", kalo menurutku sih anak2 dan orang tua dan anak muda sama potensinya untuk berinteraksi dengan yang lain. Haha. Tapi anak2 lebih cepat karena memang lebih antraktif dan belum banyak berpikir. Hehe.

    ReplyDelete
  7. saya terkesan sekali dengan sistem Access Bars ini.. jadi membayangkan bagaimana kalo anak saya yg nge-bars saya.. mungkin saya sudah nangis terharu saking bahagianya..

    ReplyDelete
  8. mau dong dibars sama Athifah :)

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^