By Bentor on Call Nonton Pentas Nenek Pakande

Athifah tahu kalau Kak Heru dan putrinya Safira tampil di Rumata’ Artspace pada hari Sabtu tanggal 28 November malam. Maka tak lelah dia meminta supaya bisa diantar ke Rumata’, di jalan Bontonompo.

Mulanya saya ragu kami bisa ke sana. Pasalnya, papanya anak-anak sedang di luar kota, sementara hujan sudah mulai sering turun membasahi kota, acaranya malam pula. Duh.



Saya jadi maju-mundur-cantik. Bingung, pergi atau tidak. Pergi atau tidak. Saya sampaikan kepada Athifah, kemungkinan tidak perginya besar sekali. Athifah ngambek. Dia tak mau bicara. Pakai drama air mata lagi. Aish.

Dalam hati tak tega juga. Saya berpikir-pikir untuk mengajak mereka pakai bentor (becak bermotor saja). Tetangga kami kan ada pengemudi bentor. Dua orang lagi, Daeng Ramli dan Daeng Ondo.

Saya bergegas mempersiapkan anak-anak dan perlengkapan tempur yang harus dibawa, seperti payung dan jas hujan. Usai shalat isya, saya membawa dua krucil dan satu krurem (kru remaja) berwajah ceria menuju rumah tetangga pengendara bentor.

Ndak ketemu ka’ tadi sama bapakna anak-anak. Waktu dia pulang saya pergi mi dan waktu saya pulang ke rumah, dia pergi lagi. Lagi pergi ki ini sekarang, belum pi pulang,” kata istrinya Daeng Ramli.

Beberapa jam sebelumnya, melalui ibu saya, istri Daeng Ramli saya pesankan supaya menyampaikan kepada suaminya bahwa bentornya hendak saya booking di malam hari. Namun saat ini, saat jam menunjukkan pukul setengah delapan, Daeng Ramli belum pulang juga.

Saya menelepon bentor on call yang satunya lagi, Daeng Ondo.

Kak Heru mendongeng sebelum pentas Nenek Pakande
“Lagi di luar ka’ ini, kira-kira satu jam pi baru saya pulang,” sahut Daeng Ondo di seberang sana.

Waduh, nunggu Daeng Ondo satu jam lagi, sama juga bohong. Sampai di Rumata’ acara pasti sudah berakhir.

Saya memandangi wajah Athifah dan Afyad. Mereka masih berharap bisa pergi. Saya takut naik taksi atau bentor lain. Kalau hendak pulang bagaimana. Malam Minggu begini biasanya sulit cari taksi. Terus kalau pas pulang nanti hujan, bagaimana, dong? Bakal repot cari taksinya. Terus kalau pun dapat taksi, apakah aman kira-kira? Terus terang, saya paranoid kalau harus pulang malam naik taksi.

Untungnya tak lama kemudian Daeng Ramli datang. Negosiasi segera berlangsung. Bukan negosiasi harga karena selalu ada “harga tetangga”, melainkan negosiasi kesediaannya untuk menjemput kami usai acara.

Saat sedang membawakan dongeng, Safira melepas
penutup kepalanya. Anak-anak yang di belakang sana itu
juga mendukung pentas dongeng Nenek Pakande.
“Ai, ndak bisa ka’. Biasa lagi kalau jam begini saya tidur mi,” Daeng Ramli memberikan jawaban yang memilukan.

“Ndak usaha maki’ pergi di’, Nak?” saya melirik Athifah. Saya jelaskan kepadanya mengenai alasan saya tak mau pergi  jika Daeng Ramli tak bisa mengantar. Terlihat bias kecewa di wajah nona mungil itu.

“Ndak adakah bapaknya anak-anak?” mendengar percakapan kami, Daeng Ramli bereaksi.

“Ndak ada, Daeng. Lagi di luar kota ki,” saya menjawab.

“Ada ji nomor hapeku sama kita’?” tanya Daeng Ramli. Hm, sepertinya ini pertanda bagus.

Saat jadi Nenek Pakande, Fira memakai penutup kepala dari
mantelnya. Dalam foto ini, si Nenek Pakande tengah diperdaya
La Beddu, pemuda cerdik yang mengalahkannya.
“Mau jaki’ jemput ka’ nanti jam setengah sepuluh atau jam sepuluh?” saya merogoh hape di dalam tas, lalu mengecek nomor hape Daeng Ramli.

“Telepon maki’ nanti, mudah-mudaha saya belum tidur pi,” ujar Daeng Ramli.

Saya menganggap itu pernyataan kesediaan, meskipun tidak begitu jelas. Kalau teleponnya berdering saat saya hubungi nanti, rasanya tak mungkin dia tak berusaha menjemput saya dan anak-anak. Tidak mungkin dia tega membiarkan tetangganya kesulitan pulang ke rumahnya.

Maka jadilah kami berempat berbentor on call ria ke Rumata’.

Nenek Pakande menyasar anak-anak yang sedang bermain
Tiba di Rumata’, acara sedang berlangsung. Belum terlalu terlambat. Kak Heru sedang mendongeng. Acara utamanya menampilkan Safira, dia tampil belakangan. Kak Heru membawakan dongeng berupa fabel. Saya terpesona dengan sound effect dongengnya. Bisa pas begitu waktunya, lho soud effect –nya dengan jeda dan perpindahan per bagiannya.

