Josy Peukert dan Proses Melahirkan yang Bukan Sekadar Keyakinan

Josy Peukert  dan Proses Melahirkan yang Bukan Sekadar Keyakinan – Berita tentang proses melahirkan seorang ibu bernama Josy Peukert di Nicaragua menjadi viral dan menuai kontroversi karena dilakukan tanpa bantuan medis sama sekali dan dilakukan siang hari di tepi lautan Pacific. Bergidik membayangkannya. Perlengkapan bersalin yang disediakannya minim sekali, meliputi handuk, mangkuk dengan saringan untuk menampung plasenta, kain kasa, dan handuk kertas.

Josy Peukert

Sungguh sebuah keajaiban yang membutuhkan keberanian yang luar biasa. Selamat Mbak Josy.

Explainng her decision, Josy said: “I got this idea in my head I wanted to give birth in the ocean and because the conditions were right on the day that's what I did.”[1]

Menjelaskan keputusannya, Josy berkata: “Saya mendapat ide ini di kepala saya, saya ingin melahirkan di laut dan karena kondisinya tepat pada hari itulah yang saya lakukan.”

“Selama berminggu-minggu saya memantau air pasang, jadi ketika waktu yang tepat bagi saya untuk melahirkan, saya tahu pantai akan aman bagi kami,” tutur Peukert[2].

"Gelombang memiliki ritme yang sama dengan kontraksi, aliran halus itu membuat saya merasa sangat baik," kata Peukert kepada Jam Press. "Pasir vulkanik yang lembut di bawah saya mengingatkan saya bahwa tidak ada yang lain antara langit dan bumi, hanya kehidupan."[3]

Saya mengutip 3 paragraf itu dari 3 media online. Ketiga paragraf ini mengisyaratkan bagaimana keyakinan dan pengetahuan Josy Peukert mengantarkannya mengambil keputusan untuk melahirkan di tepi laut.

Jadi, Mbak Josy yang berusia 37 tahun ini sudah mempelajari tanda-tanda alam di lautan Pacific dan dia merasakan satu “tanda” yang kuat mengenai hari kelahirannya lalu dia mengambil langkah yang kemudian divideokan dalam video pendek dan kemudian dikomentari orang-orang di seluruh dunia.

Pertanyaan selanjutnya adalah …. Apakah free birth yang totally free (gratis) ini aman dilakukan oleh siapa saja? Oh, tentu saja banyak sekali orang yang menentangnya. Setidaknya butuh keyakinan dan pengetahuan yang persis seperti yang dipunyai Josy untuk berani mengambil langkah melahirkan tanpa bantuan medis.

Meskipun tak dapat dipungkiri juga, melahirkan tanpa bantuan medis ternyata bisa juga ya. Toh zaman dulu, nenek-moyang kita belum mengenal sistem medis seperti sekarang ini. Segala pengobatan dilakukan secara tradisional. Begitu pun zaman Rasulullah, dikenal thibunnabawi – pengobatan ala Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.

Meskipun demikian urusan melahirkan merupakan urusan yang sangat serius. Kalau di zaman ini mudah mendapatkan pertolongan medis, mengapa tidak dilakukan? Mengapa saya bilang demikian? Karena dalam proses melahirkan, tidak semua orang mengalaminya secara mulus.

Mengalami 3 kali melahirkan secara normal, hanya pada kelahiran putri kedua saja proses lahiran yang saya alami lancar tanpa kendala yang berarti. Pada proses kelahiran si sulung dan bungsu, tiba-tiba masalah muncul di ruang bersalin yang membuat saya betul-betul berada dalam keadaan “antara hidup dan mati”.

Anak sulung saya lahir dengan kondisi tali pusar melilit di lehernya sebanyak 3 kali. Hal ini diketahu setelah masuk ruang bersalin dan kepalanya sulit turun di jalan lahir. Setiap kali saya ngeden, kepalanya tertarik naik lagi, begitu terus sampai bermenit-menit. Bidan Ola yang membantu persalinan menduga, si bayi terlilit tali pusarnya.

