MIWF 2016: Foto yang Bercerita

Tanggal 18 – 21 Mei yang lalu, di beberapa lokasi di Makassar diselenggarakan Makassar International Writers Festival (MIWF) untuk yang keenam kalinya. Ajang ini berlangsung annual sejak tahun 2011. Pada tulisan ini, saya akan menceritakan mengenai materi Workshop: Writing & Photography yang dibawakan oleh Agustinus Wibowo di Chapel, Fort Rotterdam pada hari pertama MIWF 2016. Oya, ini kedatangan Agustinus yang kedua kalinya di MIWF, lho.


Sayang sekali materi ini berlangsung nyaris paralel dengan dua materi menarik lainnya: peluncuran novel Natisha karya Khrisna Pabhicara yang menghadirkan penulisnya (berlangsung di South Verandah, Fort Rotterdam) dan Panel Discussion: The Journey of Moving Libraries in Indonesia  yang menghadirkan Nirwan Arsuka dan M. Ridwan Alimuddin. Saya mengatakannya paralel karena kedua  materi ini dijadwalkan berlangsung pada pukul 15.30 – 17.30 sementara materi Agustinus Wibowo berlangsung pada pukul 16.00 – 17.30. Ah, andai saja saya seperti amoeba yang bisa membelah diri.

Karena harus memilih, saya memilih menghadiri materi Agustinus Wibowo karena materi ini lebih bermanfaat pada aktivitas saya sebagai blogger ketimbang kedua materi tadi.

Foto yang bercerita


Agustinus memperlihatkan banyak foto hasil jepretannya kepada peserta workshop. Semua foto yang ditampilkannya bagus dan ia bisa bercerita melalui foto-foto itu. Salah satu cerita adalah dari sebuah foto yang memperlihatkan seorang anak yang tengah sedih karena telur jualannya tumpah di sebuah pasar di Kabul. Rupanya di balik gambar itu ada cerita lain. Anak itu – menurut orang-orang yang berada di pasar, menumpahkan telur-telur jualannya dengan sengaja guna mendapatkan simpati dari orang-orang yang lalu-lalang di situ.

Para peserta workshop menikmati sajian foto-foto Agustinus Wibowo
Saya mencatat hal-hal penting dari penyampaian Agustinus Wibowo, sebagai berikut:

Foto bercerita yang bagus ...

  • Agar mendapatkan “roh” dari orang-orang yang difoto, bukan berarti harus berada terlalu dekat dengan mereka.
  • Foto yang bagus membutuhkan interaksi yang sangat panjang dengan obyeknya. Dengarkan dan pahami cerita mereka. Cari angle dan momen yang mewakili.
  • Perlu diperhatikan dalam menghasilkan foto yang bagus: bagaimana memasukkan semua detail dan fokus pada satu titik.

Ekspresi dan angle

  • Ekspresi orang yang difoto harus natural. Tidak boleh menyuruh orang lain untuk melakukan hal yang tidak dilakukannya (untuk foto jurnalis).
  • Gunakan semua angle. Ambil banyak (sekali) foto, bisa jadi 100 – 1000 foto untuk satu cerita. Bereksperimenlah dengan segala sudut, keadaan, dan komposisi.
  • Ketika memilih satu dari banyak foto, ambil angle tertentu yang bisa memberi makna secara simbolik. Agustinus memberi contoh mengenai peringatan hari Asyura di mana orang Syi’an sampai berdarah-darah melukai dirinya sendiri. “Jangan ambil darahnya, ambil angle dari bawah,” Agustinus memperlihatkan foto yang memperlihatkan foto yang mengambil angle dari parang yang dipegang dan dipergunakan melukai badan.

Momen, alias keberuntungan

  • Bukan hanya teknik dan konsep yang dibutuhkan. Ada “keberuntungan” di dalam menghasilkan foto yang bagus, yaitu “momen”.
  • Dalam menunggu momen yang pas, mau tidak mau harus sabar. Agustinus memperlihatkan contoh fotonya yang mengambil gambar anak-anak taman kanak-kanak di Mongolia. Ketika semua anak berbaris dan semuanya menghadap ke depan, tak ada yang menarik di foto itu. Namun ketika ada seorang anak ada yang bosan dan mengganggu kawan-kawannya, foto yang dihasilkan menjadi lebih hidup.
  • Pilih momen yang manusiawi. Foto jurnalistik juga tentang kemanusiaan. Ada dilema tetapi foto yang dibuat bisa menjadi pesan kepada khalayak mengenai adanya orang-orang di daerah-daerah tertentu yang butuh bantuan. Foto adalah jurnalisme yang serius.
  • Tidak semua foto harus tajam. Agustinus memperlihatkan foto yang sedikit kabur tetapi bisa memperkuat pesan yang ingin disampaikan.