Tak lama kemudian, Safira dan “anak-anak lorong” yang tinggal di sekitar Rumata’ tampil membawakan dongeng Nenek Pakande secara teatrikal. Apa yang dituturkan oleh Fira dipentaskan oleh anak-anak ini.

Fira membawakan dongeng ini dengan sempurna, untuk seorang remaja usia 15 tahun. Tutur bahasa, mimik wajah, intonasi dan power suara, serta bahasa tubuhnya begitu hidup. Ketika memerankan Nenek Pakande yang gemar menculik anak-anak kampung, Fira mengenakan semacam mantel yang berpenutup kepala. Setengah wajahnya tertutup. Suaranya berubah-ubah. Ketika menjadi pendongeng yang sedang bertutur, dia menurunkan penutup kepalanya hingga wajahnya terlihat dan suaranya terdengar lebih wajar.

Kak Fira berfoto bersama para pendukung dan penonton pentas
dongeng Nenek Pakande
Sudah banyak orang di Makassar yang tahu kalau Fira bersama Kak Heru pernah tampil di Korea Selatan, mewakili Indonesia pada Grand opening Children Complex di Asia Culture Centre Gwangju, Korea Selatan pada bulan September lalu. Sejak bulan Agustus, selama sebulan Safira dan kedua orang tuanya berada di sana untuk latihan pentas dongeng Nenek Pakande.

Safira dan ayahnya adalah dua orang dari 40 pendongeng dari 11 negara yang diundang oleh Institution of Asia Cultural Development, lembaga pengembangan budaya Asia yang berpusat di Korea Selatan. Safira diundang karena dianggap sebagai sosok anak berbakat yang layak jadi anutan anak Asia. Dia mendapat waktu istimewa di acara tersebut. Panitia memberikan satu acara khusus bertajuk Story in Tent with Safira Devi Amorita dan tampil pada tanggal 4 – 12 September di hadapan ribuan orang dan

Foto bersama Kak Fira
Itulah mengapa saya berusaha memenuhi keinginan Athifah untuk ke Rumata’ pada hari itu. Supaya dia bisa belajar dari Safira dan Kak Heru. Bulan Oktober lalu kan Athifah ikut lomba bercerita di RRI Nusantara IV Makassar. Jika tahun 2016 dia ingin ikut lagi lomba bercerita, dia harus belajar banyak. Kedatangan kami juga membawa keberuntungan lain , Kak Heru mengajak Athifah untuk ikut serta pada pentas dongeng Nenek Pakande berikutnya, pada Pentas Anak Makassar di Mal Ratu Indah tanggal 13 Desember.

Saat melihat tanda-tanda acara akan selesai menjelang pukul 9 malam, saya menelepon Daeng Ramli. Daeng Ramli sendiri yang menerima telepon. Tak lama kemudian, Daeng Ramli sudah berada di depan Rumata’. Alhamdulillah, ada Daeng Ramli, tetangga yang baik hati. Kalau  dirinya tak bersedia tadi, mana mungkin kami bisa menyaksikan penampilan Safira dan Athifah mendapat ajakan untuk ikut dalam pentas dongeng.


Makassar, 17 Desember 2015


Share :

20 Komentar di "By Bentor on Call Nonton Pentas Nenek Pakande"

  1. serunyaa,
    sy beberapakali mau ke rumata
    ndak tau jalan kesana...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masuk di jalan setelah Gedung Juang 45, Qiah, dekat sekali ji dari jalan besar

      Delete
  2. waaah...terbayang senangnya bisa nonton acara ini langsung. Dan good luck untuk pentas berikut ya nak..ini tradisi sangat baik yang perlu dilestarikan mak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mak, anak2 sengan sekali malam2 jalan2 naik bentor hehehe. Makasih yaa

      Delete
  3. Wah ... sayangnya gak ada yang kaya gini di Kepanjen. Pingin banget deh liat ginian. Pasti seru!

    ReplyDelete
  4. liat foto-fotonya aja seru... apa lagi kalo liat langsung...

    ReplyDelete
  5. Wah seru banget kayaknya ya, Mbak, pentas teatrikalnya. Apalagi Athifah juga tertarik di bidang itu. Senang sekali pastinya dia :)

    ReplyDelete
  6. Waaah, keren Athifa diajak main dalam pentas berikutnya. Moga sukses ya, seneng juga ya bisa sukses mengantar anak-anak nonton pentas seni keren gini :)

    ReplyDelete
  7. Seru juga perjuangannya untuk bisa nonton Mba. Kebayanglah cemasnya. baru tahu di Makasar ada bentor.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi iya Mbak Ety. Untung ada bentor on call. Di sini ada bentor tapi beroperasinya di area2 tertentu, Mbak.

      Delete
  8. Senang bacanya..ada anak berbakat seperti fira di makassar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kita saja senang ya .... orang tuanya pasti bahagia sekali

      Delete
  9. haloo Maak Niar, pa kabaar?
    baru mampir sini lagi eeaaa :D

    wuiih ..keren tuh bisa ikutan di pentas, dari poto2nya aja dah kebawa suasana dah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Teh Nchie ... alhamdulillah baiiik. Apa kabar dirimu?
      Iya nih, anak2 senang sekali bisa nonton :D

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^