Jadi,
setiap pekan ada materi berbeda lagi yang didiskusikan bersama di sekretariat
K-HUB (Knowledge Hub). Untuk diskusi
pada hari Kamis 31 Januari lalu, dilaksanakan di Perumahan Lily, tempat ngumpulnya
para relawan yang bergerak dalam bidang advokasi anak dan anti korupsi. Saat
itu Abby Onety dan saya – kami mewakili IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) diberi kesempatan
membawakan materi blogging.
Hadirin
yang duduk mengitari sebuah meja besar bukan hanya berasal dari IIDN Makassar
saja. Sebagiannya berasal dari komunitas/lembaga lain. Beberapa di antaranya
merupakan jurnalis yang pernah saya temui di beberapa kegiatan.
Pada
materinya, Abby memperkenalkan mengenai komunitas IIDN dan IIDN Makassar, apa itu blog dan manfaatnya, blog
sebagai salah satu pintu rezeki, tips manajemen waktu dalam ngeblog, dan
membagikan pengalaman ngeblognya, termasuk menggunakan blognya sebagai
tempat menyimpan catatat traveling (guru bloger ini hobinya traveling).
Sementara saya membawakan presentasi berjudul
Inti presentasi saya adalah apakah blog bisa
dimanfaatkan dalam proses advokasi. Namun
jangan dipikir sulit dulu, lah, ya. Jangan sampai
berpikir topik ini ada hubungannya dengan hal-hal
yang dilakukan oleh advokat or pengacara saja.
Memang
sih pengertian khusus ADVOKASI
adalah aksi strategis dan terpadu yang
dilakukan oleh perorangan atau kelompok masyarakat untuk memasukkan suatu
masalah ke dalam agenda kebijakan, dan mengontrol para pengambil keputusan untuk mengupayakan solusi bagi
masalah tersebut sekaligus membangun basis dukungan bagi penegakan dan penerapan kebijakan publik yang di buat untuk mengatasi masalah
tersebut. (Manual Advokasi Kebijakan Strategis, IDEA, Juli 2003).
Pada
pengertian-pengertian khusus yang menyangkut ilmu hukum, advokasi ya seperti
itu. Bahkan tujuannya adalah mempengaruhi kebijakan publik. Namun secara umum,
ada pengertian advokasi yang bisa kita terapkan dalam dunia blogging
yaitu: tindakan atau
protes untuk membela atau memberi dukungan (buku “Pedoman Advokasi”, 2005, mengutip Webster’s
New Collegiate Dictionary).
Sederhananya, jika tulisan yang kita buat itu
bertujuan untuk memberi penyadaran
kepada masyarakat, apalagi jika konsisten melakukannya
dan menjadi sebuah proses panjang yang masuk
dalam agenda atau misi khusus kita ngeblog
maka itu berarti kita telah melakukan ADVOKASI.
Saya
memberikan contoh beberapa hal yang pernah saya lakukan sebagai blogger kepada
hadirin. For your information, saya memang menyisipkan misi-misi
tertentu dalam beberapa tulisan. Malah ada yang sudah berkali-kali saya bahas.
Tujuannya memang ingin memberikan pesan yang membuat pembaca ngeh bahwa
ada isu tersebut.
Nah,
berikut ini lima dari topik-topik advokasi yang pernah saya tuliskan di blog ini:
1. Pelaksanaan Pendidikan Inklusi
Saya mengikuti kurang lebih 3 kali
sosialisasi mengenai pendidikan yang inklusif bagi semua anak. Pada sebuah
kesempatan, pertanyaan saya tak mendapatkan jawaban berarti. Ketika itu saya
menanyakan melapor ke mana jika mendengar kabar ada anak autis yang dikeluarkan
dari sekolah dengan alasan mengganggu padahal dia sudah duduk di kelas 6
sekolah dasar dan sudah dekat waktu pelaksanaan Ujian Nasional?
