Lanjutan dari tulisan sebelumnya (tulisan ini tulisan ke-5)
Rasanya
masih ingin cerita banyak hal, tapi mikrofon sudah harus saya berikan kepada
Puang Anja. Puang Anja menceritakan tentang bagaimana mulanya ia menjadi
aktivis. Menjelang usia 20 tahun pernikahannya, ia dikagetkan dengan kedatangan
ibu mertua sang suami ke rumahnya. Ibu mertua? Ibu dari ... yup, ibu dari perempuan lain. Ibu dari
madunya!
Bagaikan
disambar petir di siang bolong rasanya. Namun Puang Anja menata hatinya,
menunggu suaminya bangun dari tidur siangnya dan memberitahukan baik-baik
mengenai kedatangan tamu yang tak diundang itu.
Puang
Anja tak tinggal diam. Ia mencoba memperjuangkan haknya. Ia merasa rumah
tangganya selama ini baik-baik saja. Rumah tangga yang bahagia dengan 4 anak.
Tak pernah ada pertengkaran namun tiba-tiba saja ia harus berbagi.