Alat Kesehatan untuk Korban Gempa Donggala

Kalau bukan karena dokter bedah ortopedi ini: Dokter Andi Nusawarta – kawan sekelas saat SMA, saya kira tidak akan terpikir bagi kami – alumni kelas Fisika 2 angkatan 1992 untuk menyumbang dalam bentuk alat-alat kesehatan bagi korban gempa Donggala.


Pak Dokter yang memberikan ide itu menawarkan kami untuk bergabung dengan Dokter Andi Fondation – yayasan yang didirikannya supaya bisa memberikan bantuan yang lebih signifikan kepada para korban gempa yang mengalami cedera dan trauma karena gempa bumi pada sistem muskuloskeletalnya.

Sistem muskuloskeletal adalah sistem penopang bentuk badan dan pergerakan tubuh manusia. Sistem ini terdiri atas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.


Nah, korban seperti ini relatif banyak setelah gempa bumi berkekuatan besar. Salah satu di antaranya adalah keluarga saya dan seorang bocah yang pernah saya ceritakan pada tulisan berjudul Harapan untuk Bangkit dari Gempa Donggala.

Baru pada tanggal 7 malam lalu ada kabar dari Prof. Idrus Paturusi melalui Dokter Andi, kapan tepatnya kami bisa berkunjung ke RS Unhas untuk menemui Prof. Idrus. Kabarnya, kami akan diterima oleh pak profesor antara pukul 9 – 12, pada tanggal 8 Oktober. Karena informasinya mendadak maka tak banyak anggota grup yang bisa hadir. Saya datang bersama Rina, Nine, Hendra, dan tentu saja pak dokter kawan kami yang biasa disapa Cua.

Dokter Jainal dan Dokter A. Nusawarta

Kami berempat menunggu Dokter Cua di gedung rumah sakit Unhas yang terletak di sisi kanan gedung PCC (Private Care Center) dan PJT (Pusat Jantung Terpadu). Dari kafetaria, kami berpindah ke lantai 3, menuju ke tempat yang kata dokter Cua merupakan tempat pertemuan yang telah ditentukan oleh Prof. Idrus Paturusi.

Namun di sana kami hanya menemui ruang-ruang perawatan. Dua orang yang mengenakan jas dokter mengatakan tak ada ruangan Prof. Idrus di situ. Aih rupanya kami salah gedung. Gedung yang dimaksud Prof. Idrus adalah gedung yang terletak di sisi kanan RS Wahidin Sudirohusodo. Gedung itu merupakan gedung rumah sakit pertama yang dapat dicapai dari arah jalan Perintis Kemerdekaan.

Serah-terima

Gedung tempat pertemuan disebut sebagai “Gedung A”. Di sanalah tempat Prof. Idrus berkantor. Di gedung itu ada ruangan-ruangan yang dijadikan ruang pertemuan. Kalau di gedung yang kami datangi pertama kali itu hanya ada kamar-kamar perawatan, poliklinik, dan fasilitas lain penunjang operasional rumah sakit.

Alat kesehatan ini mirip gerendel, ya 🙍

Well, sekarang ini, mencari tempat di rumah sakit di kawasan Universitas Hasanuddin harus mengantongi informasinya yang detail karena sudah ada 5 gedung rumah sakit di sana. Kalau zaman saya kuliah dulu – di tahun 90-an, baru ada satu rumah sakit saja, yaitu RS Wahidin Sudirohusodo. Lumayanlah, kami berjalan kaki dari gedung belakang ke gedung depan. Sekalian olahraga haha.


Tak begitu sulit menemukan ruangan tempat Dokter Andi Nusawarta menunggu kami walaupun dia tak menjawab telepon. Di salah satu ruangan di lantai 3, kesejukan air conditioner cukup menghibur kami yang habis berkeringat-keringat usai berolahraga ringan.

Di atas sebuah meja besar yang dikelilingi kursi-kursi beroda, ada peralatan kedokteran ortopedi yang sekilas wujudnya mirip gerendel. Eh bukan gerendel tapi mirip engsel pintu. Ternyata itulah external fixator dalam beberapa ukuran. Ada yang besar dan ada yang kecil. Orang awam biasa menyebutnya “pen”, merupakan penyangga di bagian tubuh manusia ketika terjadi patah tulang.