Beruntungnya, peralatan di ruang bersalin Rumah Sakit Caltex Rumbai lengkap, jadi detak jantung bayi dan kontraksi saya terpantau oleh peralatan canggih. Bersyukurnya, bidan tak serta-merta memutuskan memanggil dokter, dia berusaha menolong saya melahirkan secara normal.

Solusinya adalah ketika keinginan kuat untuk  mengejan muncul, saya disuruh menahan diri sekerasnya untuk tidak melakukannya. Beuh, sulitnya minta ampun karena dorongan mengejan itu kuat sekali dari dalam. Masya Allah bidannya tenaaang sekali dalam memandu saya.

Akhirnya lilitan di leher Affiq bayi terlepas satu karena saat saya menahan diri untuk mengejan, dia otomatis berputar di jalan lahir sehingga lilitannya terlepas satu. Dengan sigap, bidan memotong lilitan di lehernya lalu si bayi lahir setelah setengah jam “tersangkut” di jalan lahir. Dia lahir dengan bentuk kepala agak lonjong. Bentuk kepalanya berangsur normal setelah 1 atau 2 bulan.

Coba bayangkan bagaimana kalau kejadian itu tiba-tiba terjadi di tepi laut tanpa bantuan medis? Ngeriiiii.

Free birth

Proses kelahiran si bungsu pernah saya tulis di blog ini. Bisa dibaca dalam tulisan berjudul Melahirkan Normal dengan Varises Vagina: Sakit Tak Berdarah dan Melahirkan Normal dengan Varises Vagina: Operasi Tanpa Anastesi. Saya yang tak pernah ada riwayat varises vagina, tiba-tiba mengalaminya pada kelahiran Afyad hingga saya harus dioperasi dengan cepat, tanpa dibius pula! Adanya varises dalam dinding vagina baru ketahuan setelah si bayi lahir. Nyawa saya terancam dan harus segera ditangani dokter ahli kandungan. Kalau sampai terlambat … katakan good bye pada dunia.

Sekali lagi, saya bergidik membayangkan kejadian itu. Bagaimana jika ibu yang menjalani persalinan mengalami masalah varises vagina yang baru ketahuan seperti itu dan tidak mendapatkan bantuan medis? Saya beruntung karena tinggal di kota besar yang akses ke rumah bersalin dengan peralatan lengkap sangat mudah. Bagaimana dengan ibu-ibu lain yang tinggal di pelosok desa dan mengalami hal serupa ini? Ngeriiii.

Saya jadi ingat bagaimana adik saya melahirkan putri pertamanya. Mulanya ukuran panggulnya sudah dinyatakan memadai untuk melahirkan normal namun ketika hari H-nya tiba, dia sudah kesakitan dan menjalani proses induksi, bayinya tak kunjung bisa turun ke jalan lahir. Alhasil dalam proses yang memakan waktu 2 hari, dia akhirnya dioperasi caesar. Sebagaimana saya, adik saya juga mengalami hal yang tak terduga.

Melakukan sesuatu seperti proses melahirkan memang tidak hanya butuh keyakinan, kita juga butuh pengetahuan yang sangat memadai. Untuk hal-hal yang bisa menyebabkan bertaruh nyawa dan ada hal-hal tak terduga yang mungkin saja terjadi, mencari bantuan medis perlu dilakukan.

Walaupun demikian, orang-orang tertentu bisa saja melakukan free birth, mengingat dahulu sebelum ada pengobatan medis, semuanya dilakukan secara tradisional namun kondisi tiap orang tidaklah sama.

Makassa, 9 Juni 2022

[1] https://www.dailymail.co.uk/femail/article-10874039/Mother-goes-viral-free-birthing-son-ocean.html, diakses 9 Juni 2022, pukul 10:45 WITA.

[2] https://depok.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-094628676/cerita-josy-peukert-seorang-ibu-yang-rekam-proses-melahirkan-mandiri-di-laut?page=2, diakses 9 Juni 2022, pukul 12:30 WITA.

