Diskusi Inspirasi BaKTI: Merawat Semangat Perjuangan Perempuan (3)

Lanjutan dari tulisan sebelumnya (tulisan ini tulisan ke-5)

Rasanya masih ingin cerita banyak hal, tapi mikrofon sudah harus saya berikan kepada Puang Anja. Puang Anja menceritakan tentang bagaimana mulanya ia menjadi aktivis. Menjelang usia 20 tahun pernikahannya, ia dikagetkan dengan kedatangan ibu mertua sang suami ke rumahnya. Ibu mertua? Ibu dari ... yup, ibu dari perempuan lain. Ibu dari madunya!

Bagaikan disambar petir di siang bolong rasanya. Namun Puang Anja menata hatinya, menunggu suaminya bangun dari tidur siangnya dan memberitahukan baik-baik mengenai kedatangan tamu yang tak diundang itu.

Puang Anja tak tinggal diam. Ia mencoba memperjuangkan haknya. Ia merasa rumah tangganya selama ini baik-baik saja. Rumah tangga yang bahagia dengan 4 anak. Tak pernah ada pertengkaran namun tiba-tiba saja ia harus berbagi.
Baca selengkapnya

Diskusi Inspirasi BaKTI Merawat Semangat Perjuangan Perempuan (2)

 Lanjutan dari tulisan sebelumnya, tulisan ini merupakan tulisan ke-4

Rasa minder yang sempat muncul berhasil saya tepis. Sepertinya karena sudah latihan melalui beberapa talkshow sebelum ini. Kebiasaan menulis juga membantu memperlancar kemampuan saya berbicara di depan orang banyak. Empat tahun lalu, saya tidak bisa seperti ini. Saya gampang blank dan penggugup luar biasa, sampai berkeringat dingin kalau harus berbicara dengan orang lain dalam rangka menyampaikan pendapat.

Well, saya mungkin ge-er ya menganggap diri bisa menjadi duta tak resmi untuk Makassar. Tapi saya bisa menceritakan beberapa pengalaman saya. Saya beberapa kali menuliskan tentang bagaimana orang di luar Makassar/Indonesia Timur menganggap orang Makassar sebagai orang-orang yang kasar. Bukan hanya saya yang bilang, saya mendapatkan dari beberapa sumber kalau salah satu pembuat kesalahannya adalah media main stream. Maka saya pikir blog adalah sarana yang tepat untuk mengenalkan kepada dunia, seperti apa Makassar di luar berita-berita mengerikan yang terjadi.
Baca selengkapnya

Diskusi Inspirasi BaKTI Merawat Semangat Perjuangan Perempuan (1)

Lanjutan dari tulisan sebelumnya (tulisan ini merupakan tulisan ke-3)

Sebelum diskusi dimulai, Ibu Lusi Palulungan menjelaskan dahulu program Mampu (Maju Perempuan Indonesia) yang sedang dijalankan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia). Program ini dibiayai pemerintah Australia, mencakup 5 hal:
  1. Perlindungan sosial, menyangkut aspek sosial masyarakat mengenai program-program pemerintah seperti BPJS
  2. Akses perempuan terhadap pekerjaan, di antaranya supaya tidak mendapatkan diskriminasi di tempat kerja semisal mendapatkan perbedaan upah dan lain-lain.
  3. Mengurangi kekerasan terhadap perempuan (kekerasan seksual, pelecehan, KDRT, trafficking).
  4. Perlindungan BMI (buruh migran Indonesia), supaya mereka yang hendak bekerja di luar negeri dapat info memadai tentang bagaimana bisa mengakses pekerjaan yang baik.
  5. Kesehatan reproduksi perempuan (ibu hamil, pap smear, dan lain-lain)
Baca selengkapnya

Diskusi Inspirasi BaKTI: Intro dari Puang Anja

Lanjutan dari tulisan sebelumnya

Urusan rumah tangga belum benar-benar beres ketika saya harus berangkat menuju kantor BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) pada 30 April lalu, untuk menjadi salah satu nara sumber pada Diskusi Inspirasi bertajuk Merawat Semangat Perjuangan Perempuan. Untungnya suami saya orangnya kooperatif, untuk urusan rumah tangga saat itu – urusan gas yang habis, ia bersedia menanganinya, demikian pula urusan anak-anak.

Saya tiba menjelang pukul 3 siang. Sudah ada Kak Luna Vidya – sang moderator dan Ariel – personil boy band Nudi (alumni X Factor 1). Ariel yang juga putra Kak Luna ini sering menjadi penyanyi pada acara-acara yang diselenggarakan oleh BaKTI akan menjadi penyanyi ... hm ... apa namanya ya ... pengiring? Atau bintang tamu? Well ... Pokoknya Ariel akan menjadi menjadi salah satu pengisi acara juga di Diskusi Inspirasi ini.
Baca selengkapnya

Panel Bersama Dua Pejuang Perempuan? Kenapa Tidak, Ini Kesempatan Besar!

Pada suatu sore, saya mendapat telepon dari Ita Ibnu – seorang pegawai BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia). BaKTI adalah sebuah organisasi yang berfokus pada pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur Indonesia (Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi). Sudah beberapa kali saya ke kantornya di Jalan Andi Mappanyukki, untuk menghadiri kegiatan-kegiatan menarik yang diselenggarakannya, mengadakan kopdar (ada ruangan yang disediakan gratis untuk pertemuan komunitas), atau sekadar membaca/browsing di perpustakaannya.

Ita menanyakan kesediaan saya untuk menjadi nara sumber peringatan Hari Kartini di BaKTI pada tanggal 30 April. Saya bersedia saja. “Kesempatan untuk sharing mengenai kegiatan menulis. Masih banyak orang yang tidak tahu kalau menulis itu ‘bukan sekadar’ menulis tapi bisa menggerakkan juga,” begitu pikir saya.
Baca selengkapnya