Lampu yang Aneh

Siang tadi ke mal Panakukang, seperti biasa berboncengan dengan suami dan Athifah yang tak mau ketinggalan. Ada yang hendak saya cari dan adanya di sana. Entah sudah berapa lama saya tak ke sana. Sepertinya sudah lebih setahun, yah ... mal memang bukan tempat yang bisa membuat saya bolak-balik mendatanginya J. Terakhir ke sana, masih ada petugas di pintu masuk yang mengetikkan nomor plat motor kami. Sekarang tidak lagi, sudah otomatis. Tinggal ambil karcis yang sudah bertuliskan plat nomor motor.

Dasar katrok ya, tiket parkir otomatis saja difoto ahahaha
Syukurlah, barang yang saya cari ada, murah pula. Tak salah saya mencarinya di situ. Usai mendapatkannya, kami pun pulang. Cuaca hari ini bersahabat, bagi kami dan para demonstran yang katanya sedang memperjuangkan agar BBM tak jadi naik (katanya sih memperjuangkan tapi koq kenapa banyak menyusahkan warga?). Siang ini tak hujan. Tiba di persimpangan jalan Boulevard – Pettarani, suami saya menghitung, “Satu ... dua ... tiga.”

Sesaat saya bingung. Apa yang dihitungnya?
“Empat ... lima ... enam,” lanjutnya.
Aih, saya paham. Ia menghitung berapa lama lampu hijau di deretan rambu lalu-lintas di sudut itu menyala. Sebelumnya suami saya mengatakan, “Lampu jalan di sini cepat sekali hijaunya.”

“Tujuh ... delapan ... sembilan ... sepuluh.”
Pas di hitungan ke sepuluh, lampu jalan itu berubah merah.
Hm, kali ini saya terpancing rasa penasaran hendak mengetahui berapa detik lampu merahnya menyala.

Lampu merah di persimpangan Pettarani - Boulevard
Lihat, lampu merah itu tertawa!
Mobil yang melintas di seberang hanya satu-dua
pas lampu merah
Saya pun mulai menghitung pelan, “Satu ... dua ... tiga ... empat ... lima.”
Pengendara motor dan mobil sudah mulai banyak di sekitar kami, menunggu.
Hitungan saya lewat sepuluh. Warna merah masih bertengger di situ.
Saya terus menghitung.

“Tiga puluh ... tiga puluh satu ... tiga puluh dua ... tiga puluh tiga.”
Warna merah masih tersenyum di sana.

“Empat puluh satu ... empat puluh dua ... empat puluh tiga ...”
Kini ia tertawa, bukan hanya tersenyum.
Ck ck ck ... betul, lama sekali!

“Lima puluh tiga ... lima puluh empat ... lima puluh lima.”
Hah, baru ia mau berlalu.
Astaga, lama sekali.
10 detik banding 55 detik?

“Jadi ingat iklan televisi. Kalau iklan lamanya minta ampun. Pas masuk acaranya, belum apa-apa sudah pindah iklan lagi,” kata saya pada suami.

“Kenapa tidak sekalian dipasangi iklan ya,” kata saya ngawur.

“Tunggu saja, bisa jadi suatu saat nanti ada iklan di situ,” sahut suami saya.

Tahukah kawan, aturan logis mengenai lamanya lampu jalan ini pantas mengatur kita? Bagaimana pula jika kita dipaksa nonton iklan sembari menunggu lampu merah tertawa?


Makassar, 29 Maret 2012

Bisa dibaca juga tulisan yang lain ya kawan ...



Share :

34 Komentar di "Lampu yang Aneh"

  1. hihihi sama kaya aku mbak suka ikutan menghitung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apa ada ya, yang lampu merahnya hanya 10 detik, mbak Lidya? :D

      Delete
  2. bener tuh mbak, di pasang tv lebar gitu mendingan sekalian nonoton hehehe...

    ReplyDelete
  3. di jakarta lebih lama lagi, ada yang sampe 250 detik. hebat ya jakarta, bener, mending di pasangi iklan ja, biar ad hiburan. hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hah 250 detik? Astaghfirullah, penantian di sini ndak ada apa2nya rupanya. Jadi makin besar kota bisa jadi makin lama lampu merahnya menyala?

      Delete
  4. wah di pasang iklan, ga kebayang dah. tapi ada benarnya juga. hahah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maksudnya .. lebih asyik nonton iklan kalo lampu merah ya :D

      Delete
  5. Kalo di tempatku sudah ada penghitung waktu mundurnya mbak,jadi gak usanh ngitung hehe...