Detail dan konflik

  • Detail merupakan bagian yang penting dari sebuah foto. Potret tangan bisa mewakili cerita. Serumit apapun foto, akan membawa orang yang melihatnya kepada satu titik. Detail juga bisa dicari pada wajah (misalnya pada senyum). Agustinus memperlihatkan beberapa foto: anak kecil yang mengenakan celana pink di padang gersang dan payung pink yang digunakan perempuan berjubah dan bercadar hitam yang tengah berjalan kaki di tengah badai salju.
  • Konflik sebagai elemen cerita adalah hal bertentangan yang diperlihatkan pada sebuah foto dan menjadikan foto itu menarik. Contohnya adalah foto seseorang yang tidak memiliki kaki tetapi tetap menjaga postur badannya.

Riset dan kejujuran

  • Fotografi bukan semata-mata tentang kamera. Kamera ponsel pun bisa digunakan. Fotografi adalah cara bagaimana memandang dunia dan mengungkapkan cerita lewat gambar.
  • Riset penting. Ada etika, tidak semua foto bisa diambil. Ada aturan tertentu yang harus diketahui dari riset. Mintalah izin dari subyek foto. Penting untuk mengetahui sejarah dari latar belakang (misalnya bangsa) dari subyek foto.
  • Sampaikanlah cerita, bukannya mengeksploitasi. Kejujuran adalah keharusan dalam fotografi. Editing adalah pekerjaan wajib dalam fotografi tetapi jangan menambah ataupun mengurangi. Agustinus memperlihatkan sebuah foto yang dikatakan “curang”. Di dalam foto itu, jumlah orang yang berada di sebuah tempat dikurangi padahal orang itu berada di tengah-tengah.
Konflik sebagai elemen cerita adalah hal bertentangan yang diperlihatkan pada sebuah foto dan menjadikan foto itu menarik
Salah satu foto Agustinus Wibowo

Bagaimana membuat tulisan dari foto

Dalam memadukan foto dan tulisan, perhatikan kaidah 5W+1H. Selain itu, perlu adanya editing. Agustinus memperlihatkan foto-foto pilihan yang dijepretnya saat ada upacara kematian di Toraja. Dari 20.000 foto yang diambilnya, dia memilih 10 foto yang paling bagus. Foto-foto itu melalui 7 level seleksi. Jangan masukkan semua elemen dalam satu foto. Setelah mendapatkan 10 foto, Agustinus menata urutannya untuk dibuat tulisan. Ia menyusun mulai dari gambaran umum hingga spesifik, dari situ bisa dibuat kerangka tulisannya.

***

Sayang sekali, waktu maghrib sudah sangat dekat. Workshop ini harus segera diakhiri tanpa sesi tanya-jawab. Hm, mudah-mudahan saja Agustinus mau merespon kalau-kalau saya tiba-tiba punya pertanyaan untuknya. By the way, saya suka sekali materinya, terima kasih, ya sudah berbagi dengan kami Agustinus.

Makassar, 30 Mei 2016

Bersambung




Share :

14 Komentar di "MIWF 2016: Foto yang Bercerita"

  1. Waaahh selalu kereen tulisannya bu Niar...

    Btw, kalau IIDN masih perlu workshop tentang fotografi, om Rustam, eehh pak Awal bisa kasih materi bu.. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah ..... terima kasih Kak. Nanti kita cari waktu, yaa :)

      Delete
  2. Saya suka ikuti instagram feed Agustinus Wibowo. Memang foto-fotonya berbicara. Keren!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar, keren. Di Twitter dan fan page Facebook-nya juga bisa diikuti update foto-fotonya.

      Delete
  3. Di tempat Mba Niar sepertinya ramai banyak acara ya... apalagi kalau acara writing seperti itu, seneng banget ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah sering ada event keren, Mbak Santi.

      Delete
  4. sayangnya saya gak bisa ikutan waktu itu hiks..hikss padahal sudah direncanakan ,, eh kendaraan ada yg pakai huhuhuhu

    ReplyDelete
  5. jd gk asal jepret gt ya mak niar, aku nih biasanya gitu, tp abis baca tulisan dikau insyaAllah gk gt lagi dah, kn jg pgn gitu ngasilin gambar yg bercerita.
    tengkiu sharenya ya mak niar, kece ilmunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mudah2an kita sama2 bisa belajar ya Mak Inda hehehe soalnya saya pun suka asal jepret

      Delete
  6. Saya pernah ikut workshop menulisnya di Jakarta. Ceritanya doi emamg selalu menarik Mbak. Ada cerita dalam setiap perjalanannya, ngga hanya sekedar mengunjungi tempat wisata. Saya suka point of viewnya doi.

    ReplyDelete
  7. Sampai saat ini masih belajar bikin foto yang Bagus dan bisa bercerita...

    ReplyDelete
  8. Terima kasih sudah berbagi Niar. Jadi ikut bisa menikmati materi yang dibawa oleh Agustinus Wibowo. Penulis perjalanan favorit saya :)

    ReplyDelete
  9. wah kerennn.. fotonya banyak mengandung makna

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^