Padahal Makassar, Sulawesi Selatan,
dan Indonesia sudah mendukung pendidikan inklusi, di mana anak-anak
berkebutuhan khusus difasilitasi bersekolah di sekolah umum dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku. Kota, provinsi, dan negara ini juga sudah mengeluarkan
peraturan yang mengakomodir pendidikan inklusi bagi semua anak. Atas pertanyaan
tersebut, seorang kepala sekolah menyarankan saya untuk membuat tulisan.
Salah satu tulisan saya
tentang pendidikan inklusi bisa dibaca pada tulisan berjudul Menaruh
Asa pada Pergub untuk Sekolah Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
dan beberapa tulisan lain. Salah satunya dimuat di Harian Fajar dengan judul Menanti
Merdekanya Pendidikan yang Inklusif Bagi Semua Anak.
2. Tentang Kebutuhan ASN di Sekolah Negeri
Tulisan ini tercipta setelah saya
berupaya mencarikan solusi bagi sekolah anak saya yang kekurangan tenaga
pendidik berstatus ASN (apartur sipil negara) sehingga begitu banyak pos
pengeluaran yang harus dibiayai oleh sekolah. Dari belasan guru, hanya ada 2
guru yang ASN, 3 orang dengan kepala sekolahnya. Ternyata problema ini bukan
hanya di sekolah anak saya, melainkan juga problema pendidikan di kota,
provinsi, dan negara ini.
Saya menceritakan bagaimana proses
saya mendesak camat di wilayah sekolah anak saya hingga mempertanyakannya
kepada Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar pada sebuah
seminar. Tentang hal ini bisa dibaca pada tulisan berjudul Speak Up: Pendidikan dan Indoktrinasi Kepentingan
3. Share Ebook Post Partum Depression (PPD)
Usai mengikuti kompetisi Srikandi
Blogger pada tahun 2014, Pungky Prayitno – Srikandi Blogger 2014 dan
saya membuat ebook mengenai depresi pasca melahirkan (PPD) yang belum
banyak diketahui orang.
PPD ini lebih berat daripada baby
blues dan bisa membahayakan jiwa ibu dan bayinya. Butuh dukungan besar dari
sang suami untuk bisa keluar dari keadaan ini. Tentang advokasi yang kami
lakukan dan bagaimana mendapatkan ebook tersebut bisa dibaca pada
tulisan berjudul Bagi-Bagi
E-Book Gratis Mengenal dan Menangani POST PARTUM DEPRESSION
4. Menggugat Hadiah yang Hampir Hilang
Saya pernah menjadi pemenang ketiga
sebuah kompetisi menulis yang diselenggarakan oleh sebuah instansi dan
mendapatkan hadiah komputer berbentuk notebook. Sayangnya, karena prosedur yang
hanya bisa dimengerti oleh EO (event organizer) bersangkutan, saya hampir
saja gagal mendapatkannya.
Foto: Kak Arniyati Amin |
Saya tak tinggal diam. Saya membuat
tulisan, menyebarkannya di grup-grup komunitas blogger yang saya ikuti
sehingga teman-teman blogger seindonesia bersimpati dan mengomentari. Saya
memberikan link kepada nomor kontak EO-nya sembari mengatakan, “Saya
bukan blogger, kalau tidak menuliskan ini!”
Tak berapa lama kemudian saya
berhasil mendapatkan hadiah saya. Terkait pembelaan diri saya, bisa dibaca di
tulisan berjudul ICT
USO EXPO 2013: Katanya Saya Memenangkan Notebook Tapi Hadiahnya Diterbangkan
Angin dan 2 tulisan lainnya.
5. Mengkritisi Penulisan Kasus Pelecehan Seksual
Gerah dengan penulisan artikel
mengenai kasus pelecehan seksual pada sebua media online, saya
memprotesnya di media sosial media yang bersangkutan. Alih-alih mengedukasi,
tulisan itu lebih banyak memuat “rekonstruksi” yang bahkan berulang, dalam
bentuk tulisan dan video. Agar masyarakat lebih aware, saya juga mengkritiknya
di Twitter. Tweet saya mendapat respon signifikan.