[3] https://www.newsweek.com/freebirth-beach-nicaragua-medical-opinions-1713872, diakses 9 Juni 2022, pukul 12:37 WITA. 



Share :

23 Komentar di "Josy Peukert dan Proses Melahirkan yang Bukan Sekadar Keyakinan"

  1. Aduh ngeri bacanya, ga kebayang sih gimana rasa sakitnya melahirkan di tepi laut tanpa bantuan medis dan berbekal bahan seadanya pasti sulit. Tapi, untuk Jossy yang sudah memperhitungkan dan yakin mungkin itu memang baik, tetapi tidak tentu untuk kita. Terima kasih sharingnya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Josy memperlihatkan kita, ada cara lain yang tentunya jangan serta-merta semua orang menganggapnya bisa bagi mereka ya, Mbak.

      Delete
  2. memang viral ya mba dan banyak yang mencoba 'back to nature' saat melahirkan. Aku juga 2 kali melahirkan normal semua mba dan kalau tanpa bantuan aku ngga terbayang juga. Tapi terus terang aku pernah tergoda melahirkan dengan metode water birth mba di Australia.. it must be quite an adventure juga ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Metode water birth itu tetap ada pantauan tenaga medis ya, Mbak Indah?

      Delete
  3. Masya Allah Josy Peukert ini luar biasa hebat ya. Keberanian dan pengetahuan dia akan sesuatu terutama soal melahirkan di alam bebas seperti ini bikin decak kagum sekaligus geleng2 kepala hihihi. Mana perlengkapan persalinannya minim dan tak ada bantuan medis wuiiih bikin deg2an pasti ya.

    ReplyDelete
  4. Setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda dan mempunyai cerita melahirkan yang beragam pula. Seperti aku yang merasakan hamil tiga kali selalu mengalami flek di awal kehamilan. Hamil kedua harus keguguran. Anak lanang dan anak wedok keduanya telat dari HPL sehingga yang pertama harus induksi dan yang terakhir harus operasi caesar..Hm..luar biasanya pengalamannya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tiap ibu berbeda, bahkan untuk tiap anak berneda bagi satu ibu. Dan ada hal2 yang tiba2 muncul tak terduga ya, Mbak.

      Delete
  5. Kalau melahirkan di rumah dan di dalam kolam udah sering aku lihat dan ada temanku yang melahirkan di rumah. Kalau di pantai baru kali ini aku tahu mba. Apapun itu pasti sudah melalui pertimbangan ya. Alhamdulillah ibu dan bayi sehat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Melahirkan di rumah dengan bantuan bidan ya, Mbak?

      Delete
  6. Duduududu...aku ngilu, Mba, jadi ingat alm temenku melahirkan pakai metode tanpa bantuan medis, jadi ditangani berdua suaminya dan ini ada workshopnya loh, bayar 5 juta waktu itu. Padahal banyak yang ga setujum, termasuk tetangganya, akhirnya malam itu kejadian. Mencekam karena ternyata bayi terlilit tali pusat, saat dikeluarkan lalu dimasukkan lagi hingga temanku berteriak histeris kesakitan dan bayi tidak tertolong. Meninggal ketika proses dimasukkan lagi kerahim ibunya, ibunya menangis histeris, bayi cantik itu terbujur kaku, aku menggendongnya dengan pilu. Jadi gak sembarang ya tanpa bantuan medis, kalau jaman dulu atau di pedalaman itu sebenarnya angka kematian ibu lahiran tinggi sekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah, ngeri, dimasukkan kembali ke dalam rahim ituu ... bikin ngilu mengingatnya. Kejadiannya tak terduga, hal tak terduga ini harus jadi pertimbangan juga 😥

      Delete
  7. Ngerii ngeri sedep kalau terjadi apa2 itu lho ya.
    Jadi inget dulu SMP punya teman dimana sodara sebelah rumahnya punya banyak anak, nah hamil lagi waktu itu pas berasa mau lahiran rebahan aja di rumah perutnya dia usap2 turun kebawah jadi lahiran sendiri tp bidan otw sih ga murni sendiri