Wuah, memperhatikan barang-barang itu membuat saya merasa merinding-merinding gimanaa gitu karena membayangkan barang-barang itu ada di dalam tubuh saya. Sementara bendanya tidak ringan. Katanya ada beberapa macam juga yang seperti itu. Yang paling ringan terbuat dari titanium dan harganya mahal. Harga satu set-nya yang dari titanium itu bisa mencapai 12 juta rupiah! Kalau yang ini tidak sampai segitu harganya namun tentunya bisa juga dipergunakan.

Selama menunggu Prof. Idrus, Dokter Jainal – salah seorang dokter ahli bedah ortopedi RS Unhas menemani kami mengobrol. Temanya apa lagi kalau bukan seputar gempa Donggala dan para korbannya. Intinya ya, banyak bahan pelajaran penting dari kejadian luar biasa itu, sekalian buat bahan introspeksi diri kami juga.

Prof. Idrus Paturusi (duduk)

Saat Prof. Idrus tiba, kami berpindah ke sebuah ruangan yang lebih besar. Ada deretan meja berformasi nyaris lingkaran dengan kursi-kursi beroda di sekelilingnya. Saat kami sedang ngobrol, 3 orang ibu dari Komunitas Ibu Cerdas Indonesia wilayah Sulawesi Selatan ikut bergabung. Komunitas ini diprakarsai Ratih Sanggarwati dan merupakan komunitas yang bergabung dengan yayasan yang didirikan Dokter Andi Nusawarta dalam memberikan bantuan alat kesehatan kepada korban Gempa Donggala.

Prof. Idrus menyampaikan, sudah sekira 200 korban Gempa Donggala dioperasi di RS Wahidin. Korban cidera dari Palu sudah tidak akan diarahkan ke RS Unhas lagi melainkan para tenaga medis dari Unhas yang akan ke lokasi bencana secara bergantian[1].


Palu sudah mulai bangkit. Prof. Idrus menyarankan berikut-berikutnya kalau hendak menyumbang lagi, arahkan ke dapur-dapur umum yang bertebaran di seantero lokasi bencana. Bisa datang ke sana langsung untuk memberikan bantuan agar paham keadaan di sana. Bantuannya berupa uang saja karena toh pasar tradisional sudah mulai beroperasi.

Kami menyimak penuturan Prof. Idrus seputar manajemen bencana. Bagaimana membenahi 70.000 rumah yang rusak tidak bisa dalam tempo hanya sepekan. Ada berbagai masalah di sana, masalah air, lingkungan, MCK, kesehatan, dan sebagainya yang butuh waktu cukup lama untuk menyelesaikannya.


Cukup lama juga kami berbincang dengan Prof. Idrus. Eh bukan kami, sih. Saya cuma mendengar pembicaraan para dokter ini hehehe. Yang jelas, pengalaman ini menarik bagi saya. Sebagai alumnus UNHAS, tentu saja saya kenal nama besar Prof. Idrus Paturusi yang pernah menjadi orang nomor satu di UNHAS.

Nama beliau juga sering saya dengar dari suami yang pernah ikut berlatih kempo beberapa kali di kediaman beliau. Di Makassar ada grup latihan kempo yang anggotanya “para sesepuh”, bertempat di tempat tinggal Prof. Idrus Paturusi. Pak suami merupakan peserta termuda dalam grup itu (tapi sekarang suami saya tak di situ lagi latihannya). Dari pak suami juga saya dengar kalau Prof. Idrus ini orang yang senantiasa gerak cepat jika ada bencana besar terjadi di negara kita. Nama besar beliau adalah alasan kuat bagi saya untuk ikut dalam rombongan kecil ini.

Dudi sang pelari menyempatkan berkumpul di sini.

