Karena Saya Sayang Mama

Athifah sedang kasak-kusuk di atas kursi, di samping meja makan.
Di tangannya ada toples plastik berisi biskuit kelapa kegemarannya.
Ia mencoba membuka toples itu namun tak berhasil.
Akhirnya ia meminta bantuan kepada mama yang melintas di dekatnya, “Mama, tidak bisa buka ini .. tolong dibukakan.”
Mama membukakan toples, kemudian Athifah mengambil sekeping biskuit, membawanya ke ruang sebelah dan memakannya setelah mencelupnya di teh. Mmmm nikmat, nona mungil ini makan dengan khidmat.
Beberapa saat kemudian ...

“Mama, tolong ambilkan biskuit,” ia meminta mama mengambilkan biskuit yang berada di ruang sebelah.
Mama yang sedang sibuk dengan pekerjaan rumahtangga di ruang itu menolak, “Ambil sendiri dong, Nak. Ambil dengan toplesnya sekalian, bawa ke sini”
Athifah turun dari kursi tempatnya duduk, ke ruang sebelah mengambil sekeping biskuit. Ia kembali mencelup biskuit dan menikmatinya dengan lahap.
Saat biskuit itu habis, ia meminta lagi, “Mama, biskuitnya habis. Ambilkan lagi!”
Mama masih menolak karena masih banyak pekerjaan rumah belum selesai, “Ambil sendiri dong, tadi kan Mama suruh mengambil dengan toplesnya sekalian. Athifah tidak boleh selalu menyuruh-nyuruh Mama!”
Athifah berkelit dengan cara menggemaskan, “Tapi Saya sayang Mama.”
“Mama juga sayang Athifah, makanya Athifah harus bisa melakukan sendiri mengambil toples. Toplesnya kan toples plastik?” Mama menyahut, seraya terus menyeterika. Maksud mama baik, Athifah harus bisa mandiri untuk hal-hal seperti ini, pekerjaan yang sebenarnya bisa ia kerjakan sendiri.
Athifah masih berusaha berkelit, “Tapi bagaimana caranya? Di situ ada gelas, ada toples lain juga?” Alasan anak ini ada-ada saja. Gelas air kemasan memang ada di situ tapi letaknya cukup jauh dari toples berisi biskuit kelapa, tidak mungkin mengganggu urusan mengeluarkan toples dari meja itu. Lagi pula toples plastik itu letaknya di pinggir, sangat mudah dijangkau olehnya.
Lho, kan tadi Athifah bisa angkat toplesnya?” Mama balik bertanya.
“He he he .. iya ya ..., “ Akhirnya nona mungil nan menggemaskan ini ‘menyerah. Ia pun turun dari ‘singgasananya’, melangkah ke ruang sebelah untuk mengambil sekeping biskuit lagi ...
Makassar, 17 September 2011
Nona mungil ... mama menyaksikan beberapa orang masih tak segan memerintah ibunya meski ibunya sudah sepuh dan ia sendiri sudah beranak. Mama tak mau kamu menjadi seperti orang-orang itu.


Share :

5 Komentar di "Karena Saya Sayang Mama"

  1. Setuju..Bunda...Orang tua tidak seharusnya mendidik seorang raja/ratu dan menjadikan dirinya pembantu..

    ReplyDelete
  2. hihihi... anak2 jaman sekarang memang jago...

    aku inget, Bun... Waktu itu aku niat nurunin keponakan dari gendongan. Pas kakinya nyentuh tanah, dia langsung merintih, "Aduhhh...Kakiku sakittttt...! Susah jalannnn..!!!"

    Aku sih tau itu alesan aja. Tapi ekspesinya itu lohh... suara juga mendukung... padahal umurnya belum 3 tahun...
    hihihihihi
    anak2 jaman sekarang, yah, Bun? ~_~

    ReplyDelete
  3. Yah begitulah .. sepertinya saya harus selalu waspada karena dia punya bakat ngeles :)

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^