    ReplyDelete
  6. Niar... aku datang tp blm bisa ninggalin komen berarti nih, ikut senyum membaca ulasanmu... emoh ah kalo disuguhi iklan segala, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mending film atau penyanyi yang kak Alaika sukai ya... ^__^

      Delete
  7. wah, kalo di surabaya ada hitungan mundurnya, jadi ga perlu hitung manual mbak. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. DI Makassar, tdk tahu di mana yang sudah ada ...
      Yang kami lewati itu belum ada tuh ...

      Delete
  8. hehehehehe... ikutan tertawa seperti lampu merah..
    kan sdh ada waktu penghitung mundur bunda..??
    kadang be-te juga dgn lampu merah yg lama palagi pas ada jln keretanya... hmmm...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak ada tuh ayah Devon :D
      Wuah untung nggak ada kereta api di Makassar :D

      Delete
  9. Aku juga suka ngitungin detik2 lampu merah berubah jadi hijau mbak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah, ternyata bukan cuma saya yang ngitungin detik di situ ya :D

      Delete
  10. eh ternyata ada lampu merah yang cuma 10 detik to mbak...? hihi.....kebetulan saya belum pernah mengalaminya mbak...cepet banget ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lampu merahnya 55 detik mbak. Hijaunya yang 10 detik... :)

      Delete
  11. pokoknya aku paling sebel klo jalan kena lampu merah kak,jadi ingat dulu klo berboncengan pas lampu merah temanku selalu bilang pasti atma belum mandi nih soalnya kena lampu merah mlulu',apa hubungannya ya??hehee

    tp klo dienrekang skrg kak,udah ada penghitung mundurnya,jadi ga perluh ikut ngitung juga..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, ini info menarik. Kapan2 kalo ketemu Atma jangan sampai berboncengan dengan Atma yah hehehe
      *Bercanda*

      Lampu yang itu, rupanya penghitung mundurnya sedang tak bekerja. Sy pikir memang tdk ada *dasar katrok ya hehehe*

      Delete
  12. hahaha iya bener.. kalo lagi kejebak lampu merah itu rasanya luar biasa, gado-gado.. apalagi kalo pas naik motor/bus, trus panasnya luar biasa.. cocok, berasa jadi hidup selama seribu tahun dijalan.. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe ... saya heran saja Dhe, koq tega2nya ya lampu merah dan hijau dibuat seberbeda itu waktunya :D

      Delete
  13. kalau di kota besar banyak yg spt itu, red light'nya lama banget. Kalau ketiban bagian belakang pas sampai dekat lampu merah..dah nyala lagi deh tuh si merahnya. Another view, kita bisa 'menghargai' betapa berharganya hitungan waktu dalam detik kalau di lampu merah ya Mbak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahaha .. benar mbak Ririe. Sepertinya waktu masih di Pekanbaru saya pernah mengalami itu. Sudah payah2 menunggu lampu merah eh, hijaunya cuma sekelebat. Jadinya pas sampai di dekat lampu lalu lintas, sudah merah lagi :D

      Betu .. betul .. terimakasih sudah mengingatkan mbak Ririe. Di saat seperti itulah seharusnya kita jadi sadar mengenai betapa berharganya waktu ya ...

      Delete
  14. Hehehe,,ditemaptaku malaha ada yang sampai 100 Kak, tapi setelah ditunggu eh tenyata pas dapat 1-50 Merah, 51-75 hijau (sebelah kanan-kiri), saya rasa²kan kok lebih lama pas merah ya,,aneh pokoknya :)

    ReplyDelete
  15. piye kalau lampu merahnya tiap minggu diganti-ganti warnanya, biar gak bosenin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Usul yang bagus mas. Kayaknya lebih menarik kalo warna lampunya ganti2 :D

      Delete
  16. Kunjungan perdana Mbak, saya suka petikan "katanya sih memperjuangkan tapi koq kenapa banyak menyusahkan warga"
    Ikut nyimak artikelnya dan salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berarti kita sependapat ya ...
      Iya, mbok konsisten gitu. Kalo memperjuangkan jangan menyusahkan. Menutup badan jalan kan menyusahkan banyak orang. Telinga mereka jadi pekak dengan omelan warga :(

      Delete
  17. bagus lah nama nya jln .nan pasti ada lampu merah nyr nabrak lg

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^