Foto: Kak Arniyati Amin |
Saya juga membuat tulisan terkait
penulisan artikel tersebut. Tulisan ditayangkan di blog ini, bisa dibaca di: Lakukan
Sesuatu untuk Hentikan Gaya Menulis Cabul. Oya, tulisan ini juga dimuat di BaKTI News (majalah yang
diterbitkan oleh BaKTI – Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia). Harapan
saya, semoga semakin banyak yang mengetahui bahwa ada etika yang harus
dijalankan dalam menulis kasus pelecehan/kekerasan/kejahatan seksual).
Selain
kelima contoh di atas, masih ada topik-topik lain yang saya tuliskan dalam
rangka berbagi pengetahuan dan penyadaran atas isu-isu tertentu, seperti
kesehatan, parenting, lingkungan, pemberdayaan ibu rumah tangga melalui
menulis, kabar dari timur/Makassar, dan sebagainya.
Tentunya,
menulis advokasi dan kritik tak boleh asal. DIKSI harus diperhatikan dengan
baik, tidak marah-marah atau emosi dalam menuliskannya. Saya menuliskannya
bukan tanpa dasar. Sudah ada pengetahuan yang saya peroleh sebelumnya (seperti
dasar hukumnya) dan berusaha mengolah diksi sebaik-baiknya.
Foto: Kak Arniyati Amin |
Yang
harus diingat, penting dalam menjadi blogger adalah KONSISTENSI MENULIS. Bagaikan warung yang keseringan
tutup, jarang update membuat orang melupakan tulisan kita. Kalau
konsistensi terjaga, pembaca yang sudah suka dengan cara menulis kita akan
kembali sewaktu-waktu.
Saya
jadi ingat, dulu ada warung tetangga di depan rumah. Namun, karena keseringan
tutup, saya melewatinya saja jika ingin membeli sesuatu. Saya malah pergi ke
warung yang letaknya lebih jauh dan baru sadar kalau warung depan rumah itu
buka dalam perjalanan pulang ke rumah. So, kita mau menjadi yang
dilupakan atau yang diingat?
Makassar, 7 Februari 2019
Share :
menurut saya lebih bagus melalui video mbak karen orang indonesia lebih suka video daripada membaca
ReplyDeleteSemua orang berhak memilih cara yang mampu dilakukannya. Saya menulis karena itu yang paling mudah buat saya dan setelah itu saya melakukan langkah lain juga, seperti berbicara dan menggunakan media sosial. Kalau Anda mampu membuat video ya silakan, daripada tidak melakukan apa-apa, iya kan? Ditunggu karya video advokasinya :)
Deletesetuju pake banget kak. setidaknya blog kita bisa bermanfaat bagi banyak orang. tidak sekadar jadi tempat curhat seperti blogku :D
ReplyDeleteBermanfaat blog ta' koq. Tulisan curhatnya pun bermanfaat. Trust me.
Deletesalam kenal kak
DeleteAiii saya selalu mau diingat kodong, apalagi untuk orang seusia seperti saya ini. Makanya saya belajar jadi penulis biar bisa diingat terus.
ReplyDeleteBetewe, saya hadir juga di acara ini. Alhamdulillah ketemu dengan orang-orang di luar komunitas IIDN memberi nuansa baru, pengetahuan baru. Terutama tentang advokasi. Tulisan dek Niar memang selalu mengadvokasi masyarakat. Terus berkarya!
keren memang kak Niar!
ReplyDeleteada banyak advokasi yang dilakukannya, bukan sekadar menulis remeh temeh - yang kalau kak Niar yang tulis tetap juga enak dibaca.
saya sampai berpikir, apakah saya juga pernah melakukan advokasi ya?
kayaknya sih belum..
doh!
Sayang sekali, nggak bisa hadir di acara tersebut, padahal udah liat infonya dan pengen juga ketemu sama IIDN Makassar.
