Ketika Nama dan Gelar Dituliskan

Ada pengetahuan tentang guru yang diwariskan dari kakak-kakak kelas yang sudah entah merantau di mana kepada kami saat SMA. Salah satunya adalah bagaimana menghadapi pak R – salah seorang guru Biologi yang berasal dari sebuah daerah di Sulawesi Selatan. Kata mereka, “Tuliskan nama lengkapnya beserta gelar kesarjanaannya beserta gelar kebangsawanannya di kertas ujianmu jika ingin mendapatkan nilai bagus dalam ulangan Biologi. Percayalah, karena Kami sudah membuktikannya.”
Alhasil nyaris semua siswa yang diajar olehnya di tahun itu menuliskan nama guru: “Drs. Haji Andi R A” di bagian atas kertas ulangannya. Lalu, apakah hasil ulangan menjadi sesuai harapan? Ternyata tidak saudara-saudara. Hasil ulangan yang kami terima masih sangat obyektif. Yang jawabannya bagus mendapatkan nilai bagus, yang tidak belajar mendapatkan nilai jelek.

Mungkin saja pada suatu masa trik itu memang berfungsi dengan baik. Tetapi setelah bertahun-tahun kemudian dan setiap siswa tetap menuliskannya, itu tidak lagi menjadi hal yang luar biasa bagi pak R. Hidungnya tidak lagi kembang-kempis dengan cara sogok murahan seperti itu.
Guru yang satu ini memang unik. Setiap mengajar ia selalu saja bercerita tentang teman-teman sekolahnya yang menjadi orang-orang besar, entah itu politikus atau profesor. Sampai-sampai saya mendapat kesan bahwa di angkatannya, hanya ia seorang yang menjadi guru sederhana, semua temannya sukses secara materi.
Pernah, seorang teman memancingnya dengan menyebutkan nama orang penting negeri ini yang berasal dari Sulawesi Selatan. Mereka bertanya, “Apakah Bapak mengenalnya?” Dengan bangga ia menjawab bahwa ia mengenalnya. Teman-teman menyebutkan nama-nama lain dan mengajukan pertanyaan yang sama. Ia masih menyebut mengenal mereka. Hebat betul bapak ini.
Lalu ada yang memberikan pertanyaan ngawur, ia menyebutkan nama artis yang bukan berasal dari Sulawesi Selatan lalu menanyakan, “Apakah Bapak mengenalnya?” Masih konsisten dengan jawaban semula, pak R menyatakan mengenalnya dan mengatakan nama yang disebut itu sebagai salah seorang temannya. Ah bapak, sungguh kasihan dirimu. Setelah jawaban itu, tak sadarkah engkau kelihatan konyol di mata anak-anak itu?
Makassar, 13 Januari 2012

Silakan dibaca juga ya ....:

Pelajaran Bahasa Indonesia: Bukan Sekadar Belajar Berbahasa

Share :

4 Komentar di "Ketika Nama dan Gelar Dituliskan"

  1. Replies
    1. Iya miss 'U ... kasihan. Mudah2an sudah berubah. Tapi saya tidak tahu lagi kabarnya

      Delete
  2. Kasihan gurunya apa kasihan sama saya Na?
    (Saya sudah bela2in tulis nama dan gelarnya panjang2 eh nda ngaruh hehehe)

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^