    ReplyDelete
  8. MasyaAllah, aku selalu kagum kalo denger cerita perempuan-perempuan yang bisa melahirkan tanpa bantuan paramedis. Seperti alm. ibu mertuaku yang melahirkan 4 anak sendirian. Nggak kebayang rasanya. Dulu aku yang dibantu bidan aja, masih kebayang lemas dan nggak berdayanya sehabis melahirkan

    ReplyDelete
  9. Masya Allah, keren Mba nya. Namun,sejak dulu keyakinan saya kepada Allah bahwa proses melahirkan itu sunatullah, maka bayi yang akan lahir pun akan Allah tuntun dan in sya Allah bisa lahir tanpa kendala meski dengan alat seadanya. Orang dulu lahiran normal semua, belum ada objin kan. Gak ada juga dokumentasi. Moga kejadian i j menjadi inspirasi buat para mama, Anaknya banyak dan mereka sehat. Alhamdulillah saya melahirkan 4 anak normal semua. Meski sakitnya emang gak ada bandingkan sama sakit apa pun. Alhamdulillah setelah keluar, sakitnya hilang Allah gantian dengan senyuman begitu juga dengan pahalanya.

    ReplyDelete
  10. aku bayanginnya udah ngeri banget aja mbak, kan itu air lautnya ada pasir-pasirnya ya padahal setauku peralatan di dekatnya harus steril. Bacanya sambil ngilu ini mbak, ingat waktu melahirkan si kecil di rumah sakit, ingat perawat dan bidannya pakai sarung tangan steril untuk membantu persalinan. Lah ini malah di laut, gimana kalo ada bakteri masuk ke luka pasca persalinan.

    ReplyDelete
  11. Kalau lihat film-film jaman dulu juga seperti ni ya mbak proses melahirkannya. Tapi yg dilakukan Josy ini keajaiban memang karena seorang diri tanpa bantuan medis. Alhamdulillah lancar & selamat, takjub aku lihatnya

    ReplyDelete
  12. Kagum banget, kak Niar.
    Tapi Ibuku selalu menekankan hal ini saat hamil hingga melahirkan bahwa setiap anak membawa takdirnya masing-masing. Jadi pasrah memang hal terpenting di sebuah titik kehidupan.

    Allahu Akbar.
    Allah Maha Besar dengan segala qadha dan qadarnya yaa, kak.

    ReplyDelete
  13. Aku dua kali melahirkan normal tanpa kendala berarti. Tapi kelahiran ketiga bayi terlilit tali pusar, dan tau pas malam sebelum lahiran. Jadi anak ketiga operasi cesar deh. Meski sudah coba diinduksi sebelumnya.

    Tapi salut ya sama Josy Peukert yang berani melahirkan tanpa bantuan medis

    ReplyDelete
  14. Wah, melahirkan di rumah dengan media air atau water birth at home menurutku sudah cukup menantang, sekarang ada lagi yang seperti Josy Peukert. Meski menarik tapi harus benar-benar dipertimbangkan dan punya ilmunya. Kalau saya 2x melahirkan ya di rumah sakit aja, lebih praktis dan aman hehehe.

    ReplyDelete
  15. Kok aku yang merinding baca cara melahirkan Josy Peukert. Aku siih big no kalau tanpa bantuan medis. Resiko banget mbak :(

    ReplyDelete
  16. Bergidik juga loh tau tentang cara melahirkan Josy ini. Antara nekat atau gimana ya hehee.. tapi sepertinya dia sudah punya ilmu dan persiapan yang memadai ya. Luar biasa deh.

    ReplyDelete
  17. Melahirkan di tepi laut dan sendirian? Masya Allah. Apa ada perempuan jaman sekarang yang seperti itu. Pasti jadinya adalah anak hebat. Udah terbukti kan dari sosok Josy ini.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^