Yang Pertama Adalah yang Terbaik - “Siapa di sini yang sudah dua kali menikah?” tanya seorang kawan cowok yang duduk di samping saya kepada teman-teman cowok lainnya pada sebuah pertemuan reuni. Dia sendiri sudah dua kali menjalani pernikahan.
Beranda / Memantaskan yang Pantas
Showing posts with label Memantaskan yang Pantas. Show all posts
Showing posts with label Memantaskan yang Pantas. Show all posts
Pelecehan Seksual Bukan Lelucon
Berita mengenai pelecehan seksual yang
dilakukan 3 siswa dan 2 siswi SMK terhadap seorang siswi teman sekelasnya di
dalam kelas, di sebuah sekolah di Sulawesi Utara membuat saya terhenyak dan
mata saya berair. Berita televisi yang saya saksikan itu membuat perasaan saya
tercampur-aduk. Antara sedih, perih, dan marah.
Outbound Sekaligus Wisata Camping untuk Team Building
Outbound Sekaligus Wisata
Camping untuk Team Building - Seorang
konsultan pendidikan pernah mengatakan seperti ini, “Anak-anak kita terbiasa
diajar untuk berkompetisi. Mereka jago berkompetisi di sekolah. Tetapi
sayangnya anak-anak kita tidak diajarkan bagaimana bisa bekerja sama dengan baik
dalam sebuah tim.”
Rokok Harus Mahal untuk Selamatkan Bangsa
Rokok Harus Mahal untuk Selamatkan Bangsa - “Tabe’,
asap rokok ta’,” tegur saya tegas kepada seorang laki-laki yang berdiri
dekat saya. Tangan saya sibuk menghalau asap dari rokok yang jaraknya kurang
dari 50 cm dari hidung saya. Lelaki itu, saya duga dari wajahnya, usianya lebih
muda daripada saya. Saat itu saya sedang duduk dan dia berdiri di dekat saya.
Kami tengah menonton liga futsal antar angkatan 87 dan 88. Liga futsal yang
saya maksud merupakan rangkaian kegiatan HBH (Halal Bihalal) Ikatan Alumni Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin, belangsung di Gedung Futsal milik sebuah BUMN pada tanggal 18 Juni lalu. Untungnya lelaki tadi
berpindah menjauhi saya. Kalau tidak, dia mungkin akan melihat senioritanya ini mengamuk.
Songsong Tantangan Masa Depan Bersama dengan Oleh-Oleh Khas Kekinian
Saat
ini sedang marak dibicarakan mengenai artis-artis yang buka toko kue, seperti di
kota Makassar. Di Makassar ada Bosang (milik Ricky Harun) dan Makassar Baklave (milik Irfan Hakim). Saya menghadiri undangan soft launching kedua
toko kue yang mengusung brand yang
sama dengan nama toko kuenya tersebut. Sebagai undangan, saya sangat menghargai tuan
rumah dan seperti biasa, saya menuliskannya ke dalam blog ini. Tentu saja saya
tak akan menjelek-jelekkan tuan rumahnya tetapi saya berusaha menuliskan review dengan jujur. Kalau enak, pasti
saya bilang enak. Kalau ada ganjalan terkait rasa, akan saya tuliskan juga.
Karena Setiap Ibu Berhak Bahagia
Lagi-lagi
membahas kontroversi antara ibu bekerja dan tidak? Mau sampai kapan? Well, barangkali ada yang bertanya
seperti itu ya waktu membaca tulisan saya yang dimuat di rubrik Mimbar Kita,
Harian Amanah pada Hari Ibu lalu.
Saya
hanya bermaksud menuliskan hal-hal yang berkembang dalam pemikiran saya. Siapa
tahu ada yang mau diajak untuk berhenti memperdebatkan masalah kontroversi itu.
Sebab pada kenyataannya setiap orang punya alasan berbeda untuk pilihannya dan
tak ada yang berhak menghakimi. Tak ada orang yang berhak mengklaim dirinya
yang paling benar lantas kemudian saling mengolok-olok satu sama lain. Karena
alasan:
Dua Masalah Besar Anak-Anak Bangsa Ini
Bahwa sosialisai kebiasaan mencuci tangan itu sering
didengungkan, itu baik. Karena mendatangkan manfaat. Menurut penelitian oleh
Stephen P Luby, Mubina Agboatwalla, Daniel R Feikin, John Painter, Ward
Billhimer MS, Arshad Altaf, Robert M Hoekstra, resiko diare dan infeksi saluran
pernafasan bisa dikurangi lebih dari setengahnya dengan kebiasaan cuci tangan
pakai sabun.
Namun sayangnya, bagi sebagian anak cuci tangan
merupakan kemewahan, tidak seperti sebagian yang lainnya. Bila Anda ingin berpartisipasi untuk mereka,
bisa dengan menonton video di posting-an
berikut: Masa
Kecil Anak Ikut Tentukan Masa Depan Bangsa. Cerita lengkapnya tentang pentingnya
menjaga kebersihan bisa pula dibaca di sana.
Memandang Hal yang Sama, Harus Ada yang Dipersamakan
"Membaca koran jangan asal baca, baca apa yang ada di baliknya," itu pesan Pak Subari Waluyo - guru Fisika saya sewaktu SMP.
Waktu
pencapresan kemarin sampai sekarang pun berseliweran segala bentuk pendapat.
Saya mengamati saja, beberapa. Saya punya pilihan sendiri tapi saya memilih
untuk tidak ikut-ikut nyetatus.
Beda
dengan suami saya. Dia punya cara sendiri dalam berpendapat. Saat seorang
sahabat mengatakan, "Waah pilihannya (maksudnya: suami saya) kalah, Kak
Niar!" Saya mengatakan, pilihan saya dengan suami sama. Kami pendukung
capres yang sama.
Subscribe to:
Posts (Atom)