Pertemuan di salah satu ruangan pada bagian Bedah Ortopedi RS Unhas hari itu harus berakhir. Saya dan kawan-kawan meninggalkan area Universitas Hasanuddin pukul 12 lewat. Namun kebersamaan kami belum berakhir, dong. Pak Dokter Cua mengajak kami makan siang di rumah makan miliknya: AROMA PALOPO jalan Lanto Daeng Pasewang. Sekaligus reuni kecil-kecilan kelas Fisika 2 angkatan 92 SMAN 2 Makassar juga.

Sembari menikmati kapurung, palumara lamuru, ikan goreng rica, perkedel jagung, perkedel ikan mairo, lawa, dan ongol-ongol, kembali memori masa lalu berputar di antara kami. Bukan karena tidak bisa move on, ya Gaes. Yang namanya reuni di mana-mana itu ya pastinya membahas cerita masa lalu.

Kapurung. Foto: Hendra.
Ongol-ongol. Foto: Hendra.

Tentunya ada pula cerita masa kini, termasuk tentang kantor baru Dokter Andi Fondation yang terletak di lantai 2 rumah makan Aroma Palopo. Dokter Andi memperlihatkannya kepada kami sebelum kami bergantian menunaikan shalat zuhur di mushola yang juga terletak di lantai 2 gedung itu. Alhamdulillah, hajat ke rumah sakit Unhas sudah tertunaikan, kebersamaan kami hari itu ditutup dengan makan siang bersama yang lezat.

Makassar, 15 Oktober 2018


Baca juga cerita reuni SMA saya yang ini, ya:




[1] Dari berita malam di Celebes TV saat saya menuliskan ini (pada tanggal 15 Oktober 2018), dikatakan bahwa RS Wahidin masih akan terus menerima pasien korban Gempa Donggala sampai batas waktu yang belum ditentukan. Saya belum tahu bagaimana koordinasi RSWS dan RS Unhas mengenai hal ini.



Share :

19 Komentar di "Alat Kesehatan untuk Korban Gempa Donggala"

  1. Semoga berbagai macam bentuk bantuan segera tersalurkan kepada korban Palu :)

    ReplyDelete
  2. Wah bantuan yang sangat berarti ini. Semoga Palu dan Donggala bisa segera bangkit lagi

    ReplyDelete
  3. Semoga lancar pengiriman bantuan ke Palu dan Donggalanya. Kasihan para korban gempa :(

    ReplyDelete
  4. wah keren ini semoga bantuan ini bermanfaat ya

    ReplyDelete
  5. Bermanfaat banget ini mba
    Amal jariyah yang luar biasa
    kindly visit my blog: bukanbocahbiasa(dot)com

    ReplyDelete
  6. dr.Andi teman sekolah ta, kak? Suaminya temanku itu, Farah. Sesama karyawan Manajemen MaRI dulu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow ... Mami Ery teman dari istrinya dokter Andi toh? Iya, beliau teman SMAku

      Delete
  7. Alhamdulillah.... bantuannya meringankan penderitaan saudara-saudara kita di Palu dan sekitarnya. Semoga kebaikan teman-teman yang telah membantu, mendapat balasan kebaikan dari Sang Pencipta. Aamiin...

    ReplyDelete
  8. Aku jga selama ini nggak pernah terfikir untuk menyalurkan bantuan berupa alat kesehatan. Padahal itu juga sangat diperlukan untuk para korban ya mbak. Ayo bangkit lagi Palu dan Donggala!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, sangat diperlukan. Semoga saja bermanfaat.

      Delete
  9. Alhamdulillah semoga palu mulai bangkit lagi,, semoga menjadi amal jariyah bagi yang senantiasa meringankan tangan untuk membantu, salah satunya prof. Idrus, selalu klo ada bencana beliau langsung turun tangan kak di'.. Masyaa Allah..

    Tapi BTW itu endingnyaaaa Subhanallahh bikin lapar dan kangen pulang ke makassar kak.. dak kuatku liat gambarnyaaaa.. hikssss

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, semoga beliau sehat terus ya dan membawa berkah bagi banyak orang.

      Ayo kalo pulang ke Makassar ke Aroma Palopo, ya Unna.

      Delete
  10. Mudah-mudahan teman kita yang ada di sana dapat terbantu dengan alat keshatan ini

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^