ReplyDeleteTernyata menulis di (blog) bisa punya pengaruh yang luar biasa ya Kak. Selama ini saya nulis ya nulis saja (sharing for caring) tapi nggak kepikiran kalau blog bisa jadi advokasi. Thanks for sharingnya kak :)
Dengan menulis kita bisa menyampaikan imformasi..mengkritisi, menyampaikan pendapat, mengungkap fakta termasuk advokasi dll .setuju banget dalam menulis kita harus mengikuti etikanya supaya ngak terjadi seperti kasus media online di atas
ReplyDeleteHahaha konsisten menulis. Oh no, ini memang pukulan telak buat saya. Hahaha~ semoga dengan ikutan BW ini bisa membantu saya untuk lebih semangat menulis postingan-postingan baru kembali. Amin~~
ReplyDeleteCakep nih tulisan, ini kayaknya salah satu tujuan mulia seorang blogger, citizen reporter dst, makasih inspirasinya, sayang kalau ide-ide perbaikan dan protes hanya menjadi gosip, mending ditulis di blog biar mendapatkan feedback.
ReplyDeleteBagus banget kegiatan IIDN ini. Bermanfaat karena banyak ilmu yang didapat. Sayang banget saya gak bisa hadir waktu itu...
ReplyDeletejika tulisan yang kita buat itu
ReplyDeletebertujuan untuk memberi penyadaran
kepada masyarakat, apalagi jika konsisten melakukannya
dan menjadi sebuah proses panjang yang masuk
dalam agenda atau misi khusus kita ngeblog
maka itu berarti kita telah melakukan ADVOKASI.
Berarti kalau misalnya saya menulis tentang keperawatan agar masyarakat mengerti tentang sebuah fenomena atau prosedur itu termasuj advokasi yah kak?
Hi tetangga yg tak pernah bertemu :)
ReplyDeletesaya mau menjadi yang diingat. tapi saat ini masih rada susah untuk konsisten menulis.
Alhamdulillah, cakap Kamisan IIDN kmrn merupakan kegiaTn pertama yg sy ikuti 😍 kapan lg ad kak? Mauka lagi ikuut
ReplyDeleteYup itulah fungsi menulis menghubungkan penulis dan pembaca agar pesannya tersampaikan melalui advokasi. Pasti kita merasa senang stelah menulis dan dibaca oleh orang, karena pesan nya tersampaikan, org yg tdk tahu menjadi tahu, dan tentunya tulisan kita adalah karya yang tdk termakan waktu. Kapanpun org membacanya informasi yg ada dalam tulisan tetap berharga. ^^
ReplyDeleteSaya baru tahu kak bahwa advokasi bisa melalui tulisan kita di blog. Saya pikirnya itu advokasi biasanya kita rapat di kantor ataupun di hotel bersama para stakeholder, bahas masalah, cari jalan keluar, dan keluarkan kebijakan (hehee... ternyata advokasi tidak harus seserius itu ya kak)
ReplyDelete"Yang harus diingat, penting dalam menjadi blogger adalah KONSISTENSI MENULIS. Bagaikan warung yang keseringan tutup, jarang update membuat orang melupakan tulisan kita".==> hadeh... kalimat ini menohok, hehehe... saya lebih sering tutup warung, pantas daganganku tidak laku2 :D
Senang sekali bisa bernagi dengan teman teman di K-HUB kemarin. Semoga apa yang disampaikan dapat di manfaatkan dgn baik
ReplyDeletesya yang gak sempat hadir di sini akhirnya jadi bisa juga kecipratan ilmu nya dan materi yang dibawakan waktu itu , makasih ulasannya kak niar.
ReplyDeleteBagusnya tawwa materi yang kak Niar bawakan. Dan senangku kalau dishare juga di blog, kita yang jauh ini jadi berasa ikut juga acaranya. Makasih yaa kak..
ReplyDeleteinspiratif,, 👍
ReplyDeletekunjungi alamat blog sy juga ka'
muftihaturrahmah95.blogspot.com
Itu merupakan aksi blogging yg positif. Mengingat belakangan ini para blogger condong ke arah yg negatif dan merugikan banyak pihak, seperti membuat konten hoax, mempopulerkan gambar2 porno dll.
ReplyDeleteSalam kenal mugniar